Ch. 13 | Uprising (1)

282 39 19
                                    

6 Mei 1478 (Kalender Dunia Baru)
Kota Weldam, Kerajaan Germund.

POV Adolf

Sudah hampir satu bulan semenjak aku tinggal di kota ini. Pada akhirnya aku membeli sebuah rumah kecil seharga total 130 koin emas beserta dengan perabotan nya. Memang harga yang cukup mahal, tetapi setidaknya aku sudah tidak bergantung pada penginapan dan sudah mendapatkan tempat tinggal yang lebih nyaman.

Aku menjadikan melukis sebagai pekerjaan ku disini, walaupun uang hasil menjual jam tanganku sudah cukup untuk membiayai kebutuhan selama beberapa tahun, tetapi aku harus tetap bekerja agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Di sore hari aku bersama Erika sedang melukis pemandangan sungai di sore hari. Hasil lukisan ku akan kujual ke toko dengan harga yang lumayan. Kami melukis sambil mengobrol untuk hal-hal kecil agar Erika tidak bosan.

"Eri, bagaimana dengan latihan membacamu? Apakah kamu sudah bisa?"

Aku memberikan Erika nama 'Erika Hitler Von Elysium' untuk membuat Erika benar-benar menjadi anakku dan membuatnya menjadi keluarga Hitler. Nama yang kuberikan adalah style nama yang sering digunakan oleh para bangsawan, oleh karena itu aku menyuruh Erika untuk memberitahukan namanya sebagai 'Erika Hitler' saja untuk saat ini. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Aku memberikan tambahan nama 'Von Elysium' karena ia bisa hidup dan menjadi putriku atas bantuan langsung dari dewa.

Erika : "Aku sudah menghafal alphabet! Aku juga sudah hafal angka satu sampai sepuluh dan bisa membaca."

"Waah, hebat. Kamu memang anak yang pintar."

Erika : "Hehe." Ia tertawa kecil sambil memasang ekspresi bangga dan sombongnya.

'Kehidupan sederhana seperti ini sudah terasa sangat nyaman untukku, aku merasa diriku yang sekarang jauh lebih tenang dan lebih baik daripada diriku yang dulu. Kuharap aku bisa menikmati kehidupan ini selamanya.'

Aku selalu berharap untuk mendapatkan kehidupan damai seperti ini selamanya, tetapi aku selalu teringat dengan perintah yang diberikan kepadaku untuk mengubah dunia agar pengampunan dosaku diterima dan tidak masuk kedalam neraka.

Jujur saja aku masih kurang paham maksud yang jelas dari perintah ini, dan Auctor belum kembali berbicara kepadaku sejak terakhir kali.

Tak terasa, matahari sudah hampir terbenam. Kami pada akhirnya kembali masuk ke kota dan pulang beristirahat.

Ditengah perjalanan kami menyempatkan diri untuk mampir ke toko roti untuk membeli beberapa untuk makan malam.

Baker : "Ini rotimu tuan."

"Terimakasih, berapa harganya?"

Baker : "10 koin silver tuan."

"Eh, bukankah itu terlalu mahal? Kenapa mahal sekali."

Penjual roti itu menghela nafasnya dan mulai bercerita.

Baker : "Hahhhhh.... Yah kau tau sendiri tuan, harga pangan sekarang ini sangat mahal bahkan untuk gandum."

"Mengapa bisa begitu? Ini kan belum musim dingin."

Baker : "Kau tau tuan, dari kabar yang beredar mengatakan kalau penguasa kota ini merebut sebagian besar panen dari para petani dan menjualnya ke negara lain dan mengambil keuntungan nya untuk mereka sendiri."

Baker : "Karena itu kami kekurangan bahan makanan dan sedang dalam krisis."

'Hmmm, korupsi ya. Tetapi ini sudah parah sekali bahkan untuk sepotong roti menjadi semahal ini. Jujur saja ini membuatku kesal.'

Führer : In Another WorldWhere stories live. Discover now