11. Arrive

25.9K 2.8K 133
                                    

SEJAK pulang sekolah Mark terlihat murung, tidak seperti biasanya yang selalu aktif dan ceria. Taeyong merasa ada yang salah dengan Mark. Taeyong membuka pintu kamar Mark, hanya memastikan anaknya baik-baik saja. Taeyong tersenyum kecil, melihat putranya yang sudah tertidur, dan menutupi tubuh kecilnya dengan selimut hingga sebatas leher, menyisakan kepalanya saja.

Taeyong menyelinap masuk dalam balutan selimut yang Mark pakai, dan memeluk putranya dengan erat. Mark bergerak kecil, merasakan tidurnya yang terganggu dan membuka kedua matanya.

"Mom~"

Taeyong terkekeh mendengar rengekan kecil dari Mark. "Maaf, Mommy mengganggumu ya?"

"Seharian, kau terlihat murung dan mengabaikan Mommy. Apa ada masalah disekolah? Coba ceritakan pada Mommy." Tanya Taeyong, dan mengusap lembut kepala Mark.

Mark semakin mendekatkan dirinya pada Taeyong, dan menenggelamkan wajahnya pada dada Taeyong. "Saat pulang sekolah, Mark bertemu dengan ibu Eric. Dia bilang Mark tidak punya ayah, dia juga mengatakan suatu hal tentang Mommy."

Tubuh Taeyong tersentak mendengar penuturan Mark. Tapi Taeyong mencoba untuk berusaha tenang, dan mengusap punggung Mark. "Memangnya apa yang ia katakan tentang Mommy?"

"Pelacur." Mark berbisik begitu pelan, bahkan nyaris tidak terdengar, pelukannya semakin mengerat. Sebenarnya Mark tidak tahu pasti, apa yang dimaksud wanita paruh baya yang ditemuinya saat pulang sekolah tadi, Mark hanya takut jika itu adalah hal yang buruk, terbukti dari cara bicara wanita itu yang terdengar seperti membentak dan tidak menyukainya.

Taeyong melepaskan pelukannya, dan menatap Mark dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin, ada seseorang yang mengatakan hal seperti itu di depan anak kecil?

"Mark, " Taeyong menatap sendu, putra kecilnya. "Maafkan Mommy." Taeyong tidak masalah, jika ia sendiri yang mendapat hinaan, Taeyong tidak pernah marah dan tidak melawan karena apa yang dikatakan orang-orang itu adalah benar adanya. Tapi, kenapa Mark harus ikut terkena juga? Mark tidak salah, dia hanya seorang anak kecil yang harus menanggung malu karena orang tuanya.

Tanpa sadar Taeyong menitikkan air matanya, merasa sangat bersalah pada anaknya. Taeyong kembali memeluk Mark, tanpa bisa menghentikan tangisannya, ini semua salahnya, tidak seharusnya Mark, mengatakan hal seperti itu. "Maaf, Mark."

"Mommy, jangan sedih." Lirih Mark.

"A-pa mereka menjauhi mu Mark?" Tanya Taeyong dengan nafas yang tersendat.

Mark bergumam kecil dan mengangguk. Tidak banyak yang dekat dengan Mark, tapi Mark tidak mempermasalahkan itu, karena Eric masih mau berteman dengannya, tapi kemarin Eric jadi kena marah karena bertema dengannya. "Tapi Mark tidak butuh teman, Mark hanya butuh Mommy."

Taeyong memperbaiki selimut yang dipakai Mark. Sesekali Taeyong mengusap kasar wajahnya yang sudah basah karena tangisannya. "Sudah, tidurlah. Kau juga harus tetap bersekolah besok." Taeyong mengusap kepala Mark, agar putranya cepat tertidur kembali. Taeyong hanya tidak mau terlarut dalam masalah ini, Taeyong tidak tahu, apa yang harus ia katakan pada Mark.

Taeyong berjanji pada dirinya sendiri, untuk mengakhiri semua ini. Taeyong tidak mau, Mark semakin malu hanya karena dirinya. Apalagi, saat mengetahui Mark yang dijauhi teman-teman nya. Tidak seharusnya, Mark mendapat perlakuan seperti ini dilingkungan luar. Apa Taeyong juga harus melepaskan Jaehyun? Setelah semuanya berakhir, memangnya apa yang bisa Taeyong lakukan?

Setelah beberapa menit, Taeyong melepaskan pelukannya saat melihat Mark yang sudah kembali tertidur. Taeyong beranjak dari tempat tidur Mark dengan perlahan takut membuat Mark kembali terbangun. Baru saja Taeyong keluar dari kamar Mark dan menutup pintu, suara bel yang berbunyi membuat Taeyong menyerngitkan keningnya, siapa yang bertamu malam-malam seperti ini? Batin Taeyong. Sedikit berlari kecil untuk segera membukakan pintu, takut jika tamu yang datang itu penting.

ROCKABYE - JAEYONG Where stories live. Discover now