16: A New Problem Has Been Detected

827 148 7
                                    

"Jadi, kalian gak pacaran ?"

Raya menggeleng menjawab pertanyaan hera. Hera yang berbaring disamping raya itu menoleh, "Kenapa ?"

Raya kebingungan menjawab pertanyaan hera, karena ia sendiri juga tidak tau kenapa. "Eung... karena sama-sama belum yakin ? Mungkin...."

Hera kembali menatap langit-langit kamarnya, "Tapi a' ekal sampe ngajak teteh kesini..."

Satu akus raya terangkay, "Emangnya sebelumnya haikal gak pernah ngajak ceweknya kesini ?"

Hera menggeleng.

"Ennik sekali pun ?"

Hera mengangguk, "Isi pikiran a' ekal itu gak ada yang bisa nebak. Pacaran sama kak ennik setahun lebih tapi gak pernah dikenalin ke keluarga, tapi anehnya sama teh raya kok dikenalin ya ? Padahal jadian aja belum."

Raya diam, ia juga jadi bingung karena omongan hera.

Aneh, haikal memang aneh dan raya tidak mau baper.

Raya berdeham pelan, "Berarti pada belum sempet kenala ennik ya ?"

Hera mengangguk, "Belum, keburu putus."

Raya tersenyum tipis tetapi buru-buru ia mengulum bibirnya kedalam. Tidak bisa dipungkiri kalau ia merasa senang dan menang ketika mendengar penjelasan hera mengenai ennik. Tapi sekali lagi, raya tidak mau baper.

Malam pertama raya dirumah haikal ternyata tidak terlalu menegangkan seperti bayangan raya sebelumnya. Keluarga haikal menyambutnya ramah, bahkan memperlakukannya dengan sangat baik.

Obrolan raya dan hera berlanjut hingga tengah malam, mulai dari membahas haikal sampai membahas bagaimana dulu raya semasa sekolah, belum lagi hera yang sedikit menceritakan laki-laki yang ia sukai disekolah, sampai-sampai anak bungsu dari tiga bersaudara itu tertidur lelap tanpa menyauti omongan raya.

Raya tersenyum tipis ketika hera sudah tertidur lelap. Hera memang versi perempuan dari haikal, raya berani jamin kalau hera tidak akan berhenti berbicara kalau ia tidak ketiduran.

Raya menoleh ketika pintu kamar hera diketuk pelan.

"Raya..."

Satu alis raya terangkat pelan ketika namanya dipanggil. Dalam sekali dengan ia bisa tau kalau itu adalah suara haikal meskipun laki-laki itu setengah berbisik memanggilnya.

Raya beranjak dari ranjang menuju pintu kamar, ia membukanya pelan takut membangunkan hera yang sudah terlelap, dan benar seperti dugaannya bahwa yang mengetuk pintu kamar hera itu adalah haikal.

"Apa ?" tanya raya berbisik.

"Ayo ke balkon, gue beli martabak manis." ajak haikal.

"Tengah malem begini kal ?"

Haikal berdercak, ia langsung menarik tangan raya membuat perempuan itu buru-buru menutup pintu kamar hera sepelan mungkin.

"Kenapa bisa lo beli martabak manis ?" tanya raya yang tangannya masih di tarik oleh haikal.

"Emangnya gak bisa ?"

Raya menutar matanya malas, haikal selalu begini kalau ia bertanya hal-hal serius, "Gue nanya serius."

"Laper." kata haikal sambil membuka pintu balkon.

Mata raya langsung tertuju pada sekotak martabak manis rasa keju susu di atas meja balkon, ditambah ada dua milo hangat disampingnya.

"Lo yang nyiapin ?" tanya raya ketika haikal melepas tangannya dan duduk dikursi balon.

Haikal mengangguk, "Siapa lagi selain gue emangnya ?"

New Happiness | haeryu au✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora