18: Sus

835 142 25
                                    

"Kal."

Haikal yang sedang menghisap rokoknya itu menoleh, mendapati karina yang muncul dibalik pintu balkon.

"Oiii kar, ngapain malem-malem begini ke balkon ?"

"Lo yang ngapain disini malem-malem gak pake baju sendirian." kata karina heran.

Haikal kembali menghisap rokoknya, "Cari udara."

Karina menatap haikal penuh arti. Ia tau betul kenapa haikal sekarang, ia tau kenapa akhir-akhir ini haikal tidak sesemangat biasanya. Ralat, bukan hanya karina yang tau tetapi seisi kontrakan tau, tentunya kecuali raya.

"Habis dari kamar raya ?"

Haikal diam, tidak menjawab.

Karina menghela nafasnya, kemudian ia milih untuk duduk disebelah haikal.

"Lo sama raya udah sampe mana ?" tanya karina. Bukan, bukannya karina ingin ikut campur dengan hubungan raya dan haikal, tapi tuh ia menghkawatirkan raya.

Hampir seluruh isi kontrakan tau, kalau dikampus haikal pasti bertemu dengan ennik, lalu laki-laki itu akan pulang dengan keadaan uring-uringan dan memilih untuk mendekam dikamar raya berdua dengan perempuan itu.

Siapa yang tidak khawatir ?

Walaupun karina teman haikal dan lebih dulu kenal haikal, ia tidak mau kalau raya cuma jadi bahan permainan haikal.

"Jangan tanya gue soal itu dulu."

Karina berdecak pelan, "Gue kasih lo waktu kal, kalo terus-terusan jadiin raya pelampiasan begini, cepet atau lambat gue sama mili bakal kasih tau raya kalo lo sama ennik masih berhubungan."

Haikal diam kemudian ia membuang rokoknya di asbak, "Kar, jangan ikut campur."

"Gue gak akan ikut campur kalo emang yang lo mainin itu bukan raya." kara karina tegas, "Kalo lo mainin giselle, sialahkan. Palingan juga dia mainin lo balik. Tapi ini raya kal, raya terlalu baik untuk lo mainin kal."

"Gue gak main-"

"Terus apa namanya ?" potong karina kesal, "Udah banyak yang tau kalo lo akhir-akhir ini sering sama ennik, pulang kampus lo ke apartemennya, tapi balik ke kontrakan lo sama raya."

"Jangan jadi cowok bangsat yang gak bisa nentuin pilihan, kal."

Haikal diam, ia merasa omongan karina benar, ia seperti laki-laki bangsat yang tidak bisa menentukan pilihannya dan malah bermain-main dengan perasaan dua perempuan.

Tetapi walaupun ia tau begitu, ia tetap tidak bisa menentukan pilihannya untuk saat ini.

Kebahagian mana yang harus dia kejar ? Kebahagian lamanya ? Atau kebahagiaan barunya ?

Haikal mengacak rambutnya frustasi, obrolannya dengan karina malam ini membuatnya semakin bingung dengan dirinya sendiri.

"Lo harus bersyukur raya belum denger berita lo balik sama ennik." kata karina sebelum akhirnya berdiri dari duduknya, "Tapi kalo lo terus-terusan begini, gue yang bakal kasih tau dia."


"Kalian ngapain ?"

Haikal dan karina kompak menoleh, mata mereka langsung mendapati kehadiran raya yang menggunakan kaos kebesaran milik haikal.

Karina tersenyum tipis kemudian ia menggeleng, "Gak ngapa-ngapain." katanya, "Sana lo temenin haikal, kayaknya dia hampir gila karena tugas." kata karina sebelum akhirnya meninggalkan raya dan haikal.

Raya memilih untuk duduk disebelah laki-laki itu, "Beneran lo stress karena tugas ?" tanya raya polos, membuat haikal gemas.

Haikal menggeleng, "Engga, mana ada gue stress."

New Happiness | haeryu au✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang