17: 50% and 100%

957 155 12
                                    

Haikal punya alasannya sendiri mengapa ia memilih untuk menghindari raya. Satu, ia merasa bersalah pada perempuan itu perkara ennik. Kedua, ia tidak mau memperdalam dengan raya selama ia belum betul-betul selesai dengan ennik.

Ia paham kalau ini mungkin jatuhnya malah mempermainkan raya. Tetapi ia punya pertimbangannya sendiri, tidak semua orang akan mengerti dengan isi pikirannya.

"Kal !!"

Haikal yang baru saja hendak memakai helmnya itu menoleh, ia mendapati surya yang sedang berjalan kearahnya.

"Oiiii." sapa haikal.

"Mau ke klinik kampus ?" tanya surya.

Dahi haikal berkerut, "Hah ? Klinik kampus ?"

Surya mengangguk kemudian ia merengut bingung, "Emangnya lo mau kemana ?"

"Kontrakan lah."

"Gue kira nyusul ennik ke ke klinik kampus."

Satu alis haikal terangkat, "Ennik diklinik kampus ? Kenapa ?"

Surya menggeleng, "Kurang tau deh gue. Tadi sempet ketemu di parkiran fisip, katanya mau ke teknik nyari lo. Eh barusan kata manda si ennik di klinik kampus."

Untuk beberapa saat haikal terdiam. Ada perlu apa sampai ennik mencarinya ? Dua hari yang lalu juga ennik datang ke kontrakan untuk mencarinya ? Sebenarnya ada apa sih ?

Oke jangan bahas itu dulu, yang terpenting sekarang, kenapa ennik bisa masuk klinik kampus?

"Itu anak kenapa bisa sampe masuk klinik kampus ?"

"Katanya sih keserempet didepan gedung teknik, tapi gue gak tau bener atau gaknya." jelas surya.

Haikal menghela nafasnya, berarti ini ada sangkut paut dengannya.

"Yaudah gue duluan sur." kata haikal lalu memakai helmnya dan naik ke atas motornya.

"Balik ?"

"Ke klinik."

•••

Senyuman perempuan itu mengembang lebar ketika melihat siapa yang muncul dari tirai klinik.

"Gimana keadaan lo ?"

Haikal memilih untuk duduk di kursi samping ranjang klinik, matanya kesana kemari berusaha menghindar dari tatapan ennik.

"Baik. Gue gapapa."

"Beneran keserempet ?"

Ennik mengangguk.

"Makanya hati-hati, lo tuh kalo jalan gak pernah liat kanan kiri, jelas aja di sosor motor." omel haikal membuat ennik tertawa kecil, haikal selalu seperti ini, tidak pernah berubah.

Haikal menunduk menatap sepatunya, "Lo kenapa nyari gue terus ?"

Senyuman ennik luntur, "Gak boleh ?"

Haikal menghela nafasnya, "Bukannya gak boleh, tapi untuk apa ? Lo sendiri yang bilang kalo kita gak perlu berhubungan seintim dulu lagi setelah putus, bahkan berteman pun lo gamau."

Ennik menghela nafasnya berat, ia menatap langit-langit klink, "Gue boleh tarik kata-kata gue itu gak ?"

"Lo nyesel ?"

Ennik mengangguk.

"Dasar, bisa lo cuma ngerepotin gue aja emang." gerutu haikal.

Ennik menoleh kearah haikal, "Kan dulu lo yang selalu bilang kalo lo suka gue repotin, kalo lo suka gue andelin."

New Happiness | haeryu au✔️Where stories live. Discover now