TIGA PULUH EMPAT📍

799 97 4
                                    

°°°°Happy reading°°°°

Malam itu, Fauna dan Santosa berada di pinggir jalan yang penuh oleh pedagang kaki lima. Kedua pasangan itu sedang duduk di kursi plastik berwarna hijau.

Mereka berdua sedang memakan bakso di pedagang kaki lima. Karena tiba-tiba tadi Fauna ingin memakan bakso, dan Santosa langsung menurutinya untuk pergi ke sini.

Cowok dengan hoodie biru tersebut menatap Fauna yang sedang menuangkan sambal ke dalam mangkuknya dengan beberapa kali sendok. Santosa saja yang hanya satu sendok lidahnya sudah tidak kuat menahan pedas sambal merah itu. Apalagi Fauna yang sambalnya sangat banyak.

"Jangan banyak-banyak sambalnya, nanti sakit perut," tegur suaminya.

Fauna hanya nyengir tak berdosa. "Iya, ini cuma dikit kok."

Dikit? Dikit dari mananya, dikit dari matamu? Santosa tak habis pikir. Tadi Fauna mengambil sambal ada 10 kali, diam-diam Santosa menghitungnya. Apa itu tidak kepedasan ataukan kurang pedas bagi Fauna? Awas aja kalo nanti mencret.

"Yang, gak kepedesan apa?" tanya Santosa melihat Fauna memakan baskonya dengan nikmat.

"Gak pedes kok. Malah kurang pedes ini mah," jawab Fauna.

Cewek mah gitu bilangnya si gak pedes. Eh tau rasa entar sakit perut seharian ke WC bulak-balik, mampus kan. Tapi tetep aja suka sama sambal. Gak tau kenapa.

Fauna mengibasi wajahnya menggunakan tangan. Keringat didahi Fauna mulai bercucuran. Kini lidahnya mulai merasakan pedas, dan matanya sedikit mengeluarkan air mata.

Santosa yang melihat itu, tidak tega. Dia mengambil tissue yang sudah tersedia di meja tersebut. Lalu mengelap dahi istrinya menggunakan tissue itu. Fauna yang sedang mengunyah menikmati baksonya----langsung menatap Santosa yang ada di sampingannya.

"Makanya omongan suami itu dengerin sayang, pasti kepedesan, 'kan? Liat tuh bibir kamu udah merah gitu."

"Tadi gak pedes, tapi sekarang ko jadi pedes gini si?" ujarnya.

"Udah, minum dulu." Suaminya mengambil air putih lalu Fauna meminumnya.

"Udah jangan dilanjutin, nanti sakit perut," kata Santosa seraya mengambil mangkuk bakso milik Fauna.

"Ta-tapi kan sayang banget, Sa. Baksonya masih 4 biji lagi, mubajir loh." Fauna memegang tangan Santosa. "Boleh, ya?"

"Gak boleh."

"Please, boleh, ya?" mohonya lagi.

"Gak boleh!"

"Ihhh." Perempuan itu memalingkan wajahnya ke arah lain seraya mencebikkan bibirnya.

Santosa yang melihat istrinya seperti itu terkekeh pelan. Sangat lucu sekali Fauna seperti ini.

"Sayang, marah nih?" tanya Santosa dengan sedikit menggoda.

"Tau ah!" ketusnya.

"Hei ...." Santosa mencolek pinggang Fauna.

"Ih diem deh!"

"Ih diem deh!" Santosa menirukan ucapan Fauna.

"Apa sih kamu?!"

"Apa sih kamu?!"

"Ih jangan ngikutin."

"Ih jangan ngikutin."

"Tau ah males!"

"Tau ah males!"

Fauna berdecak sebal. Sungguh malam ini suaminya itu sangat menyebalkan. Padahal mereka baru baikan, tapi Fauna selalu saja dibuat kesal oleh suaminya sendiri.

SANTOSA {END}Where stories live. Discover now