Part 7 "Perasménos Pétrichor"

9.4K 1.4K 159
                                    

Hai, woylah kemarin lupa update😭🤌
Maaf guys maaf, ayo sekarang kita baca!!
Happy reading🤍🥀

🖤🥀🖤

Sore ini begitu sejuk, aroma tanah basah membuat siapa pun yang menghirupnya merasa tenang. Terutama Aruna, aroma tanah basah membuatnya teringat akan kenangan 13 tahun lalu, dimana dia menunggu teman kecilnya yang berjanji akan mengantar boneka pandanya, tepat minggu sore setelah hujan mereda.

"Kamu nyariin aku gak, sih." gumam Aruna.

"Aku mau ngembaliin kain kamu, aku juga mau minta boneka aku. Kamu dimana, aku pengen main bareng..." sambungnya.

Aruna tersenyum menatap senja, di tangannya terdapat kain batik dengan bordiran nama seorang anak laki-laki yang sampai saat ini menjadi sebuah objek penasaran untuk Aruna.
~Revan A D~

Dulu, pindah ke Bandung bukan kemauannya, namun orang tuannya membujuk dan berjanji akan kembali ke Jakarta secepat mungkin. Ternyata dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa, sampai di Bandung kedua orang tuanya bercerai usai pertengkaran hebat yang membuat calon adik Aruna gugur sebelum di lahirkan.

Ternyata selama ini papanya tidak pernah mencintai mamanya. Papanya hanya menuruti keinginan kakek dan neneknya yang ingin menjodohkan mama dan papanya, selama ini sang papa diam-diam menikah dengan wanita pilihannya yang tak lain adalah sahabat mamanya sendiri. Mama Aruna krcewa dan memutuskan untuk bercerai, 13 tahun lalu adalah tahun trauma bagi Aruna, dia kehilangan calon adiknya dan dia kehilangan pahlawan hidupnya.

Aruna tidak pernah bertemu lagi dengan sang papa, dia hanya tinggal bertiga bersama sang mama dan kakak laki-lakinya. Terakhir yang Aruna dengar, papanya sudah bahagia dengan istri dan anak kembarnya, yang lahir jauh lebih dahulu dibanding dirinya. Aruna tidak percaya, setega itukah papanya?

Meski begitu tidak terbesit sedikitpun dendam di hati Aruna untuk sang papa, seburuk apapun kebohongan papanya Aruna sudah memaafkan karena bagaimana pun beliau adalah ayah kandungnya. Orang yang pernah menjadikan dirinya sebagai princess kesayangan, orang yang selalu memprioritaskan dirinya, menuruti apa pun keinginannya dan memberikan yang terbaik untuknya. Aruna tidak bisa membenci, dia hanya kecewa, kecewa atas apa yang papanya lakukan.

"DORR!!"

"AAAAAH!!" teriak Aruna nyaring, dia sangat terkejut.

"Udah mau maghrib dek, ayo masuk." ajak sosok laki-laki yang usianya hanya terpaut dua tahun di atas Aruna.

"Langitnya masih bagus, kak. Aku masih mau di sini." tolak Aruna halus.

"Habis hujan, dingin ini. Ayo masuk, nanti masuk angin mama ngomel-ngomel malah." bujuk cowok itu sembari memainkan pipi tembam Aruna.

"Bentar lagi..." mohon Aruna dengan puppy eyesnya.

"Ck batu banget sih dek, ayo masuk." Paksa cowok tersebut sambil mengangkat tubuh kecil Aruna layaknya karung beras.

"Aruna, Damian ayo masuk nak!! Bentar lagi sholat maghrib nih!!" teriak sosok wanita dari dalam rumah.

"Tuh kan, mama udah manggil."

Aruna tertawa, bukannya marah dia malah semakin memeluk punggung kakaknya kesenangan, Damian juga ikut tertawa mendengar suara tawa adiknya. Dia bahagia hidup bersama dua bidadari kesayangannya, apalagi melihat dengan mata kepala jika keduanya bahagia. Damian berjanji sebisa mungkin akan membuat bidadari-bidadarinya bahagia, dia akan mengganti rasa sakit yang menahun ini menjadi rasa bahagia selama-lamanya.

"Pa, aku gak tau seberapa menyesalnya papa nanti lihat Aruna dewasa, dia tumbuh tanpa papa, dia jadi anak yang baik dan cantik, dia tumbuh jadi anak perempuan yang paling ikhlas. Papa harusnya bangga punya Aruna..." batin Damian.

READENWhere stories live. Discover now