Part 9 "Aniversary?"

7.7K 1K 69
                                    

Selamat tengah malam yang belum tidur, maaf aku baru update setelah sekian abad lamanya, meninggalkan dedek Revan gemas selama berbulan-bulan.
Gak janji buat update teratur, tapi lagi berusaha buat konsisten rajin, rajin nulis, raji baca, rajin revisi dan rajin update.

Selamat membaca yaaaa❤❤

*****

Sebuah buket besar diletakan diatas makam dengan nisan bertuliskan nama seorang perempuan yang menjadi favorit Revan Aiden Danurendra.

Nadira Anastasia

"Hai cantik, selamat hari aniversary..."

Aiden menabur bunga diatas pusara perempuan kesayangannya, sesak di dadanya begitu terasa lagi dan lagi. Sampai seribu kali pun Aiden tetap merasa sesak atas kepergian Nadira, orang yang mempu merubah pribadinya menjadi lebih baik sekaligus bertambah buruk.

"Udah setahun lo pergi, tapi gue kok gak ikhlas ya?" Kekeh Aiden, cowok itu mengusap batu nisan itu dengan sayang seolah nisan itu adalah Nadira dalam bentuk nyata.

"Gue pulang ya cantik, besok gue kesini lagi buat jenguk lo, yang tenang ya kesayangan..." pamit Aiden, napasnya tercekat merasa tak rela jika kakinya melangkah pergi.

Dengan berat hati Aiden pergi, cowok itu mempercepat langkahnya agar lekas sampai tempat dimana dia memarkir motornya. Tujuan Aiden kali ini adalah sekolah, dia tahu datang ke sekolah jam segini hanya akan mengundang kemarahan guru BK, apalagi ini sudah jam sembilan dimana jam istirahat akan segera berlangsung.

Semacam tidak peduli atau memang tidak punya urat malu Aiden mengendarai motornya secara santai seolah jalan itu adalah milik Ayahnya. Hingga tak jarang orang-orang memyumpah serapahi dirinya yang mengendarai motor seenaknya.

Setelah beberapa menit berkendara Aiden sampai juga di sekolah, cowok itu mengkode satpam agar membukakan gerbang untuknya, dan pak satpam menurut. Di sekolah Aiden ini ada dua gerbang yang harus di lewati jika ingin masuk gedung sekolah, jika gerbang pertama memperbolehkan siswa yang terlambat untuk masuk maka gerbang kedua pembatas aula akan dijaga ketat.

Aiden iseng menelepon Bara, padahal dia tahu kelasnya masih ada pelajaran 25 menit sebelum istirahat.

"Apaan anjir, gue masih di dalam kelas." Tanya Bara dari sebrang sambil berbisik.

"Gue di parkiran, siapa yang ngajar?" Tanyanya balik.

"Anak ngen**t! Jam segini baru berangkat, cepet masuk Bu Desi yang ngajar."  maki Bara.

"Oh, gue rofftop." Sahut Aiden tanpa minat.

Cowok itu mematikan sambungan secara sepihak membuat Bara berdecak di sebrang sana, kemudian dia melangkah pergi sambil menenteng kotak berukuran sedang yang dia beli dijalan sebelum ke sekolah. Tujuannya adalah rofftop sekarang ini, lagi pula dia ada masalah dengan bu Desi tempo hari dan guru itu tidak mungkin memberi toleransi untuk Aiden.

Sebenarnya bisa saja Aiden masuk ke sekolah tanpa diketahui satpam karena banyak jalan pintas yang dia ketahui, namun bukan Aiden jika tidak malas. Cowok itu dengan santainya memanjat pohon mangga yang di sebelah toilet guna melompati pagar, tidak ada kata sulit baginya untuk memanjat dengan masih memakai helm dan menenteng sebuah kotak.

Setelah berhasil melompati pagar Aiden tersenyum miring, dengan santai cowok itu melangkah menuju tangga yang akan membawanya ke atap. Mudah sekali bukan, dia bisa masuk tanpa diketahui siapa pun dan dia bebas membolos sesuka hati.

Aiden menghempaskan tubuhnya diatas kursi panjang yang ada diatas atap, kursi itu mereka ambil dari kantin beberapa bulan lalu dan sempat membuat ibu kantin kebingungan dimana kursi miliknya. Cowok itu melepas helm dan jaketnya kemudian melemparnya ke sembarang arah, yang selanjutnya dia lakukan adalah membuka kotak tadi.

READENWhere stories live. Discover now