Part 10 "Aiden dan kuasanya"

7K 1K 145
                                    

Woy, aku udah trpat janji kan, up hari ini gak usah ancem-amcem "Awas kalau bohong" ini udah di turutin😌
komen aja yg banyak gak usah spam next, plis komen kalian tuh mood saya🤟❤

♡♡♡


Postingan kemarin rupanya mampu membuat Aiden merasa terusik, apalagi notifikasi di ponselnya yang terus bermunculan.

Prakk!

Benda pipih itu dibanting ke lantai sampai hancur, kepalanya pening ditambah notif yang terus muncul membuatnya tambah pening. Jika notif itu tidak menganggu aktifitas bermain gamenya mungkin dia tidak akan semarah ini, hanya saja notif itu sungguh mengganggu hingga dirinya terkena pelanggaran.

"Sialan, gak penting cok!" umpatnya kesal.

Cowok itu menjatuhkan diri di atas kasur kamarnya, menatap boneka panda yang belasan tahun menemani dirinya dengan tatapan penuh harap. Kemudian matanya memejam, kepalanya sakit sehingga dia merasa butuh tidur untuk meredakannya.

Tak terasa Aiden telah tertidur selama tiga jam, cowok itu bangun dengan mimik kaget dan campur aduk, bukan mimpir buruk lagi, ini lebih dari buruk.

"Anjir lupa solat isya gue, bisa di kebiri habis sama ayah." gumamnya sebelum melompat turun dari kasur.

Aiden melaksanakan kewajibannya, setelah selesai dia menoleh ke belakang dimana Opus dan Papol berada, cowok itu senyum-senyum sembari menyodorkan tangan kepada dua benda mati berbentuk lucu tersebut.

"Salim sini sama papi." ucap Aiden cengengesan, cowok itu mulai menyalimi kedua bonekanya masing-masing.

"Pinter banget, sama papi dulu ya kalau mau sama mami bentar lagi." celetuknya asal.

Aiden merapikan perlengkapan sholatnya setelah itu kembali memungut Hp nya yang sudah pecah, cowok itu menggaruk kepalanya yang tidak getal. Dalam hati dia menimbang ingin membeli baru atau memakai Hp lamanya yang sudah pensiun selama dua tahun dan mendekam di dalam lemari.

"Ck, beli aja lah." putusnya.

Cowok itu mengambil Atm miliknya dan pergi bersiap, sebenarnya pergi ke mall adalah sebuah pantangan baginya. Kenapa demikian? Jujur Aiden tidak menyukai mall, ribut, ramai, penuh tipu daya dan banyak sekali drama manusia-manusia sosialita yang gila akan harta.

Sampai di toko handphone tersebut, Aiden langsung menunjuk ponsel pilihannya tanpa basa-basi, cowok itu bahkan tidak mengiyakan atau menolak tawaran pelayanan dari staf toko. Dia hanya menunjuk ponsel yang ingin dibelinya dan menyerahkan kartu debitnya.

"Terima kasih kak atas kunjungannya, sela-"

"Berisik." sela Aiden, cowok itu melirik sinis dan pergi begitu saja.

"Dihh dasar orang kaya, seenaknya aja dia." cibir staf yang baru saja dibentak oleh Aiden.

Aiden sendiri bergegas masuk kedalam mobil yang dia pinjam dari ayahnya, cowok itu meletakan ponsel barunya di kursi sebelah dan mulai melajukan kendaraannya ke arah yang berlawanan dari rumahnya. Tujuannya adalah rumah Galang, cowok itu ingin bercerita sesuatu dan meminta saran pada sahabatnya itu.

Beberapa saat kemudian Aiden sampai di halaman rumah besar Galang, cowok itu tersenyum tipis dan berterima kasih kepada satpam rumah Galang yang telah membukakan gerbang. Aiden memarkir mobilnya setelah itu menghampiri pintu utama serta menekan bell, pintu dibuka oleh sosok pria paruh baya yang tak lain adalah papa Galang.

"Loh Aiden, nyari Galang ya?" tanya pria itu.

Aiden mengangguk, "Iya om, ada Galangnya?"

Pria paruh baya itu mempersilahkan Aiden masuk dan menyuruh cowok itu naik ke kamar Galang sendiri karena sejak pulang sekolah Galang tak kunjung keluar. Aiden cukup tahu dengan itu, Galang tidak mau bertemu papanya, cowok itu memang tidak begitu akur dengan ayah kandungnya sendiri. Tepatnya Galang masih tidak bisa menerima perlakuan papanya di masa lalu.

READENWhere stories live. Discover now