Chapter 07 • Barter

13 4 0
                                    

Dilihat dari sudut pandang manapun, apa yang dilihatnya ini tampak jelas. Aluna yang tengah berteduh di salah satu bangku di bawah pohon yang tidak jauh dari lapangan itu berdecak pelan.

Siapapun akan melihat dengan jelas bagaimana tatapan laki-laki itu dan semua tingkah laku yang dia berikan pada seorang gadis bernama Avosha.

Lihat saja, bagaimana Daniel yang selalu memperhatikannya meskipun mereka berbeda tim. Dan lihat bagaimana perhatiannya dia saat memberikan handuk juga air minum kepada gadis itu saat mereka tengah beristirahat.

Satu hal yang membuat Luna heran adalah saat Ocha sama sekali tidak merasa terganggu atau risih bahkan canggung sekalipun dengan apa yang terjadi di antara mereka.

Heran bercampur kesal lebih tepatnya. Padahal perasaan Daniel sebegitu terlihatnya.

"Ck! Temboknya pake semen apa sih? Heran gue." Gerutunya.

Senyumannya masam, pandangannya pun tidak lepas dari perhatiannya pada pemandangan di depan sana. Tiba-tiba ada sebesit rasa kasihan dalam hatinya pada Daniel. Rasa kasihan dengan perasaannya yang sia-sia.

Terkadang justru Luna yang mengeluhkan tentang cara yang diperlihatkan Daniel kurang transparan untuk orang sebebal Ocha.

Terlalu halus. Padahal orang seperti Ocha harusnya main kasar biar berasa.

Bahkan kalau perlu, Luna lebih menyarankan Daniel untuk mendobrak masuk saja daripada berdiam diri di depan pintu menunggu pemilik rumah membuka dan menyambutnya.

Tolong. Kalau hal itu terjadi, Luna akan daftarkan agar 7 keajaiban dunia bertambah menjadi 8. Lalu Luna akan menggelar tasyakuran 7 hari 7 malam.

"Bagusnya gue kasih tau dia buat lebih berjuang atau malah berhenti sekalian?" Luna bertanya lirih yang lebih ditunjukan pada dirinya sendiri. Gadis itu berpikir keras sampai tenggelam dalam pikirannya.

"Bagusnya sih opsi kedua. Biar dia sadar tempat dan biar gue aja yang bergerak maju."

"Iya, biar lo yang-AH ANJING!!!" Luna menoleh dengan mata melebar saat menyadari sebuah suara berada tepat di sampingnya. Sosok lain yang tengah duduk dengan santainya dan sedang menatap kearah pandang Luna tadi.

"Apaan dah. Lebay banget."

"WHAT THE FUCK! KENAN?!" Tanya Luna tidak percaya.

Kenan menoleh lalu tersenyum, "Iya ini gue. Kaget ya liat cogan di sini?"

"Lo ngapain?!"

"Duduk."

Luna memandang aneh orang disampingnya. Sejak kapan dia duduk persis di sebelahnya? Bahkan langkah kakinya pun Luna tidak dengar.

Jangan-jangan dia punya kemampuan teleportasi?

"Kok bisaaa?!" Luna masih tidak percaya.

"Ya bisa. Orang gue udah duduk sambil makan snack lo kok," Kenan menunjuk lima bungkus camilan yang sudah habis di bawahnya.

Luna tambah menganga.

"Oke oke. Anggap aja lo teleport kesini-"

"Kayak jin tomang dong gue pakai teleport segala,"

"Yaa sejenis." Balas Luna, "Btw nama gue-"

"Aluna, teman satu-satunya Avosha kan? Gue udah tau," Potong Kenan.

Luna hanya mengangguk. Semua orang juga sudah tahu hal itu.

"Lo deketin Ocha?" Tanya Luna to the point.

Untuk ukuran orang yang baru kenal, sebenarnya Luna bukan tidak sopan lagi tapi ngelunjak. Tapi berhubung orang itu ada sangkut pautnya dengan Ocha, Luna masa bodoh.

MONOKROM : Epoch Of AvoshaWhere stories live. Discover now