Chapter 28 • Hell or Heaven

9 1 0
                                    

Happu Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happu Reading!!!



"Jadi, kenapa kamu suka banget sama permen kapas?"

Laki-laki itu bertanya setelah sebelumnya berjalan mendekati gadis yang tengah duduk di salah satu ayunan taman bermain. Tangannya menyerahkan sebuah permen kapas berbentuk kepala beruang berwarna merah muda itu pada gadis yang melihatnya dengan tatapan berbinar.

"Karena manis. Gak ada alasan lain."
Katanya lalu menyambar dan memakan cepat satu gigitan permen kapas yang sudah berada di tangannya.

Matanya sejenak memejam merasakan rasa manis yang menyebar hampir ke seluruh lapisan mulutnya.

Bahagia. Dia bahagia.

"Aku sukaaa semua makanan manis!" Lanjutnya semangat.

Laki-laki itu menarik senyum simpul melihat gadis di sampingnya yang terlihat sangat menikmati apa yang baru saja ia belikan.

"Coklat atau permen kapas?" Tanyanya mendadak.

"Permen kapas." Jawab gadis itu tanpa banyak berpikir.

"Lolipop atau permen kapas?"

"Permen kapas."

"Ice cream atau permen kapas?"

"Permen kapas."

"Aku atau permen kapas."

"Kamu."

Sebuah senyum kemenangan seketika tercetak nyata di bibir laki-laki itu, "Udah jelas aku pemenang semuanya kan?" Katanya bangga.

Tapi bukannya mendapat anggukan, ia justru mendapat gelengan keras yang membuat senyumnya luntur.

"Kata siapa?" Tanya gadis itu.

"Loh? Tadi kan-"

"Aku pilih kamu soalnya cuma kamu yang bolehin beli permen kapas sebanyak apapun yang aku mau. Gak usah kepedean." Jawabnya santai.

Raut wajah laki-laki itu berubah murung. "Jadi permen kapas tetap tahta tertinggi?"

Gadis itu mengangguk semangat sambil tersenyum hingga matanya sedikit melengkung dan menyipit. Melihat itu membuat bibir laki-laki itu kembali terangkat tanpa sadar. Ia gagal untuk sekedar jengkel. Bagaimana bisa untuk dia cemberut ketika dirinya disuguhi sebuah senyuman yang sudah ia tetapkan menjadi hal terindah yang pernah ia lihat.

Sangat cantik.

"Mau?" Tawar gadis itu.

"Emang kamu mau bagi?"

"Enggak."

Laki-laki itu terkekeh dan menyentil dahi gadis itu gemas.

"Kalau kamu mau, beli aja sendiri." Ujarnya lalu kembali menarik permen kapas dan memasukannya ke dalam mulut sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang tidak menyentuh tanah. "Tapi jangan lupa beliin satu lagi buat aku ya,"

MONOKROM : Epoch Of AvoshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang