Chapter 29 • PADMARINI

9 0 0
                                    

Happy Reading!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading!!!

Note : This chp will be a bit long, sorry hehw



Sejak semua hal yang terjadi di rooftop sekolah siang tadi, sepertinya Ocha benar-benar membuktikan sambutan terbukanya.

Tidak perlu menunggu satu hari untuk melihat perubahan drastis dalam diri Ocha pada Kenan, nyatanya hanya berselang satu jam saja gadis itu sudah menurut saat Kenan berkata akan mengganti perban lusuh di tangan kanannya.

Sontak sikap itu membuat Kenan sedikit terperangah. Bahkan sampai harus disadarkan kembali oleh gadis itu.

Kini mereka berada di ruang kesehatan sekolah. Setelah meminta peralatan yang diperlukan pada dokter di ruang kesehatan, Kenan mengambil duduk di depan Ocha yang juga sudah duduk dengan anteng tanpa memberontak.

Laki-laki itu meminta tangan kanan Ocha yang kemudian disodorkan gadis itu dengan santai.

Sesaat Kenan memperhatikan perban yang sudah kotor dan terdapat bekas darah yang sudah berubah warna menjadi kecoklatan.

"Gak pernah lo ganti?" Tanya Kenan heran.

"Males." Jawab Ocha singkat.

"Bocah gendeng."

Kenan hanya bisa berdecak samar, ia mengambil gunting steril lalu menggunting perlahan di tempat yang ia rasa aman untuk membuka jalan ikatan. Kenan membuka perban tadi pelan takut luka yang ada masih belum tertutup walaupun sudah hampir dua minggu lamanya.

Biar bagaimanapun, Kenan tidak tahu pasti seberapa besar luka di tangan Ocha. Bukankah waktu ia menemukan gadis itu keadaanya sangat berantakan? Jadi, Kenan jelas sulit untuk mengidentifikasi dari bagian tubuh mana saja darah itu berasal. Apalagi dengan kondisi Kenan yang shock. Lalu ketika ia melihat Ocha lagi, seluruh darah itu sudah bersih hanya meninggalkan tangannya yang dibalut perban.

Kini ikatan telah dibuka secara keseluruhan. Mata Kenan sedikit terkesiap. Saat ini, ia dengan leluasa bisa melihat seberapa parah luka yang tercetak di buku-buku jari Ocha. Luka itu sudah mulai membiru lebam dan lebar, bahkan diantaranya ada yang hampir kehitaman dan menyisakan sedikit darah. Kenan bisa menebak itu adalah luka baru dari luka sebelumnya yang belum tertutup sempurna.

Hahhh!!! Gadis di depannya ini memang sudah mati rasa sepertinya.

"Ckckck. Lo abis tawuran sama preman mana?" Tanyanya tidak habis pikir.

Ocha yang melihat reaksi Kenan hanya merespons kalem. "Cantik?"

Spontan, si pendengar mendongak sambil memandang aneh, "Kayaknya bukan cuma tangan lo yang sakit, isi kepala lo juga kena."

Perkataan Kenan dibalas kekehan ringan.

Yang lagi-lagi membuat Kenan shock berat. Kalau tidak salah ingat, ini pertama kalinya Ocha tertawa walaupun lirih di depannya, kan?

MONOKROM : Epoch Of AvoshaWhere stories live. Discover now