Chapter 21 • Pasien Kepala Beton

18 2 0
                                    

Happy Reading~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading~

+
+
+

Ocha bersandar pada kursi belakang sambil menutup mata saat rasa kantuk terasa sedikit menyerang kesadarannya.

Entah karena efek dia sakit atau tidak tidur berhari-hari, Ocha merasa sejak bangun dia jadi mudah mengantuk.

Hanya saja, ia masih saja takut untuk sekedar terlelap barang sebentar.

Ada hal yang membuatnya merasa sesak.

Sedangkan Kenan yang merasa bosan menunggu padahal baru tiga puluh menit,
sedari tadi sedang fokus melihat pada jarum metronom yang bergerak ke kanan dan kiri dengan tempo stabil.

Soalnya Ocha tidak mau diajak bicara. Dan Kenan juga tidak setega itu untuk mengajak pasien untuk bertengkar.

Merasa dirinya mulai terhipnotis karena mengikuti pergerakan jarum metronome yang masih bergerak, Kenan segera mengambil alih kesadaran dan menatap Ocha dengan satu tangan yang bertumpu pada meja.

"Ngantuk?"

Pertanyaan yang diabaikan membuat Kenan mendekatkan diri dan menarik kepala Ocha untuk disandarkan ke bahunya.

Tapi belum juga sampai, gadis itu membuka mata dan berdecak tidak suka.

"Mending kita balik ke ruang inap dan lo bisa tidur. Kita batalin selagi dokternya belum datang. Toh kayaknya dia lagi sibuk. Kita kesini lagi besok,"

Setelah perkataan Ocha di rooftop yang membuat baik Kenan maupun Ethan syok, gadis itu langsung berdiri dan mengabaikan panggilan Kenan maupun Ethan.

Tidak ada marah tidak ada mengancam. Ocha hanya diam, berdiri, lalu pergi bergitu saja. Tanpa sepatah katapun.

Dari rentetan kejadian yang terjadi, Kenan tahu bahwa Ocha tipikal gadis yang sangat keras kepala dan nekat. Pikirannya tidak mudah ditebak oleh orang luar. Seperti benang kusut yang sulit untuk mencari jalan keluar.

Kenan tahu saat itu sia-sia untuk berbicara ini itu, karena Ocha tidak akan mempan hanya dengan ucapan. Dia bisa saja melarikan diri kalau Kenan tidak mencegah dan membantunya. Jadi, lebih baik ia mengalah dengan menyetujui kemauan Ocha dengan syarat bertemu dokter yang menanganinya lebih dulu.

Tentu setelah mengantar Ethan kembali ke ruang rawat milik ibunya.

Bocah piyik tidak boleh ikut campur dalam situasi orang dewasa.

Walaupun Ocha harus menenangkan dan memastikan Ethan tidur sebelum mereka pergi.

Dan di sinilah mereka berada.

Menunggu dengan tenang dan bosan di sebuah ruangan milik dokter Farel yang bertanggung jawab atas Ocha.

Mendengar perkataan Kenan membuat Ocha berdiri dari duduknya yang langsung dicegat laki-laki itu, "Sekali lo jalan, gue telfon aunty Kyra."

MONOKROM : Epoch Of AvoshaWhere stories live. Discover now