Chapter 12 • Two Class

12 2 0
                                    

"Lo lagi ngerjaiin apa?"

Suasana kelas yang sudah terbilang ramai menyapa ketika mereka membuka pintu. Langkah Aluna mendekati satu orang yang duduk di barisan kursi depan, sedangkan Ocha langsung berjalan menuju bangkunya.

Luna memang sedikit kesiangan pagi ini. Padahal hampir setiap hari dia selalu berangkat awal. Hanya gara-gara mobil yang biasa mengantarnya mogok, dia jadi harus berangkat lebih terlambat karena menunggu Ocha menjemputnya.

Mblangsak begini juga, walaupun bukan termasuk jajaran siswa unggulan, tapi dia jauh lebih rajin daripada Ocha yang langganan terlambat dan berurusan dengan guru piket, lalu berakhir mendapat hukuman.

Tapi Luna suka, suka melihat Ocha tersiksa, hehe...

Back to the topic, seperti biasa ia dibuat heran dengan sosok laki-laki yang tengah berkutik dengan catatan di mejanya. Entah melakukan apa. Padahal masa jabatannya sebagai ketua osis sudah lama berakhir, tapi seorang Dio seperti tidak punya waktu untuk bengong sekalipun bahkan ketika kini mereka tinggal menghitung bulan untuk kelulusan.

Anak ambis memang beda.

Pandangan Luna beralih pada Dio yang masih mengabaikan keberadaannya.

"Pagi Dio,"

Decakan keluar dari mulut gadis itu saat tidak ada balasan. Tanpa permisi dia menarik buku Dio lalu membacanya.

"Lo nulis apaan sih? Perasaan hari ini gak ada pr dah,"

Dio menatap Luna sangar. Ia berdiri, tangannya berniat ingin merebut kembali bukunya, tapi Luna dengan gesit menghindar.

"Pelit amat. Gue mau liat doang kali."

"Balikin."

"Iya nanti gue balikin. Liat bentar doang elah, kek ada apaan aja."

"Balikin.Buku.Gue." Ucap Dio menekankan seluruh kata.

"Bodo amat." Luna menjulurkan lidah mengejek.

Tapi sepertinya buku itu terlalu berharga bagi Dio. Dengan segera dia berjalan cepat mendekati Luna yang sudah melangkah menjauh darinya. Terjadi aksi rebut-rebutan yang sedikit dramatis pagi-pagi. Membuat hampir semua pasang mata yang berada di kelas mendapat tontonan gratis.

"Yo! Gue cuma mau pinjem bentar! Bukan mau maling!" Ujar Luna tidak percaya seorang Dio mau bersusah payah sampai sejauh ini.

"Aluna." Geram laki-laki itu.

Dio kembali mengejar Luna yang berhasil lolos hingga berada di depan kelas. Luna terpojok saat ia sudah berada di sudut meja guru. Mulutnya berdecak saat melihat Dio sudah berada di depannya.

Laki-laki itu menengadahkan tangannya meminta buku tadi.

Luna menatap Dio kesal, "Ah. Rese lo!"

"Lo yang rese!"

"Pinjem buku doang kek pinjem nyawa!"

"Pinjem itu harus ada izin dari pemilik. Kalau asal ambil itu namanya maling."

Luna menghembuskan nafas kasar, "Yaelah, nih! Ambil nih!"

Hampir saja buku itu berada di tangan Dio, tapi dengan lincah Luna mengambil celah untuk melarikan diri dari sana.

"Eitss. Kalau bisa!"

Sayang, kelincahan Luna masih kalah telak dengan kegesitan Dio. Tangan Dio dengan cepat menarik lengan Luna, membuat tubuhnya berbalik dan oleng seketika. Kejadiannya terlalu cepat, sampai pinggang bagian belakang Luna yang tidak siap tanpa bisa dikendalikan membentur sudut meja dengan keras. Bahkan sampai meja itu bergeser menjauh.

MONOKROM : Epoch Of AvoshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang