Chapter 30 • Luna Knows

6 1 0
                                    

Tangan Ocha membuka lembaran buku berjudul 'White Hole' dengan santai. Tampak sangat amat kelewat santai untuk ukuran orang yang sedang diberi tatapan tajam dan menuntut oleh sosok di depannya.

Sudah hampir lima menit Luna meminta penjelasan pada Ocha atas semua hal yang terjadi belakangan ini. Dari mulai gadis itu yang seakan lebih sering menghilang dari pandangannya beberapa hari belakangan sampai kehadiran Kenan yang sama sekali tidak Ocha tolak.

Luna merasa ada yang sedikit berbeda dari Ocha setelah gadis itu kembali dari rumah sakit.

Bahkan untuk sekedar tahu kapan dan bagaimana Ocha keluar dari rumah sakit saja Luna tidak akan diberitahu kalau saja dia tidak inisiatif untuk mengorek informasi dari aunty Kyra.

Dan justru semua jawaban yang diberikan oleh aunty Kyra semakin membuat Luna ternganga.

Nama Kenan masuk ke dalam jawaban yang diberi aunty Kyra, persis seperti pemeran utama.

Sejak kapan dan sejauh mana Luna melewatkan banyak hal tentang Ocha?

Karena itulah seharian ini Luna mengekori Ocha kemanapun dia pergi. Bahkan sampai ke tempat yang sangat disukai Ocha namun sebaliknya malah membuat kepala Luna pening.

"Serius lo gak mau jawab pertanyaan gue?" Luna menyandarkan tubuhnya ke tembok, ia lelah.

Capek juga mencoba mengancam gadis itu dengan matanya.

Bisa-bisanya Ocha sehari-hari menatap orang lain dengan pandangan seperti itu, padahal Luna yang baru beberapa menit saja matanya sudah perih.

Memang sudah takdir Tuhan. Ocha ditakdirkan untuk mengintimidasi lawan lewat mata, sedangkan Luna ditakdirkan untuk menjambak rambut lawan lewat kedua tangan dan juga mulutnya dengan penuh cacian.

Kini mereka tengah duduk ngemper di lantai rak pojok belakang perpustakaan. Tempat favorit Ocha karena tidak terlihat oleh banyak orang dan minim gangguan.

"Gue udah melototin lo sejaman loh Cha!"

Tanpa menoleh, gadis itu membuka lembar halaman, "5 menit." Katanya mengoreksi.

Luna mendengus kasar. Ia ingin mencak-mencak, tapi nanti di blacklist dari perpustakaan karena membuat keributan.

Masalahnya dia belum dapat jawaban.

Kalau sudah sih bodo amat. Toh, Luna juga kemari bisa dihitung jari.

Tahan, Luna harus sabar.

"Jadi lo sekarang lebih percaya sama si kutu beras daripada sama gue?"

Tapi lagi-lagi tidak ada jawaban membuat Luna berniat mau merebut dan merobek buku yang dipegang Ocha. Tapi sepertinya gadis itu banyak belajar dari pengalaman hingga bisa menghindar serbuan Luna dengan cepat.

"Apa?" Tanyanya lempeng.

Baru saja Luna mau membuka mulut, getaran singkat di ponsel Ocha membuat atensi keduanya berubah.

Luna menatap sinis saat Ocha langsung mematikan layar ponsel dan menyimpannya jauh dari jangkauan Luna lalu gadis itu kembali bertingkah tenang.

Baru sempat Luna berniat kembali membuka mulut ingin melayangkan protes, kali ini getaran panjang di ponsel Ocha kembali menarik perhatian keduanya.

Tangan Luna beralih untuk mengambil buku yang Ocha pegang, hal itu membuat Ocha kembali dengan sigap melindungi bukunya.

Tapi sialan.

Sejak awal bukan buku yang Luna incar, melainkan ponselnya. Gadis itu melakukan tipu daya murahan yang dengan gampangannya Ocha beli.

Tangan kiri Luna ternyata ahli untuk menyelinap mengambil ponsel yang Ocha letakan di belakang tubuh.

MONOKROM : Epoch Of AvoshaWhere stories live. Discover now