Chapter 14 • Fray

14 2 0
                                    

Ramai dan bising.

Suasana yang sangat Ocha tidak sukai.

Disinilah dia sekarang, kantin sekolah.

Ocha menatap sekitar. Sebenarnya berapa banyak murid di sekolah ini sampai kantin yang terbilang luas saja, mereka masih harus berdesak-desakan.

Ocha yang hanya melihat justru merasa kepalanya berdenyut sendiri.

"Mau pesen apa?" Luna bertanya saat mereka mengambil duduk di sebuah meja di sudut kantin.

Ocha menggeleng sebagai jawaban. Luna mengikuti arah pandang Ocha, tepatnya pada salah satu penjual makanan paling ramai.

Mengerti apa yang ada dipikiran gadis itu, Luna berujar, "Pak Yanto ceritanya lagi ulang tahun, jadi ngasih diskon gede-gedean. Katanya sebiji batagor cuma dikasih harga limaratus perak. Ya lo tau sendiri, walaupun pak Yanto kasih harga mahal bin pelit, batagor di sana kan yang paling enak. Gak tau, pake penglaris kali."

Ocha berdecak, tetap saja harusnya mereka tahu aturan.

"Jadi, lo mau pesen apaan nih? Gue mau ngantri." Tanya Luna lagi.

"Lemon tea."

Luna mengangguk lalu melenggang pergi dari duduknya.

Ocha menelungkupkan wajahnya di atas meja. Setelah lama beristirahat, sampai kini keringatnya belum berhenti keluar. Wajah hingga telinganya memerah karena panas, bahkan seragam olahraganya pun masih melekat.

Sejujurnya Ocha merasa ada yang aneh pada tubuhnya sejak pagi. Apalagi saat ia berkeringat rasanya justru keringat dingin yang keluar. Namun dia mengabaikan rasa aneh itu dan beraktifitas seperti biasa.

Ocha benar-benar merasa tidak bertenaga sekarang. Tidak biasanya dia seperti ini. Terlebih suara bising disini membuatnya bertambah pusing.

Beberapa saat kemudian Luna datang dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman dingin dan satu botol air mineral biasa. Luna meletakannya dengan hati-hati di meja.

"Gue mau pesen makanan dulu. Awas aja kalau lo kokop minuman gue!" Peringatnya sebelum kembali pergi.

Beberapa menit setelah Luna pergi, tiba-tiba saja sebuah gebrakan meja mengusik Ocha yang tengah menahan rasa mual di perut. Ia mendongak dan mendapati seorang gadis yang tengah berdiri di depannya dengan tatapan marah.

Jelas gadis itu bukanlah Luna. Dan jelas keributan yang dibuat gadis itu sukses mengundang perhatian sebagian orang yang berada di kantin. Bahkan kerumunan yang berusaha mendapatkan batagor memilih bubar dan berbalik ikut menonton.

Gadis itu berteriak nyaring dengan mata seperti akan menguliti Ocha hidup-hidup.

"JADI LO SI JALANG ITU?!"

Dia kembali berteriak hingga mampu membuat telinga Ocha berdengung. Namun dengan santainya ia lebih memilih meminum lemon tea miliknya.

Gadis didepan Ocha merasa dirinya diabaikan hingga kembali menggebrak meja bahkan kali ini lebih keras dari sebelumnya. Ocha melirik dua tangan di depannya yang kini memerah. Ia yakin gadis ini pasti sedang kesakitan tapi berusaha ditahan.

"JAWAB ANJING! PUNYA MULUT GAK LO?!"

Ocha berdecak. Dia lebih mirip seperti orang yang sedang kerasukan setan kalau berteriak seperti itu.

Ia akhirnya mendongak menatap gadis di depannya dengan tenang.

"Siapa?"

Gadis itu justru membulatkan matanya tidak percaya sebagai respon. Begitu juga dengan semua yang di sana.

MONOKROM : Epoch Of AvoshaWhere stories live. Discover now