Chapter 23 • Larangan

12 2 0
                                    

Bangun kembali.

Ocha membuka mata dan menyadari bahwa pagi telah kembali datang menyapa. Padahal ia merasa baru menutup mata tadi malam tepat setelah ibunya menutup pintu.

Sungguh. Ocha tidak berbohong kalau semalam dia sangat lelah.

Untuk sekian detik, matanya menatap langit-langit dengan pandangan yang menerawang. Mengingatkan lagi tentang bunga tidur yang singgah hampir setiap malam.

Tangannya naik dan menyentuh ujung matanya.

Lagi.

Jarinya terasa basah karena air yang berasal karena alasan yang sama.

Gadis itu berusaha bangun mendudukan diri. Seketika kepalanya seperti terhantam batu, pandangannya berputar untuk sekian detik membuat perutnya bergejolak mual ingin memuntahkan isi di dalam sana. Ocha menutup mata untuk menetralisir keadaannya.

Hingga setelah dirasa membaik, ia segera menyibak selimut dan berjalan ke kamar mandi untuk bersiap.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, gadis itu keluar dari kamarnya dengan seragam rapi dibalut dengan hodie abu-abu dan tas yang ia bawa di pundak kanan. Rambut pendek miliknya hanya dibiarkan begitu saja, membawa kesan acuh yang biasa dia perlihatkan. Kakinya berjalan menuruni tangga hingga gadis itu menghentikan langkah di pintu dapur.

Di sana sudah terlihat pemandangan Kyra yang tengah sibuk berkutat dengan penggorengan dan kompor. Memasak berbagai macam sarapan yang Ocha rasa ini sedikit banyak dari biasanya?

Aneh.

"Eh? Morning sayang," Sapa wanita itu setelah menyadari kehadiran Ocha yang berjalan mendekat setelah meletakan tasnya di kursi. Gadis itu hanya tersenyum tipis menanggapi.

"Kamu mau ngapain?"

"Bantu."

"Enggak perlu. Ini hampir selesai."

Ocha hanya mengangguk lalu duduk di kursi yang tersedia di meja makan.

Tapi baru dua menit berlalu, wanita itu kini berganti sibuk kesana kemari seperti mencari sesuatu.

"Bisa tolong ambilkan gunting Cha? Kayaknya momma kemarin pakai gunting terus ditaruh di depan TV deh. Gunting yang di dapur, momma lupa taruh dimana soalnya. Tolong ya, ini gak bisa ditinggal."

Lagi-lagi Ocha hanya mengangguk, bangkit, lalu berjalan ke ruang tengah.

Entah karena pikirannya yang tidak berada di tempat, atau karena dia yang terlalu fokus untuk mencari gunting yang ternyata tidak berada di depan TV. Hanya dengan sebuah kata, "Hai." tiba-tiba, tepat ketika ia berhasil mendapatkan gunting dan membalikan badan berhasil mengejutkannya.

Refleks gunting yang berada di tangan Ocha terbang menghampiri sumber suara dan melakukan pendaratan dengan sangat aesthetic.

"Anjir!" Ucap Kenan dengan mengernyit. "Gila. Lo lempar gue pakai gunting?" Tanyanya tidak percaya, "Mentang-mentang anak basket sejati, lemparannya tepat sasaran."

Ocha tidak percaya, laki-laki itu masih ada di rumahnya.

Dia sadar bahwa orang yang semalam mengantarkannya pulang adalah Kenan dan Ocha juga tahu saat dia meninggalkannya begitu saja ketika mereka sudah sampai di depan rumah.

Tapi, saat itu Ocha kira laki-laki itu langsung pulang.

Aturannya begitu.

Tapi sekarang, apa-apaan? Kenapa manusia ini sudah ada di hadapannya sepagi ini dengan wajah sayu baru bangun tidur?

MONOKROM : Epoch Of AvoshaWhere stories live. Discover now