Chapter 16 • Tumbang

22 2 0
                                    

Happy Reading ^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading ^^



Kenan menatap ponselnya dengan tidak sabar. Menunggu sang pemilik nomor yang tadi sedang berkirim pesan dengannya kini tidak membalas sejak dua puluh menit yang lalu.

Padahal Kenan sampai spam video call segala, tapi tidak diangkat dan tidak ada balasan.

"Ck! Ini tuyul kemana sih! Lagi berak apa gimana?" Geramnya.

"Sabar elah." Leo menanggapi santai.

Pasalnya, mereka berdua sudah menunggu lebih dari setengah jam di samping gudang sekolah. Menunggu dengan was-was di sini karena sekarang masih jam pelajaran berlangsung.

Iya, tadi mereka bertiga gagal membolos karena saat sudah hampir sampai di pintu gerbang, tiba-tiba telinga mereka ditarik oleh seseorang dari belakang.

Dan saat membalikan badan. Seorang guru killer tengah menatap mereka tajam.

Pak Hilder, sudah berdiri dengan kedua tangan berada di telinga Kenan dan Leo.

Ketiganya langsung mengumpat dalam hati.

Seolah tau dengan niat mereka, seketika pak Hilder meminta bantuan satpam sekolah untuk menjewer juga telinga Luna dan membawa mereka kembali masuk ke dalam.

Untung saja pak Hilder dalam suasana hati yang bagus. Mereka hanya mendapat ceramahan saja selama satu jam dan poin pelanggaran.

Masih untung. Karena tidak mendapat hukuman.

Karena tenaga mereka harus digunakan untuk mencari Ocha nanti.

Tapi seakan tidak jera, Kenan kembali menyusun rencana dengan meminta nomor Luna untuk kembali membolos dari sekolah. Keduanya sepakat untuk bertemu di sini siang ini juga.

Entah bagaimanapun, mereka harus mencari Ocha secepatnya.

Leo yang sudah bertekad ikut membolos pun tidak mau memundurkan niat.

Lumayan. Penghibur gabut.

Ketika kembali sibuk untuk menghubungi Luna, sebuah langkah kaki berlarian menggema dari balik tembok. Perasaan keduanya semakin dagdigdug, waspada saja kalau itu adalah guru.

Bisa batal lagi rencana yang sudah disusun. Dan mereka harus mencari Ocha sepulang sekolah.

Terlalu lama.

Tapi kewaspadaannya sirna saat Luna yang muncul dengan nafas terengah.

"Lama banget lo nyet!"

Luna bertumpu pada lutut untuk menetralkan nafasnya, "Ayo buruan! Gue tadi hampir ketauan sama guru! Takutnya dia masih ngikutin!"

"Cupu banget lo urusan bolos. Gini aja ketauan!" Kenan menggerutu, "Tau gini mending gue cabut dari tadi!"

Luna menatap nyalang, "Lo kira gue mau cabut sama lo? Lagian kalau gak sama gue, emang lo mau nyari kemana hah? Emang lo tau tempat yang biasanya Ocha datengin? Lo aja orang baru, mau sampe lo sekarat juga gak bakal ketemu!"

MONOKROM : Epoch Of AvoshaWhere stories live. Discover now