Epilog

4.8K 269 38
                                    

Tangannya mengusap nakas yang dipenuhi piagam dan piala penghargaan. Bibirnya mengulas senyuman saat matanya tak sengaja menatap salah satu foto di sana.

"Ada apa hmm?" Tanya seorang pria yang memeluk tubuhnya dari belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa hmm?" Tanya seorang pria yang memeluk tubuhnya dari belakang.

"Lihat ini, foto saat Darren mengikuti internasional minigp di Belanda 2 tahun lalu. Sekarang dia terlihat semakin besar."

Harvey terkekeh. "Tingginya bahkan melebihi princess." Darren bahkan terlihat seperti kakak bagi Lily.

Keduanya terkekeh sembari menatap jendela kaca yang memperlihatkan kedua anaknya sedang berada di area tembak.

"Ayo ke sana." Ajak Harvey pada istrinya.

Sepasang suami istri itu berjalan beriringan menuju lapangan tembak, Darren dan Lily terlihat sedang lomba menembak.

"Kenapa kalian tidak istirahat? Nanti kita akan terbang ke Spanyol."

Kedua bocah yang sedang fokus pada pistol di tangannya itu menoleh ke belakang. Darren memilih menyudahi kegiatannya, ia berlari menghampiri bangku taman yang di duduki kedua orang tuanya.

Darren menidurkannya tubuhnya di sana dengan kepala yang berada di pangkuan ibunya.

"Kenapa masih bermain-main?" Tanya Yola mengusap lembut rambut panjang putranya.

Darren memeluk pinggang ibunya dan menenggelamkan wajahnya di perut wanita itu. "Karena ingin main." Gumamnya.

"Seperti anak kecil saja." Sindir Harvey melihat tingkah manja putranya.

"Bilang saja daddy cemburu." Dengus Darren.

Harvey hanya menggerutu kecil mendengarnya, tentu saja ia cemburu. Ia tidak suka jika ada pria lain yang bermanja-manja pada istrinya, meski itu putranya sendiri.

"Daddy...."

Panggilan itu membuat Harvey menatap putri cantiknya yang sekarang sudah berusia 11 tahun. "Yes princess?"

"Aku ingin belajar senapan ini." Lily menunjuk salah satu senapan besar di dalam kotak kaca.

Harvey terdiam menatap senapan itu, senyuman tiba-tiba terbit di bibirnya. "Minta mommy mengajarinya, mommy sangat ahli menggunakan senapan anti materiel." Ucapnya sembari menatap sang istri.

Yola terkekeh mendengarnya. "Senapan itu biasanya digunakan pasukan militer saat perang, warga sipil seperti kita tidak perlu mempelajarinya."

"Tapi aku ingin mommy." Lily mengerucutkan bibirnya.

"Ayo son kita bertanding balap kuda, hitung-hitung pemanasan untuk lomba balap motormu besok." Ajak Harvey pada putranya.

Darren langsung bersemangat, ia segera bangun dan mengikuti langkah sang ayah, meninggalkan ibu dan kakaknya yang masih di sana.

TOXIC PARTNER 1: AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang