46.

196 16 5
                                    

Happy Reading ​☘︎

˚˚˚

Dua bulan berlalu, kini usia kandungan senja sudah menginjak sembilan bulan, bahkan bela sudah melahirkan seorang anak laki-laki. Senja tengah berada di ruang tamu bersama dengan mertua serta para teman-teman nya.

Perempuan itu sekarang lebih banyak diam, menjawab pun hanya seperlunya, Tim SAR sudah menyerah untuk mencari keberadaan Aksa tapi tetap tidak ditemukan. Yang ditemukan hanya 50% orang dewasa 20% remaja dan 30% Anak-anak. Para jenazah pun masih dievakuasi untuk mencari identitas Jenazah masing-masing.

"Senja, ini vitamin kamu" ucap mama dea mengulurkan segelas air putih beserta satu buah pil. Senja seperti tuli. Ia melamun dan tak sadar mama dea memanggilnya sejak tadi. akhirnya megan yang mengusap perut perempuan itu sampai ia mendongak.

"Vitamin nya diminum, jangan sampai karena kehilangan Aksa lo jadi ga merhatiin anak yang lo kandung" sergah megan. Terdengar helaan nafas dari senja. Perempuan itu mengambil alih pil dan segelas air dari tangan mama dea. Kemudian senja meminumnya.

Mama dea tersenyum simpul, karena senja menurut pada megan walau hatinya masih belum mengikhlaskan Aksa. "Mama rasa kamu cocok sebagai pengganti Aksa buat senja" seketika senja tersedak air sampai matanya memerah dan pangkal hidungnya pun sama.

"Maksud tante?" tanya megan tak mengerti, semua teman-teman saling bertukar pandang. "Kamu mau kan jadi suami pengganti buat senja?" tawar mama dea. Megan terdiam sejenak hingga perdetik setelahnya ia melirik senja dengan raut wajahnya terkejut.

"Mama apaan sih! Kak Aksa masih hidup!" sergah senja marah karena mama dea langsung saja berbicara seperti itu kepada megan tanpa persetujuan darinya. "Senja, Aksa udah gaada, ikhlas sayang" bujuk mama dea

"Gak! Kak Aksa masih hidup! Dan Meskipun kak Aksa udah gaada aku gamau nikah sama siapapun!" Final senja. "Ini demi masa depan kamu sama anak kamu sayang" bujuk mama dea sekali lagi.

"Ga perlu! Aku bisa rawat anak aku sendiri, aku benar-benar ga nyangka kalo mama kek gini" rajuk senja dan berlalu begitu saja. Mama dea menghembuskan nafasnya perlahan. Sebenarnya ia pun masih belum Terima jika Aksa telah tiada. Bagaimanapun Aksa adalah anak semata wayangnya.

"Papa udah bilang mah, senja pasti ga setuju" ucap papa rehan lesu. "Mama akan coba bujuk dia" mama dea ingin menyusul senja tapi megan menghentikannya.

"Biarin dia tenang dulu tante, lagipula ga mungkin senja bisa lupain Aksa secepat ini" Papa rehan mengangguk, membenarkan ucapan megan.

"Tapi--

"Udah mah, bener apa yang megan katakan, kita juga ga berhak mengatur senja tanpa izin dari ayahnya serta persetujuan dari dirinya sendiri" Kali ini mama dea mengalah. Posisinya hanya sebagai mertua. Ayah senja lah yang berhak mengatur kehidupan putrinya.

"Iyaa pah"

∞∞

Megan diperintahkan mama dea untuk mengantarkan makan siang ke kamar perempuan itu, megan dengan senang hati melakukan itu. Setidaknya ia bisa melihat senja makan bahkan bisa membuat senja makan.

Megan menampakkan senyum sumringah dan mengetuk pintu coklat itu, sudah beberapa menit megan mengetuk pintu nya tapi tak ada jawaban. Hingga megan membuka pintunya dan ternyata tidak terkunci.

Laki-laki itu langsung masuk begitu saja, ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar tapi matanya tak menemukan keberadaan senja, megan membuka pintu kamar mandi. Sama saja tidak ada orang.

Seketika megan menjadi Was-was, kemana bumil itu pergi, sangat berbahaya bagi seorang perempuan hamil pergi keluar sendirian. Megan berlari kecil menuju ruang tamu. Mama dea yang melihatnya sontak berdiri dari duduknya.

"Ada apa megan?"

"Senja gaada di kamarnya" megan meraih kunci Mobil dan jaket kulitnya dan langsung pergi mencari senja.

∞∞

Matahari hanya terlihat setengah membuat suasana taman terang tapi tidak terlalu panas, sesekali angin berhembus menembus serat-serat kain yang melekat pada tubuh siapapun. Senja terduduk di sebuah kursi taman dan menatap kosong ke depan.

Perempuan itu membutuhkan ketenangan, dirumah malah desakan yang ia dapat, apalagi desakan itu dari mama dea yang statusnya adalah mertuanya. Masa iyaa senja disuruh menikah lagi padahal Aksa belum lama dikabarkan tiada.

Tak ada angin tak ada hujan, setetes air luruh ke pipi mulus senja. Perempuan itu kembali menangis mengingat wajah aksa. Laki-laki yang sudah berhasil mengambil hatinya.

"Kenapa kakak pergi di saat aku udah cinta sama kakak" lirih senja menatap foto dirinya bersama Aksa di layar ponsel.

Seseorang mengulurkan sebuah sapu tangan kepada senja. Perempuan itu menoleh dan diam melihat siapa yang datang.

"Hapus air mata lo" ucap laki-laki itu membantu senja menghapus air matanya. "Ngapain kamu kesini" sahut senja singkat, kemudian kembali menatap ke depan tempat air terjun di tengah taman.

"Gue nyariin lo, seharusnya bilang kalo mau Jalan-jalan, gue bisa ajak lo" Senja tak menggubris sampai laki-laki itu memegang tangan senja membuat perempuan itu terlonjak kaget.

"Kak megan udah deh! Kakak gausah setujui apa kata mama, kak aksa baru aja pergi!" sungut senja melepaskan tangannya dari genggaman tangan Megan. Terdengar helaan nafas kasar dari senja. Megan juga tak pantas memegang tangan senja yang masih berstatus sebagai istri Aksa.

"Lupain dulu masalahnya, gimana kalo kita main? Jalan-jalan" ajak megan memainkan kedua alisnya. Senja sedikit mendongak menatap wajah megan.

"Gimana? Mau ga?" senja mengangguk pelan. Megan langsung memegang tangan senja kemudian mengajaknya ke sebuah mall yang berisi banyak permainan disana.

Pertama-tama megan memainkan sebuah mesin capit dan berhasil mendapatkan sebuah boneka berbentuk bebek. Tawa senja merekah melihat bentukan boneka itu yang lucu di matanya. Megan mengulas senyumannya melihat senja yang mulai ceria.

Mereka bermain sampai awan mulai menggelap, Kedua orang itu duduk di sebuah ayunan sambil memakan Ice-cream, terlihat senja yang asik memakan Ice-cream coklat sambil memandangi langit malam. Baru saja menghabiskan Ice-cream senja melirik sebuah gerobak yang menjual permen kapas. Megan yang peka langsung membelikan nya untuk senja.

"Makasih kak" seru senja memakan permen kapas nya, megan hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Yaudah, kita pulang ya?" ajak megan, senja mengangguk kemudian mereka pulang, senja jatuh hati pada boneka bebek tadi hingga ia memeluknya sedaritadi, megan hanya terkekeh gemas melihatnya.

"Jika memang aksa udah gaada, izinkan gue yang bikin senja bahagia" batin megan.

Aksaza||Tulisan SenjaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu