9 - First Love

699 89 11
                                    

"Off, sudah lama?"

Off menoleh ke sumber suara lalu memberikan senyum hangatnya yang jarang sekali ia berikan pada siapapun. "Belum lama, Jane sudah siap?"

"Sudah, mau berangkat sekarang?"

Off mengangguk lalu mereka berjalan beriringan menuju mobil Off. Ia membukakan pintu mobilnya untuk Jane lalu berlari kecil menuju pintu kemudinya.

Jane Ramida, teman kecil sekaligus wanita yang sudah Off cinta sejak lama. Jane sudah tau tentang itu karena Off sudah pernah menyatakan cintanya pada Jane. Tapi sayangnya, Jane tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Wanita itu hanya menganggapnya sebagai sahabat saja, tidak lebih. Ia mengingat dengan jelas apa jawaban Jane saat dirinya menyatakan cintanya.

"Tidak ada yang salah dengan itu, Off. Aku juga mencintaimu, mencintaimu sebagai sahabat baikku. Maaf karena tidak mencintaimu seperti bagaimana kau mencintaiku, Off. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan sahabat sepertimu."

Pada intinya, Jane menghargai perasaan Off namun dengan harapan apa yang Off rasakan itu tidak akan memperburuk pertemanan mereka. Off tentu kecewa, tapi ia tidak masalah dengan itu karena Jane tidak marah saja ia sudah sangat bersyukur. Ia pasti akan sangat menyesal kalau saat itu Jane marah karena Off malah mencintainya sebagai pria dan wanita, bukan hanya sebagai sahabat saja seperti yang Jane rasakan.

"Maaf tidak bisa hadir saat acara pernikahan kemarin, aku tidak bisa membatalkan pemotretannya. Sungguh, aku sudah mengosongkan jadwalku agar bisa hadir tapi pernikahannya di percepat, aku sangat menyesal." Jane benar-benar menyesal, Off bisa melihat dari raut wajahnya.

"Tidak apa-apa, pernikahannya kan untuk simbolisasi saja, mereka bukan sepasang remaja yang baru menikah, Jane." Kekeh Off.

Jane menggeleng. "Aku tetap menyesal, kapan Tante Baifern pulang? Aku akan meminta maaf darinya juga secara langsung."

"Kau selalu saja berlebihan, jangan terlalu banyak berfikir Jane." Off melepas satu tangannya dari kemudi lalu tangannya itu di gunakan untuk mengusap surai rambut coklat Jane.

"Aku serius Off, kapan Tante Baifern pulang?" Tanya Jane lagi.

"Tidak tau, sepertinya mereka akan lama di luar negeri."

"Asik sekali, aku juga ingin liburan panjang seperti itu." Jane cemberut, ia mengasihani dirinya sendiri yang terjebak dengan pekerjaannya sebagai model hingga tidak punya banyak waktu untuk berlibur.

"Kita bisa berlibur bersama nanti," Kali ini iya menurunkan tangannya dari kepala Jane lalu berpindah menggenggam tangan wanita itu dan mengusapnya halus. "Liburan itu penting untuk me-refreshing diri, jadi jangan ragu-ragu mengambil cuti."

"Andai semudah itu mengambil cuti.."

"Jane, kalau jadi model malah membuatmu seperti terpenjara begini kenapa tidak berhenti saja?"

Jane menggeleng. "Kau tau ini impianku."

Off hanya tersenyum saat mendengar jawaban Jane. Sebenernya Off tau, salah satu alasan Jane menolak cintanya adalah karena sahabatnya itu di larang memiliki hubungan relationship oleh agensinya selama kontrak mereka masih berlangsung.

"Sepertinya aku meninggalkan kartu ATM-ku di mansion, gapapa kan kalau ambil ke sana dulu?" Tanya Off pada Jane. Wanita itu mengangguk pertanda setuju.

Setelahnya Off kembali fokus mengemudi, ia memutuskan mengambil jalan pintas agar lebih cepat sampai di mansion. Ia memiliki janji dengan Tay, Krist, Singto dan Arm untuk bertemu, mungkin hanya untuk bermain dan sekedar minum-minum saja. Off sengaja mengajak Jane agar wanita itu sedikit mendapat hiburan saat bertemu dengan teman-temannya yang bersifat aneh itu.

Naughty GunWhere stories live. Discover now