[12.] I'm sorry.

47 2 0
                                    

Follow akun ini: pinklala_
Follow juga ig mimin: @brillianadeliiaaa_

Udah lama banget mimin ga tanya kabar kalian, gimana kabarnya? Puasa lancar ga?

Oh iya, mulai sekarang mimin ganti nama akunnya jadi pinklala_ yaa.. Semoga kalian ga bingung karena mimin sering ganti nama pengguna wattpad. Tapi sekarang udah ga ganti lagi kok. Hehe.

Semoga puasa kalian lancar ya, jangan lupa pantau akun ini karena akan ada cerita kedua mimin selain RAVA. Yang pastinya harus kalian baca🤗 tunggu pengumuman nya ya...

Kalian stay health yahh🍒💛

Notes: banyak typo🙈👁

—————

『 HAPPY READING 』
⇓⇓⇓

"Silvia?"

Vanya berjalan mundur ke belakang perlahan-lahan karena Silvia and the gengnya semakin mendekat. Entah kenapa dia punya firasat buruk tentang Silvia.

Silvia sudah berada di hadapan Vanya. Dia mendorong tubuh Vanya yang tertunduk hingga terhuyung ke belakang. Sekarang mereka berada tepat di tengah gerbang sekolah.

"Enaknya nih cewek di apain gays?" Tanya Silvia sambil menatap Vanya remeh.

"Kalian mau apa?"

Silvia and the geng nya berjalan maju mendekati Vanya, otomatis Vanya mundur ke belakang karena takut. Vanya tidak tahu harus lari kemana, jalanan sedang ramai sekali pagi ini. Wajar saja karena di jam sekarang adalah waktunya orang-orang untuk berangkat sekolah dan berangkat kerja. Saat ini Vanya semakin dekat dengan jalan raya.

"Gue mau lo jauhi Rafael dari sekarang, atau lo mati?" Nada bicara Silvia terdengar di per-lembut, namun tetap saja ada kesan mengerikan bagi Vanya.

Tolong ingatkan Silvia agar dia sadar bahwa dirinya dan Rafael itu tidak ada hubungan apa-apa! Jadi dia tidak berhak atas kehidupan Rafael! Menangnya dia siapa? Silvia seperti nya sudah cinta buta dengan Rafael sampai mau membunuh Vanya. Padahal Vanya juga baru satu kali ketemu dengan Rafael, tapi tanggapan Silvia terlalu berlebihan.

"SILVIA?"

Silvia, Vanya dan anggota Clevera gengs menoleh ke sumber suara secara bersamaan lalu menghentikan langkah mereka. Tuhan masih melindungi Vanya karena untungnya Vanya selamat. Ia berhenti tepat di pinggir jalan. Jika dia melangkah sekali lagi, maka bisa saja ia akan di tabrak oleh kendaraan yang berlalu lalang.

"Ngapain lo disini?"

Itu adalah suara Bagas, bukan Alvin apalagi Rafael. Tunggu. Rafael? Iya, hari ini Rafael memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah dengan kaki yang masih di perban dan berjalan menggunakan tongkat sebagai tumpuan agar tidak jatuh.

Sebenarnya Alvin dan Bagas sudah melarang Rafael untuk masuk sekolah, hasilnya percuma. Rafael itu keras kepala dan tipe orang yang kekeuh dengan pendiriannya. Alvin dan Bagas hanya menanggapi sifat keras kepala Rafael itu dengan helaan nafas. Capek kalau sudah melawan batu.

Bagas, Rafael dan Alvin mendekati Vanya dan Clevera Gengs yang ada di depan nya. Silvia langsung gugup sekaligus senang karena dibelakang Bagas, ada Rafael. Lalu di samping nya ada Alvin. Kedua manusia itu kalau sudah bersandingan, sudah seperti kulkas berjalan.

Vanya hanya diam sambil menatap kedatangan mereka. Netranya salah fokus dengan kaki kiri Rafael dan satu tangannya yang memegang tongkat. Seketika ia teringat akan hari dimana Rafael menyelamatkannya dari kecelakaan panggung. Tadi Rafael berangkat menggunakan mobil milik Alvin. Tidak mungkin jika mereka menaiki motor karena kondisi Rafael yang...yaa kalian tahu lah. Sebelum menghampiri Vanya, Silvia dan lainnya, Alvin menghentikan mobilnya di pinggir jalan depan pagar sekolah.

RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )Where stories live. Discover now