[22.] Taken

32 1 0
                                    

-ᝰ⸙-

Di kantin, Bagas sedang asik-asik tidur setelah menghabiskan dua porsi makanan sebab ia bukan hanya memakan mi ayam pesanannya, tapi juga memakan mi ayam pesanan Rafael. Alvin sudah misuh-misuh tidak jelas, bahkan menuduh Rafael bolos sekolah sebab pergi tanpa bilang-bilang sejak 20 menit yang lalu. Asal minggat begitu saja.

Telinga Bagas sampai panas karena omelan dari Alvin yang tak kunjung berhenti. Lebih baik tidur saja. "Ngocehnya kumat," gerutu Bagas dalam hati.

"Si anjing malah ngomelin gue mulu. Lagian si curut kemana sih? Kesel gue lama-lama," sungut Bagas yang masih memejamkan matanya, yang tentu saja masih bisa di dengar oleh Alvin.

Sontak Alvin melemparkan tatapan ganasnya kepada Bagas. Menyadari Alvin yang diam saja, Bagas langsung tahu kalau Alvin sekarang sedang menatapnya nyalang. Perasaan Bagas jadi tidak enak, tak lama kemudian Alvin melemparnya dengan kacang rebus dan berhasil mengenai dahi mulus Bagas. Bagas sudah menebak kalau Alvin akan melakukan itu.

Karena tidak terima, Bagas melempar Alvin balik menggunakan kacang rebus juga. Alvin tidak membalas lagi namun malah semakin melempar tatapan tidak suka.

Sudah lelah bicara, Alvin beranjak dari tempat duduknya dan hendak pergi. "Mau kemana lo?" tanya Bagas yang membuat langkah Alvin berhenti.

"Cari Rafael," jawab Alvin singkat. Sikap dinginnya sedang dalam mode on.

Mendengar Alvin akan pergi mencari Rafael, tentu saja Bagas juga ingin ikut. Dia tidak mungkin duduk disini sendirian, kan? Tidak, Bagas tidak mau sendirian. Nanti dia kesurupan.

"Gue ikut," final Bagas lalu bergegas mengejar Alvin yang sudah berjalan beberapa langkah darinya. Kenapa cowok itu sering berubah-ubah sikapnya?

....

Kelas masih sepi karena istirahat masih tersisa beberapa menit lagi. Kini, hanya ada Rafael, Vanya, Clarissa dan Kirana di dalam kelas 11 IPA 1. Rafael tetap duduk di bangku milik Clarissa, lalu Vanya duduk di sampingnya. Sedangkan Clarissa duduk di samping bangku Kirana yang diduduki murid lain. Sementara Kirana tetap duduk di bangkunya sendiri. Kursi yang diduduki Kirana dan Clarissa diputar ke belakang, sehingga bisa berhadapan dengan Rafael dan Vanya.

Mereka berempat sedang saling tatap sejak bener menit yang lalu sejak Vanya dan Rafael ketahuan sudah jadian. Sebagai sahabat yang baik, Clarissa dan Kirana tentu tidak bisa tinggal diam melihat sekarang ada satu orang yang sudah berpacaran di circle mereka.

Bak sidang yang biasa di lakukan di meja hijau, Clarissa dan Kirana menatap kedua pasangan di hadapannya dengan tatapan penuh intimidasi. Dengan kedua tangan mereka yang bersedekap dada. Mereka sudah terlihat seperti hakim yang ingin mengintrogasi tersangka dan saksinya.

Vanya menatap wajah kedua sahabatnya takut. Sebenarnya apa yang ingin mereka lakukan hingga keadaan menjadi mencekam begini? Mereka tidak akan macam-macam, kan?

Jangan tanyakan Rafael, cowok itu sudah menatap datar kedua sahabat gadisnya dengan tatapan datar campur kesal juga karena mereka tidak to the point sejak tadi. Hingga membuatnya harus duduk dalam waktu yang lama dan dengan posisi yang sama sambil bersedekap dada juga.

Kirana beralih menatap Rafael tak kalah tajam dan menusuk. Ingatkan kalau Kirana itu model cewek yang tomboi dan garang. "Apa alasan lo sampai bisa suka sama sahabat gue?" tanya Kirana.

Rafael memejamkan matanya sebentar untuk menahan emosi yang ingin meledak di kepalanya. Pertanyaan tak berbobot macam apa ini? Meski Rafael tidak menjawabnya, Kirana pasti sudah tahu jawabannya, kan? Jadi untuk apa di pertanyakan?

Sedikit membuang napas sebelum menjawab pertanyaan dari Kirana. "Apa gue nggak boleh mencintai Vanya?"

"Boleh kok, El. Tapi lo harus menandatangani surat perjanjian," ujar Clarissa lalu mengeluarkan selembar kertas yang di atasnya sudah tertulis apa saja yang harus di lakukan Rafael selama menjadi pacarnya Vanya. Di bawahnya sudah ada kolom yang harus Rafael tandatangani.

RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )Where stories live. Discover now