Truth or Dare || 29.

1.8K 225 7
                                    

"Jangan balas orang jahat dengan kejahatan, cukup beri dia maaf. Meskipun itu sangat sulit."

• Anindira Rayline •

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

~•~

~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~


Anin membawa Maya kesalah satu cafe yang letaknya tidak jauh dari apartemen.

"Di minum, biar lebih tenang." titah Anin, Maya sepertinya masih syok, terlihat dari ia memegang gelas yang sangat bergetar.

"Kenapa lo bisa di kejar preman-preman itu?"

"Ceritanya panjang,"

Anin mengangguk beberapa kali. "Oke, kalau lo nggak mau cerita. Nggak apa-apa. Yang penting lo udah aman,"

Mata Maya sedari tadi seperti mengamati Anin, ada sesuatu yang ingin gadis itu ucapkan. Namun seperti sulit dan tidak bisa. "Anin," Maya menelan ludahnya terlebih dahulu.

"Ke_kenapa lo mau tolongin gue? Padahal_ gue sudah jahat sama lo?" pertanyaan yang dari tadi ia tahan, akhirnya keluar juga dari mulut Maya.

Anin tersenyum tipis, menarik napas panjangnya. "Memangnya kenapa kalau gue nolongin lo? Nggak boleh?" tanya Anin balik, tapi tak mendapatkan jawaban dari Maya.

"Gue bukan tipe orang yang suka pendendam, gue cuma manusia biasa. Nggak seharusnya, gue diam aja. Lihat ada orang yang lagi butuh bantuan."

"Gue akui, apa yang lo lakuin ke gue, bikin gue sakit hati dan kecewa. Tapi gue bukan Tuhan, yang bisa menghukum seseorang atas kesalahannya."

Maya tak berani mengangkat kepalanya memandang wajah lawan bicaranya, ia malu kepada Anin, atas semua yang sudah dia lakukan. Gadis itu hanya bisa tertunduk menangis pilu.

Anin menyeka sudut matanya yang ingin meneteskan bulir air bening, melihat temannya yang menangis seperti itu, membuat hatinya ikut sesak.

Padahal ia tidak tau apa yang di tangisi oleh Maya.

Beberapa menit kemudian, Maya memberanikan diri mendongak. Menatap Anin yang ternyata juga menatapnya. "Lo mau maafin gue?" kata pertama setelah beberapa menit Maya menangis.

"Kalau lo nggak mau maafin gue, nggak apa-apa. Gue ngerti, karena gue ngaku salah, andai gue nggak ngajakin lo permainan itu, dan menuruti perintah Kaia. Pasti sampai saat ini lo masih sekolah di SMA Cempaka." di dalam hati Anin, berkata.

Kenapa lo baru sadar sekarang, kenapa nggak dari kemarin sebelum gue keluar.

"Gue terpaksa ngelakuin itu semua, gue terjebak oleh permainan gue sendiri," ujarnya sebelum akhirnya gadis itu menangis lagi.

Truth Or Dare (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang