Truth or Dare || 33.

1.7K 203 3
                                    

~•~

~•~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~•~





***

Dor! Dor! Dor!

Suara gedoran pintu yang terdengar begitu nyaring, terpaksa melepaskan pelukan hangat dari pasangan yang begitu nyaman di luar balkon.

"Sahabat Kak Juan pasti sudah datang, tadi aku bilang ke Puput, kalau mereka datang. suruh panggil aku, karena aku sengaja nggak kasih tau pasword apartemen kita."

Juan mengulum senyum, menepuk puncak kepala sang istri. "Pintar," katanya lalu beranjak dari posisinya berdiri menghampiri pintu yang terus di ketuk oleh Puput.

"Anin!" Puput langsung kincep kala orang yang membuka pintu bukanlah Anin, melainkan Juan.

"Hehe_ sorry. Tuh mereka ribut di depan pintu," Puput merasa kikuk dan tidak enak pada Juan, ia sudah mengedor bukan mengetuk pintu kamar tuan rumah, Puput melakukan hal itu, karena ketiga sahabat Juan sangat ribut meminta di bukakan pintunya.

Dengan santai Juan menghampiri pintu utama, menekankan smartloockdoornya, terlihat cowok tampan tengah tersenyum kepadanya.

"Assalamu'alaikum," serempak salam ketiga sahabat tak punya akhlak kata Juan itu dengan riang, sembari memberi hormat pada si pemilik apartemen.

Juan tersenyum jengah, menyuruh ketiga orang itu masuk usai menjawab salam.

"What the Fu_!" hampir saja Alex mengumpat ketika melihat siapa sosok di hadapannya.

"Lo ngapain di sini? Spesies Mak Lampir kayak Kaia. Nggak bisa di sini!" ujar Alex lagi bernada tinggi.

"Spesies! Pala lo peyang. Lo pikir gue apaan!" sungut Maya tidak terima di katain.

"Lho kok ngegas! Memang kenyataan! Lo sama Kaia sama aja."

"Udah-udah, jangan ribut." lerai Anin menyuruh Bimo, Vino dan Alex duduk.

"Tunggu bentar nih, sebelum itu tolong bapak Juan yang terhormat. Bisa di jelaskan, kenapa mahkluk cabe-cabean. Seperti dia bisa ada di sini?" kini giliran Vino yang bertanya.

Ucapan yang Vino lontarkan menyulut emosi Maya kembali, namun Anin buru buru mencegah saat gadis itu ingin protes.

Juan hanya mampu menghela napas lelah, memijat pangkal hidungnya. "Ntar gue jelasin, sekarang makan dulu. Gue udah lapar dari tadi, kalau kalian mau ribut. Silakan!" kata Juan lalu beranjak lebih dulu ke meja makan.

Dia tak peduli lagi dengan keributan yang di buat oleh penghuni apartemennya malam ini, yang paling penting saat ini adalah mengisi energinya yang sudah berkurang banyak.

Hingga beberapa menit kemudian semuanya menyusul ke meja makan, Juan yang sudah menghabiskan separuh isi di atas piringnya masih tampak tenang, sementara ketiga sahabat Juan dan Maya masih perang dingin. Saling menatap tajam dan sinis.

Truth Or Dare (Proses Terbit)Where stories live. Discover now