1.Murid Baru

118 51 36
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN YA GENGS😘



Suasana kelas yang semula hening mendadak ribut ketika guru piket meninggalkan ruangan, beberapa lelaki hidung belang pun memutuskan untuk mengikuti langkah anak baru yang sangat ah mantav dalam pandangannya.

"Ngapain sih lo pada?" geram gadis berambut lurus sebahu dengan mata mendelik.

"Weh selow neng, cinta abang bukan buat eneng lagi. Tapi hanya buat Nona Mala tercinta," ucap lelaki jangkung.

Renjana langsung melakukan gerakan ingin muntah lalu diiringi dengan geplakan penuh kasih kepada sang ketua kelas minim otak itu, "Sekali lo ganggu bestie gue, mati lo!"

Lelaki itu bergidik ngeri, pasalnya siapa sih yang tidak tau Renjana? Walaupun dia gesrek dan bar bar, namun apa pun yang sudah terucap dari bibirnya tidak dapat ditarik kembali. Dan 99,99% akan terkabul, jadi semua kerumunan yang terbentuk bubar dengan seketika.

"Gila lo, bisa-bisanya ngancem kek gitu." Kekeh siswi baru yang seketika menjadi primadona kelas.

Bukannya menjawab, Renjana atau yang sering disebut Ana itu malah mendengus dan memutarkan kedua bola matanya malas. Bagaimana tidak? Kehadiran teman lamanya ini sangat mendadak, bahkan kampretnya tidak ada itikad baik sedikit pun walau hanya sekedar chat.

Alasan kedua adalah sahabatnya secara tidak langsung melengserkan posisi seorang Renjana sebagai primadona kelas hanya dengan sekali kedip.

"Eh lo berdua udah saling kenal?" tanya pemilik suara bas yang hanya dibalas anggukan oleh Ana.

"Dari orok ygy," jawab Mala sembari menggoyangkan bahu sahabatnya.

Melihat keakraban kedua bestie itu membuat hampir seluruh kelas menghembuskan nafas, karena biang kerok bertambah lagi dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan kapan berakhirnya.

"Nasib nasib, punya temen cewek cakep tapi otaknya sengklek semua."

Tepat setelah kalimat itu berakhir, bel istirahat berbunyi hingga membuat semua orang berhambur menuju tempat teradem dan termantul untuk masalah perut.

"Emang lo ningkah ya di kelas? Kok gue ikut-ikutan disebut biang kerok sih? Gak terima ya gue, baru aja masuk malah image buruk yang gue dapetin. Coba aja-"

"Nyenyenye," potong Ana tanpa peduli dengan tatapan maut yang dia dapatkan, alhasil terjadilah adegan kejar-kejaran ala film india sampai kantin.

Kedua manusia itu sama sekali tidak mempedulikan tatapan aneh yang orang-orang berikan, lagi pula tidak ada larangan untuk berlari bukan? Jadi secara harfiah mereka tidak melanggar tata tertib sekolah.

"RENJANA!"

Teriakan itu membuat aktifitasnya berhenti, dan tanpa mempedulikan Mala, gadis itu melangkah begitu saja dengan santai dan anggun. Bagaimana pun juga dirinya adalah primadona kelas, jadi harus elegan walaupun hanya sekecil biji toge.

"Eyo kak, whatssapp mamen!" sapa Ana sembari menonjok lengan lelaki bermata teduh pelan.

Melihat keakraban sahabatnya dengan lawan jenis membuat Mala menaikan sebelah alisnya, "Cowok lo?"

Bukannya menjawab, Ana dan lelaki itu saling pandang dan sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak sampai semua atensi seluruh penghuni kantin tertuju ke arahnya.

"Gue? Jadi duta sampo la-"

PLAK!

"Dodol!" potong lelaki itu setelah dengan tidak berdosanya menggeplak dedemit di siang bolong.

"Lo tuh ya gak berperasaan banget! Gue bilangin ayang beb tau rasa!" cerocos Ana yang hanya dibalas dengan wajah sedatar triplek, "Eh btw ini Elegi, bisa di panggil Egi. Kalo lo mau panggil sayang juga it's oke, dia kelas 12 dan pastinya temen ayang beb gue." Lanjutnya kepada Mala.

"Pengennya sih manggil sayang, tapi sayangnya gue udah punya ayang." Mala menjawab dengan ekspresi wajah sok sedih, namun berbanding terbalik dengan Ana yang sudah membulatkan matanya dengan sempurna.

"O EM TO THE JI! Sejak kapan lo punya ayang? Kok gue gak dikasih tau sih? Jadi selama ini lo nganggep gue apa heh? Remahan rengginang? Atau-"

"Ngomong sekata lagi gue jejel sambel lo," potong Egi yang sudah malu dengan tatapan aneh seluruh kantin.

Mala kembali tertawa melihat kata-kata epic yang terlontar dari mulut kakak kelasnya itu, pasalnya hanya dialah yang mampu membungkam perkataan Ana. Bahkan saat ini gadis itu tidak mengucapkan apapun lagi dan hanya memasang wajah cemberut sok imut menjijikan itu.

"Eh, btw gue Mala. Salken ya kak," ucapnya dan kini mereka sedang berjabat tangan ala-ala pejabat.

"Jadi siapa cowok lo?" tanya Ana karena kekepoannya tidak dapat ditahan lebih lama lagi.

Mendapat pertanyaan seperti itu, mata Mala langsung berbinar, tentunya dengan pipi yang mendadak tersipu.

"Dih dih, jijik banget iwh," cibir Ana.

"Gue baru jalan sebulan sih sama dia, dan katanya dia sekolah disini. Tapi gue belum ngomong ke dia kalo gue juga sekolah disini, biar jadi surprise gitu." Jawabnya tanpa mempedulikan ekspresi jijik yang dia dapat, "Kalo cowok lo siapa? Sekolah disini juga?"

Ekspresi Ana berubah menjadi cerah seketika, berbanding terbalik dengan Egi yang sudah jengah dengan percakapan unfaedah ini. Apakah ciwi-ciwi selalu meributkan hal sepele seperti ini?

"Dia keknya dingin, tapi aslinya bikin jantung gue meleyot bangeet. Ya meskipun katanya dia pengen back street, cuma gue gak pengen setertutup itu. Lagian dia ngelakuin itu pasti ada sebabnya, dan juga-"

"Sayaang!" pekik Mala heboh membuat Ana dan Egi melihat ke arah yang sama.

Tanpa sadar tangan Elegi terkepal kuat saat tau siapa orang yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan, namun emosinya menyurut saat sebuah tangan menggenggam jemarinya. Mereka saling melemparkan pandangan, hingga sebuah dengusan keluar begitu saja saat Ana menggeleng lemah.

"Kenalin, ini Kak Senja. Pacar gue," ucap Mala dengan tangan yang sudah bergelayut manja.

Lelaki bernama Senja itu langsung mematung saat melihat siapa yang tiba-tiba hadir dihadapannya, terlebih kedua orang yang sudah sangat dia kenal menatapnya dengan tatapan berbeda. Namun yang dia tau keduanya memiliki satu arti, kecewa.

"Heh! Kok bengong sih?"

Ucapan Mala menghentikan aktifitas adu tatap yang sedang berlangsung hingga ketiganya menatap dia, "Lo semua kenapa?" tanyanya gugup.

"Hah? Eh. BWAHAHA!" Renjana tertawa lantang sembari menepuk lengan Senja.

"Eh, Kok lo nangis Na? Emang selucu itu?" pertanyaan Mala membuat Egi semakin geram, namun yang bisa dia lakukan hanyalah diam.

"Gue gak nyangka ternyata Kak Senja yang jadi cowok lo, kok lo gak bilang sih Ja? Sok sokan ngaku jomblo ternyata diem-diem punya doi ye," balas Ana setelah mengusap air matanya.

"Dia tuh bestienya Kak Egi, temen setongkrongan gue juga. Jadi beruntung lo Mal kalo sama dia, gue dukung."

"Btw gue ke toilet dulu ye, pen boker. Bhay!" ucap Ana dan langsung lari tanpa mempedulikan tiga ekspresi berbeda yang berada dihadapannya.

Dia tidak menyangka, mengapa rasanya sesakit ini? Dan yang menjadi pertanyaan terbesarnya adalah mengapa harus sahabatnya?

"Skenario yang sangat indah Tuhan," lirih Ana bersamaan dengan air mata yang meluruh.

°°°

Holla gaees, btw tokoh disini nyata loh wkwk, tapi enggak untuk alurnya. Cuma diambil sebagian, dan u knowlah nanti mana yang real sama enggak ygy

Yang mau kenalan sama tokoh bisa komen ya bwahaha🤣

See u gengs💜

Niskala HatiWhere stories live. Discover now