20. Mala

17 4 1
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN YA GENGS😘



"Kalo bukan karena Egi, gue nggak sudi nginjek kaki disini." Renjana terus saja bergumam sepanjang jalan.

Sedari tadi banyak sekali pasang mata yang menatap ke arahnya, meskipun mereka tidak mengatakan apapun tapi kejadian terakhirnya sekolah di sini membuatnya paham dengan tatapan itu.

"Akhirnya masuk sekolah ni bocah! Kemaren seminggu, sekarang dua minggu, besok mau sebulan lo bolos?" cerocos pria berperawakan jangkung yang mirip tiang listrik.

"Gue ngejagain Egi, lagian juga guru-guru nggak komen apapunkan?"

"Lah si dodol!" serunya sambil menjitak kepala Ana, "Mereka emang nggak nanya ke lo, tapi gue yang tiap hari di tanyain. Sampe panas kuping gue," cerocosnya yang hanya dibalas dengan kedikan bahu.

Satu-satunya tujuan Renjana ke sekolah itu untuk menuruti perintah Elegi, kalau pun hasil yang dia dapat cuma tidur di kelas harusnya nggak ada masalahkan? Yang penting dia sudah ke sekolah dan membungkam semua pertanyaan guru-guru tentang absensinya.

"Na, lo tau berita nggak?" tanya seorang cewek berpakaian serba ketat.

Sebelum menjawab Renjana meneliti sesosok yang tiba-tiba duduk di sebelahnya, meskipun keningnya mengernyit karena tak mengenali si pembicara tapi Renjana tetap menggelengkan kepala. Gimana mau update berita coba, orang tiap hari kerjaannya nemenin Elegi.

"Gue mau ngasih tau lo tapi janji nggak ngamuk ya?"

"Iya elah ngomong aja napa," balas Renjana nggak selow.

"Lo ingetkan pas si cabe narik lo ke lapangan?" tanyanya yang hanya dibalas dengan anggukan, "Ternyata itu tuh di suruh sama Mala, sumpah gue nggak nyangka kalo dia bakal sejahat itu."

"Dan yang parahnya lagi nih, ternyata yang nyebarin berita lo pelakor itu ya si Mala."

"Lo tau dari mana dah? Jan bikin gosip yang enggak-enggak ya," kata Renjana tidak percaya.

Meskipun di dalam hatinya tertanam kebencian yang teramat sangat kepada sahabatnya, tapi biar gimana pun juga Mala adalah satu-satunya sahabat yang dia miliki saat ini. Apalagi selama bertahun-tahun bersahabat, Mala tidak pernah sekali pun mengkhianati persahabatannya.

"Ck, lo tuh ya. Berita ini udah kesebar luas, cek aja grup angkatan."

"Terus harusnya lo sadar kenapa si Mala sampe jam segini nggak ke sekolah, soalnya sejak semuanya kebongkar dia belum pernah masuk lagi."

Renjana terdiam sesaat dan memandangi seseorang yang dari tadi nyerocos tanpa diminta, "Lo siapa?"

Orang itu membulatkan matanya sempurna, "Lo serius nggak kenal gue? Omaygat!" serunya hingga semua mata tertuju ke arahnya.

"Gaes, masa dia nggak kenal gue? Emang gue se-nggak terkenal itu apa?" tanyanya kepada seisi kelas.

"Wah parah lo Na."

"Padahal dia duduk dua bangku di depan lo."

"Dia juga yang suka minjem pulpen ke lo."

"Ya jadi nama lo siapa etdah, ditanya gitu doang manjang amat!" ketus Renjana yang sudah pening dengan kerempongan seisi kelas.

"Casa."

"Hah? Casan? Lo mau ngecas? Tapi keknya gue nggak bawa casan," kata Renjana sembari mengobrak-ngabrik isi tasnya.

Masih sibuk dengan kegiatannya, sang ketua kelas akhirnya turun tangan karena kesian ngeliat muka Casa yang sudah seperti kepiting rebus.

"Gue bilang juga apa, dia kalo nggak lagi ngamuk otaknya rada miring."

Niskala HatiWhere stories live. Discover now