14. Rumah Mama

34 23 9
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN YA GENGS😘



Egi terdiam saat melihat Ana terus terisak, ingin sekali dia menenanglan kekasihnya. Tapi disatu sisi dia juga bingung harus melakukan apa, karena dia pun masih emosi dengan semua yang telah terjadi.

"Mending lo jagain cewek lo biar nggak gatel sama cowok orang!" teriak Mala sambil menunjuk Ana garang.

Meskipun tidak tau apa permasalahannya, tapi melihat reaksi Mala pasti semuanya tidak jauh dari Senja.

"Ana bukan cewek murahan," geram Egi penuh penekanan.

Mala terkekeh saat mendengar perkataannya, "Lo pikir selama ini gue nggak tau kalo cewek lo diem-diem naksir sama Senja? Bahkan waktu awal gue ngenalin Senja sebagai cowok gue apa yang dia lakuin? Dia nangis!"

"Dia bukan nangis karena Senja!" bentak Egi, tapi itu tidak ngebuat Mala bungkam.

"Senja udah cerita semuanya ke gue! Dia bilang cewek lo selalu ngechat dia, caper ini itu, bahkan sering ngajak dia ketemuan meskipun udah punya cowok. Terus lo mau alasan apalagi? Semua udah terbuktikan? Apalagi tadi dia berani meluk Senja di belakang gue, bener-bener menjijikan!"

"LO!" teriak Egi sambil nunjuk mukanya, tapi sialnya Ana malah megang tangan Egi tanpa berniat untuk melakukan perlawanan.

"Kenapa?" tanya Egi saat sudah sadar dari kejadian itu.

Sebenarnya dia tidak berniat untuk mengganggu Ana, hanya saja dia tidak terima jika kekasihnya di tuduh yang tidak-tidak. Terlebih Senja dengan kurang ajarnya sudah memutar balikan sebuah fakta.

"Kenapa Ana!" sentak Egi yang sudah frustasi dengan semua ini, "Kenapa lo diem aja waktu ngedenger sesuatu yang bahkan nggak lo lakuin?"

Ana berusaha mengatur nafas agar isakannya dapat terkendali, "Gue juga kaget Gi, gue ... gue nggak nyangka kalo Senja tega ngelakuin itu. Padahal tadi dia yang meluk gue duluan, tapi dia bilang ke Mala kalo gue yang nyari kesempatan karena nggak ada lo sama Mala."

"Sakit Gi," ucapnya sambil memukul dadanya yang terasa semakin sesak. Berkali-kali dia mencoba untuk menenangkan diri, tapi selama itu pula rasa sakit semakin melemahkan dirinya.

"Sebenernya gue salah apa sih Gi? Kenapa orang-orang selalu ngebenci gue? Ke-kenapa mereka-"

"Sttt...." Egi merangkul tubuh Ana yang semakin bergetar. Ada rasa nyeri yang menjalar di hatinya, hanya saja dia tidak tau apa cara yang tepat untuk membuat kekasihnya menjadi tenang.

"Mama udah ninggalin gue, terus Senja, sekarang Mala juga. Gue capek," lirih Ana semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang Egi.

"Kenapa lo baik banget?" batin Egi sembari mengusap kepala kekasihnya. Kalau saja dia tau kejadian itu akan terjadi, sudah dipastikan dia tidak akan meninggalkan Ana bersama laki-laki brengsek yang sialnya selama ini sudah dia anggap sebagai sahabat.

"Sekarang lo pulang ya?" tawar Egi yang langsung dibalas dengan gelengan.

"Gue nggak mau ngeliatin tampang ini ke orang rumah," balas Ana saat mulai tenang.

Mengerti dengan keadaan kekasihnya, Egi langsung menancapkan gas dan membelah jalanan menuju rumah ibunda tercinta. Karena menurutnya Ana akan aman di sana, terlebih sang mama sudah mengetahui kisah dirinya dan juga Ana.

"Ini rumah lo?" tanya Ana saat melihat bangunan yang ada di hadapannya.

Egi hanya menyunggingkan senyum dan menarik tangan Ana lembut, "Ma, Egi pulang!" teriaknya dan tak lama muncul seorang wanita paruh baya dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya.

Niskala HatiWhere stories live. Discover now