21. Janggal

2 3 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN YA GENGS😘



Renjana terdiam di ruangan bernuansa ungu, rasanya sudah lama dia tidak mendudukan diri di kasur empuknya. Dua minggu full di rumah sakit ternyata nggak seburuk itu, apalagi dia tidak harus melihat papanya dan juga mendengar kabar Senja.

"Non," sebuah suara membuyarkan lamunannya, "Maaf bibi langsung masuk, soalnya tadi di ketuk nggak ada sahutan."

Ana tersenyum dan mengangguk, "Nggakpapa, ada apa bi?"

"Di bawah ada tamu non, tapi bibi nggak tau siapa."

"Ya udah suruh tunggu aja bi, nanti Ana turun."

Setelah mengatakan itu bibi langsung keluar, sedangkan otak kecil Ana langsung berpikir. Siapa orang yang mengunjungi rumahnya? Apakah Mala? Tapi rasanya tidak mungkin, apalagi di vidio itukan...huft! Mengingat itu membuat Ana pengen makan golok saat ini juga.

"Lah, lo kok tau rumah gue?" tanya Ana saat melihat Bianca sedang duduk manis di sofa ruang tamu.

Mendengar suara Ana, Bianca langsung menoleh dan menyunggingkan senyum.

"The real fans sejati dong kak," jawabnya sambil terkekeh.

Ana duduk di sebelah adik tiri pacarnya sambil mengambil roti yang sudah di sediakan bibi sebelumnya, "Tumben banget ke sini, Egi nggakpapakan?"

"Dia yang nyuruh gue ke sini tau, katanya liatin si Ana takut kenapa-kenapa. Soalnyakan lo nggak langsung ke rumah sakit," cerocos Bianca.

"Ya maap, gue lagi banyak pikiran." Ana mendengus dan menyandarkan diri.

Dari sekian banyak gosip yang ada, vidio itulah yang jadi pemicu ke-bad moodannya hari ini. Ingin tidak percaya tapi jelas-jelas di sana ada Mala dan juga dua sampah masyarakat titisan cabe-cabean.

"Lo kenapa lagi kak? Si Senja lagi? Atau Mala?" tanya Bianca yang sudah mengetahui seluruh cerita tentang hubungan kakaknya dan juga Ana.

Bukannya menjawab, Ana malah langsung memeluk Bianca dengan erat. Meskipun tidak ada suara isak yang terdengar, tapi bahunya cukup bergetar hebat hingga membuat Bianca membalas pelukan itu dan mengusap punggung Ana lembut.

"Keluarin semuanya kak, lepasin semua beban lo."

"Tapi gue nggak bisa," lirih Ana.

Sebelumnya sudah dikatakan bukan jika Ana tidak bisa menangis di rumah sendiri? Karena saat ada yang tau dia menangis, maka semua itu akan sampai ke telinga papanya dan tentu saja nasib Ana tidak akan baik-baik saja.

"Mau ketemu Kak Egi?" tawar Bianca yang langsung dibalas dengan gelengan.

"Egi udah terlalu banyak nanggung beban gara-gara gue Ca, rasanya sekarang dia harus fokus buat pemulihan dulu."

"Lagian, gue nggak mau nambah beban pikiran Egi. Apalagi Senja serumah sakit sama dia," lanjut Ana membuat Bianca membulatkan mata sempurna.

"Serius lo kak? Kok lo nggak pernah bilang sih? Terus si Senja kok masih di rawat, emang dia separah apa? Modus aja itu mah biar lo seakan-akan jadi orang yang paling bersalah!"

"Wah, gila sih. Gue baru nemuin spesies kek gitu, mau dipites apa ya tu orang? Udah nyelakain kakak gue, terus idola gue disakitin lagi. Coba kak kasih nomer Senja ke gue, mau gue maki-maki dia!"

"Atau lo punya kenalan dukun? Mau gue santet biar diperutnya banyak paku terus dia muntah darah, biarin aja dia kesakitan sampe berharap mau ngelepas perut dari badannya!" cerocos Bianca sambil sesekali menonjokan tangannya ke sofa.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Apr 12 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Niskala HatiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt