15. Sup Curry

107 16 3
                                    

Selamat membaca dan semoga suka. 🐇

Kemarin saat di kantin sekolah. Raya dan Meta berlomba-lomba menyebutkan satu per satu keunggulan salah satu geng dari beberapa geng terkenal SMA Mangata yang beranggota tiga orang. TTS, singkatan dari -- Tampan Tiga Sekawan. Yaitu, Ananda Sabiru Adinaja, Arion Ghava, dan Ahmada Ibrantara.

Mereka populer, ganteng, juga kaya raya. Keunggulan mereka bukan hanya dari fisik dan harta, tetapi juga bakat yang mereka punya. Contohnya Ibra, pemuda itu adalah ketua dari klub musik. Sekaligus vokalis band sekolah yang sudah pernah mengikuti audisi dan mendapat kejuaraan pertama se-tingkat nasional. Band sekolah itu terkenal. Belum lagi, salah satu lagu yang dibawakan adalah ciptaan Ibra.

Pemuda dingin berkulit putih seputih salju, matanya yang sipit berwarna cokelat terang itu, selalu menjadi bahan ejekan dua sahabatnya dengan sebutan si mata pensil 2 B.

Lalu ada Arion Ghava. Meski sedikit, bukan, tapi sangat pecicilan dan sukanya menggoda cewek-cewek cantik. Arion adalah ketua klub basket yang paling digemari. Tubuhnya yang tinggi 180 CM, berat badan yang ideal dan tekunnya dalam berlatih. Sudah tentu menjadi acuan utama kenapa ia begitu mahir dalam olahraga tersebut. Bahkan ia bersama tim nya, sudah beberapa kali membawa kejuaraan untuk nama baik sekolah. Belum lagi senyumnya yang memesona dengan dua lesung kedua pipi, sudah tentu mengundang tatapan memuja dari kaum hawa.

Dan terakhir Sabiru. Sang ketua geng TTS. Adalah pemuda bermata biru keturunan Inggris-Indonesia. Wajah blasterannya begitu kentara itu juga sering dipanggil, si buku berjalan. Kenapa? Karena dia adalah ... Einsteinnya SMA Mangata.

Oke, sudah cukup. Zira meminum air jambu murni kotak yang jika dituangkan ke dalam gelas, sinar matahari saja tidak akan menembus setiap gulir-gulir sari jambu. Ah, segarnya. Tapi tunggu dulu, ceritanya masih belum selesai. Karena Meta bilang ....

"Tahu, gak? Sejengkal aja lo kelihatan dekat sama tiga orang itu. Para cewek yang kayaknya baru aja kejedot dinding karena lihat pesona mereka. Sampai tega-teganya mengklaim diri sendiri punya pacar halu dari salah satu ketiga orang itu bahkan tiga-tiganya. Lo harus siap, tiba-tiba jadi pengganti ayam di sup kari buat dibagiin ke seantero sekolah."

Karena itu sekarang Zira bergidik. Ia bahkan tidak mau keluar dari mobil Tante Safrina. Ia baru sadar, ternyata sekolah di kota tidak seindah imajinasinya. Tidak semanis di sinetron persahabatan jaman dulu, di channel ikan terbang yang artisnya pun masih populer sampai sekarang. Atau, atau, seseru persahabatan di film Cinta dan Rangga. Tidak, tidak, ini terlalu ngeri. Sabiru adalah kakaknya, tetapi Zira tetap takut akan dijadikan sup kari di usianya yang baru menginjak 16 tahun.

"Kenapa kamu gak turun-turun? Sakit perut? Kok, dari tadi meringis terus?" Safrina menyentuh bahu Zira. Menatap keponakannya seolah sedang meneliti.

Zira menoleh ke jendela. Dari jarak beberapa meter dekat gerbang sekolah, ia sudah melihat si kakak bermata Birru dengan gaya rambut ala-ala oppa Korea seperti yang dibilang Raya itu sudah berdiri dengan senyum paling lebar sambil melambai-lambai tangan padanya. Berjinjit-jinjit hingga tas punggung sekolahnya naik turun. Seperti anak TK yang sedang menyapa ibunya datang menjemput.

"Itu kakak kamu udah nungguin, ayo turun." Safrina kembali membuyarkan lamunan serta kesemrawutan isi kepalanya.

"I-iya, Tante. Kalau gitu Zira masuk sekolah dulu. Makasih, Tante." Zira segera menyalami tangan Safrina. Pamit dengan sebuah salam, kemudian turun dan menghampiri Sabiru dengan kepala tertunduk.

"Pagi pendek."

Satu sapaan, atau panggilan menyebalkan yang selalu orang itu berikan untuk Zira. Zira mencebik, lain kali ia tidak akan menyesal pernah berkata tidak baik padanya seperti di malam waktu itu, atau bersikap cuek saat akan pergi ke kantin kemarin.

Azeera & Brother's StoryWhere stories live. Discover now