27. Gus Ish

62 12 5
                                    

Selamat membaca dan semoga suka 🦋🐨

.

"Bi Na, bantu aku buat kue kering ya?" ujar Raisa. Memecah kegiatan Bi Na yang sedang membantu Salsabilla mendekorasi ulang kamar untuk keponakannya.

Sementara Bi Na salah satu asisten rumah tangga keluarga Adinaja lekas menoleh pada Salsabilla.

"Boleh Mbak? Aku sebentar pinjem Bi Na," lanjut Raisa diselingi tawa kecil.

Salsabilla menggeleng, ia melirik Bi Na yang juga ikut senyum-senyum. "Bi, sepertinya kamu memang paling favorit di sini. Aku gak mungkin rebutan sama iparku, 'kan?"

Mendengar itu Raisa tertawa. "Kue kering buatan Bi Na itu enak Mbak. Hazza aja sampai belajar dari Bi Na loh."

"Masa?" Salsabilla belum tahu mengenai hal ini. Seorang koki handal saja menyukai kue kering Bi Na. Pantas saja Raisa ingin dibantu olehnya.

"Ya sudah kalau begitu, bantu saja adikku, Bi."

Raisa pun segera berlalu melanjutkan kegiatannya membuat kue kering khusus untuk keponakan perempuannya nanti. Sementara Bi Na lekas memberikan sisa pekerjaannya pada asisten yang lain.

Bi Narti atau biasa dipanggil Bi Na, beliau sudah bekerja di rumah ini hampir lima belas tahun. Dedikasinya sangat diacungi jempol oleh keluarga besar tersebut. Sampai akhirnya ia diangkat menjadi seorang ART yang paling dipercaya setelah Bu Willi.

Bi Na sedikit menunduk. "Maaf Nyonya Billa. Nanti saya ke sini lagi setelah bantu Nyonya Raisa."

"Oh gak usah, ada Meli ini. Biar dia yang lanjut membantuku," ucap Salsabilla.

"Baik, Nyonya."

Sementara di dapur, Raisa dikejutkan dengan kedatangan calon menantunya. Ia diantar Bu Willi untuk menemuinya.

"Raula?" Raisa segera memeluk wanita itu. Yang datang tanpa memberinya kabar lebih dulu.

"Kok kamu gak bilang mau ke sini, kalau gitu Tante bakal siapin makanan kesukaan kamu," ujar Raisa seraya mengusap pipi Raula.

"Nggak apa-apa kok, Tante. Oh iya, Tante mau ada acara apa?"

Raula melihat meja dapur yang sudah tersedia bahan-bahan kue. Dua asisten baru saja datang dengan beberapa kebutuhan kue lainnya.

"Adiknya Hazza sebentar lagi tinggal di sini. Kita lagi persiapan nyambut kepulangannya."

"Adik?" Raula mengerutkan kening. Adik mana yang akan tinggal di sini? Bukankah Harsa memang tinggal di rumah ini lalu kenapa harus disambut?

"Oh, kamu belum tahu ya?"

"Apa, Tante?"

Raisa geleng-geleng. "Hazza tuh emang keterlaluan ya. Masa soal adiknya sendiri aja gak dia ceritain ke kamu."

Hati Raula mencelos. Bagaimana Hazza akan menceritakan tentang kehidupannya jika bertemu dengannya saja Hazza tidak suka.

"Memang adik yang mana Tante? Aku cuma tahu Harsa."

"Namanya Zira, adik perempuan Hazza yang baru saja ditemukan setelah enam belas tahun menghilang."

***

Kalau saja memukul kepala sendiri tidak sakit. Mungkin Raula sudah melakukannya. Ia sudah bertindak bodoh. Bagaimana bisa cemburu pada seorang gadis yang ternyata adik Hazza. Dan bisa-bisanya bersikap dingin pada gadis tersebut beberapa waktu lalu saat di sekolah.

Azeera & Brother's StoryWhere stories live. Discover now