20. Putri Tidur

115 18 8
                                    

Selamat membaca dan semoga suka🦋. Bantu aku share cerita ini juga dong, temen-temen. Biar semakin banyak yang baca dan rame. Trims. 🤗

.

Sinar matahari mulai memasuki sela-sela jendela. Gorden putih yang menerawang langsung memantulkan cahaya itu pada pemuda yang masih bergelut di alam mimpi. Ia yang cukup kelelahan setelah aktivitas kemarin, memilih tidur kembali seusai melaksanakan salat subuh.

"Ck." Hazza berdecak seiring tangannya menutupi sinar yang mengenai wajah rupawan itu. Hilang sudah rasa kantuknya sehingga ia pun memilih beranjak. Menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dirasa lapar setelah mandi, pemuda berwajah dingin itu bergegas membuka kulkas untuk membuat sarapan. Namun, sayang ia lupa berbelanja. Sehingga kulkas tersebut kosong, hanya berisi beberapa bumbu masakan.

Kemudian setelah memakai hoodie dan masker hitam, ia segera keluar dari apartemen. Memilih sarapan di luar karena rasa malas pergi ke supermarket untuk belanja sedang meningkat.

Bruk!

Hampir saja Hazza terjungkal ke samping ketika ada orang yang tiba-tiba menyenggol bahunya. Orang itu terkesan sedang terburu-buru. Dan pada saat itu respons Hazza hanya melihat punggung orang itu dengan tatapan tajam. Lalu kembali melangkah menuju salah satu warung makan yang berada tidak jauh di perlintasan jalan.

"Bu, pesen nasi uduknya satu, ya. Pake ayam serundeng, tempe orek, cah kangkung, teri kacang. Tapi jangan taburin bawang goreng," katanya memesan pada ibu-ibu penjual.

"Baik, Pak. Mau makan di sini atau dibungkus?"

Menatap datar dengan bibir yang sama sekali tak tersenyum di balik masker, Hazza menjawab, "Di sini aja."

Lalu duduk di kursi yang disediakan. Membuka layar ponsel dan melihat file gallery, mengingat hari kemarin bersama Zira membuat bibir yang jarang tersenyum itu memunculkan bulan sabit.

"Hm, lucu."

"Kembali terjadi kecelakaan di persimpangan Jakarta Pusat pada pukul 07:00 WIB."

Suara repoter berita dari televisi yang ditempel di dinding warung itu mengalihkan perhatian Hazza. Mendengar adanya  kecelakaan membuat Hazza fokus pada isi berita tersebut.

"Diduga supir mengalami serangan jantung, sehingga mobil yang dikendarai oleng lalu menabrak beton dan terpelanting jauh."

Berita itu pun menayangkan CCTV kejadian tersebut. SUV warna silver menabrak beton dengan cukup keras. Terpelanting ke tengah jalan hingga mobil pun rusak parah. Dan yang menjadi perhatian Hazza hingga pemuda itu mengerutkan kening adalah, plat mobil yang tak disensor itu mengingatkan Hazza pada saat ia memfotonya diam-diam sebagai bentuk pengawasan.

"I-itu bukannya ...." Tanpa sadar ia berdiri, kemudian mendekati televisi tersebut untuk memastikan.

"Dua korban meninggal dunia, satu mendapat luka berat, sedang anak kecil yang diduga anak korban mengalami trauma."

Doop! Hazza berdiri tegang. Rotasi dunia seakan berhenti berputar sedang jantungnya berdetak kencang. "Gak mungkin," gumamnya tersekat.

Mata tajamnya memerah dengan kedua tangan mengepal saat melihat  sesuatu di mobil itu yang Hazza kenali. Bukan hanya plat nomer, tetapi tas gendong berwarna kuning cerah yang pernah Hazza lihat ketika yang memakainya tertawa-tawa di acara kejutan kemarin. Berlari kecil sembari membawa bola basket.

Namun, ia berusaha menepis isi pikiran negatifnya. Ketika ia yakin, bahwa ia mungkin hanya salah lihat. Terlalu khawatir dan memikirkan Zira membuatnya berhalusinasi. Iya, Hazza yakin itu.

Azeera & Brother's StoryOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz