2

3.2K 287 14
                                    

Lily menatap lekat sosok Ayu sembari meminum tehnya. "Kamu akan mama pekerjakan sebagai staff di salah satu bisnis mama." jelasnya.

"Di mana lokasinya mam?" tanya Ayu.

"Nanti mama antarkan kamu ke sana. Mama sudah mendapatkan informasi dari bos lamamu. Kalau kamu bekerja begitu ulet. Jadi mama percayakan kamu mengelola usaha yang mama rintis dari 0. Semoga usaha mama itu makin laris di tanganmu." ucap Lily dengan senyum penuh arti.

"Semoga Tuhan selalu memberkati mam." ucap Ayu.

Lily mengangguk. "Kamu itu cantik. Kurang sentuhan sedikit saja. Nanti mama akan ajarkan kamu cara memakai riasan yang natural."

Ayu tersenyum dan mengangguk penuh minat. "Iya mam aku mau diajarin."

"Sekarang kamu mandi dulu. Setengah jam lagi mama ke kamarmu untuk rias kamu. Pukul 9 pagi kita sudah harus berangkat ke Kenanga." ucap Lily.

"Baik ma." ucap Ayu lalu setelahnya segera pergi ke kamarnya.

Di perjalanan dari ruang makan menuju kamar, Ayu tak sengaja bertemu dengan Hanna yang tak lain anak kost di rumah Lily. Ayu melempar senyum pada Hanna. "Kamu Ayu ya?" ucap Hanna dengan ramah.

"Iya." jawab Ayu malu - malu.

"Aku Hanna, anak kostnya mama Ly. Aku kost di sini sama suami aku mas Arya." jelas Hanna.

"Salam kenal Hanna." ucap Ayu.

Hanna tersenyum dan mengangguk. "Salam kenal juga Ayu. Semoga betah di sini ya."

"Mbak udah lama di sini?" tanya Ayu.

"Lumanyan Yu. Hampir 3 tahun. Setelah muter - muter cari kostan bagus. Nemunya ya di sini. Aku sempet pindah - pindah juga ngekostnya. Di sini nih paling nyaman. Mama Lilynya juga baik." jelas Hanna.

"Kalau begitu saya permisi ke kamar dulu ya mbak." ucap Ayu.

"Oh silahkan - silahkan Yu." balas Hanna.

................

"Duh pinternya kamu sayang rias Ayu jadi secantik ini." ucap Mahendra sembari merangkul Lily dan tak lupa mencium kening istrinya itu.

Ayu tersipu malu menyaksikan keromantisan Mahendra dan Lily. "Terima kasih mama Ly. Aku juga suka lihat riasan mama pada wajahku. Natural tapi terlihat menawan." ucap Ayu.

"Sama - sama Ayunda." balas Lily.

"Ya sudah yuk kita berangkat. Om antar sekalian kerja." ucap Mahendra.

Ayu hanya menganggukkan kepalanya dengan bersemangat dan segera mengekori paman dan bibinya itu menuju mobil. Sesekali Ayu terlibat orbolan kecil dengan Mahendra dan Lily. Perjalanan menuju Kenanga tidak lama hanya membutuhkan waktu 30 menit. Tiba di Kenanga, Ayu dan Lily disambut ramah oleh semua staff.

"Jadi Kenanga adalah tempat untuk seorang wanita memanjakan diri. Ada salon, spa dan tempat minum coffee atau teh." jelas Lily pada Ayunda.

"Jadi mama putuskan kamu bergabung dengan bagian coffee and tea. Kamu bisa belajar banyak di dapur." ucap Lily.

"Selamat datang ya Ayunda. Mulai hari ini kamu adalah rekan kerja aku di Coffee and Tea." ucap Melinda, salah satu staff di bagian coffee and tea.

"Selamat datang Ayunda!" ucap semua staff secara serempak.

"Terima kasih semuanya." balas Ayu dengan raut wajah senang bercampur agak malu karena sambutan yang tidak ia sangka.

"Kamu boleh kerja mulai sekarang ya. Mama sama om ada urusan yang lain dulu. Mama titip kamu sama anak - anak kopi oke." ucap Lily yang langsung dijawab anggukan oleh Ayu.

.......................

Bima begitu bangga pada tubuhnya yang terus menunjukkan kemajuan di setiap fisioterapi. Selesai fisioterapi di pagi hari Bima lekas pergi ke kantor. Di kantor Bima disambut hangat oleh sekretaris lamanya, Safira. Seperti biasa Bima membalasnya dengan senyuman. "Pak, untuk jadwal rapat nanti siang, apa bapak yang memimpin lagi?" ucap Safira.

"Iya. Saya sudah hampir sebulan kerja. Saya udah bisa kembali mimpin rapat." jawab Bima dengan suara tegas.

"Semua rindu sama bapak. Saya juga rindu sama bapak. Hmm.. bukan berarti kami tidak suka pak Bayu. Tapi beliau begitu dingin dengan wanita. Jadi kami para wanita pekerja di sini sering awkward sama pak Bayu." ucap Safira dengan ekspresi agak jutek karena mengingat sifat Bayu.

Bima tertawa kecil. "Karena ada hati lain yang harus ia jaga." ucap Bima.

Safira menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu saya balik ke meja kerja dulu pak. Untuk cek beberapa berkas."

Ucapan Safira dibalas anggukan oleh Bima. Setelah Safira keluar dari ruangannya, Bima berjalan dibantu 2 kruk menuju sofa yang mengarah ke bagian kaca besar. Pria itu memilih duduk di sana. Bima melihat view jalanan perkotaan via kaca besar di depannya. Pemandangan tersebut menurut Bima cukup indah bila ia saksikan dari ruangannya. "Tunggu aja mah. Secepatnya papa akan buat mama takluk kembali." ucap Bima dengan pandangan serius ke arah mobil - mobil yang terlihat kecil bila disaksikan dari ruangannya.

Bima kemudian tersenyum getir. "Papa gak rela mah kita berpisah di saat papa lagi ingin bersama mama. Papa akan kasih mama kebebasan dulu. Intinya mama hanya milik papa seorang." ucap Bima dengan raut wajah serius.

Tak lama kemudian pintu ruang kerja Bima dibuka oleh sang adik. Bayu datang bersama Belle yang memakai seragam sekolah SD. "Bim apa gue harus nemenin lo buat rapat entaran? Gue harus pergi sebenernya ke rapat orang tua murid." ucap Bayu.

"Udah lo pergi aja. Gue entar juga bisa dibantuin sekretaris." jawab Bima dengan tenang.

"Om Bima." panggil Belle.

"Apa ponakan om sayang?" ucap Bima dengan lembut sembari menatap Belle.

"Tar makan siang Belle beliin deh ya." ucap Belle. Gadis itu merasa sedikit iba melihat pamannya sering murung pasca bercerai.

Bima segera mengambil uang 500 ribu dari dompetnya. "Sini Belle ambil uang ini. Beliin om makanan yang enak ya."

Belle segera mendekati pamannya dan lekas mengambil uang pemberian Bima. "Sisanya kamu ambil. Kalau kurang uang jajan minta sama om sepuasnya. Kamu juga anak om." ucap Bima dengan dibarengi senyuman yang lebar.

"Makasih ya om." ucap Belle.

"Iya." balas Bima.

Bayu tertawa dan segera menghampiri sang kakak. "Lo tumben - tumbenan royal sama anak gue." ucapnya.

"Lah dari dulu juga royal. Ke Ayu baru gue gak royal dulu." jawab Bima.

"Bim, jangan ada niatan kembali sama Ayu ya. Ayu berhak bahagia atas kehidupannya." ucap Bayu.

Bima tertawa dengan ekspresi sinis. "Lo ikut - ikutan papa, Bay. Padahal selama ini lo orang kepercayaan gue."

"Sorry Bim. Gue gak tega lihat Ayu begitu." ucap Bayu dengan raut wajah bersalah.

"Gue maafin lo Bay. Gue gak akan dendam sama lo." ucap Bima.

"Om Bima, om harus belajar cari pasangan yang bener. Syukur lho itu om Bima gak kenak penyakit kelamin." ucap Belle dengan tatapan agak sinis.

Bima tertawa puas. "Om Bima juga pilih - pilih Belle. Tapi om juga jijik sama masa lalu om."

"Semoga om Bima cepet lepas pakai kruk ya. Pokoknya jangan ganggu tante Ayu!" ucap Belle dengan raut wajah serius di hadapan Bima.

Bima tertawa dan menganggukkan kepalanya. "Oke anak kesayangan om Bima. Sini peluk om dulu."

Belle segera mendekati Bima dan memeluk pamannya itu. "Anak cantiknya Bayu dan Nindy sudah besar. Cantik dan imut. Pintar juga ya Belle sayang." ucap Bima sembari membalas pelukan sang keponakan.

•••••••••••••

Sorry slow update..

AYUNDAWhere stories live. Discover now