24

1.8K 159 25
                                    

Ayu duduk di atas ranjang hotel sembari menatap ke arah jendela kamar yang menampilkan view kota Makassar. Suaranya sudah sedikit membaik, namun belum terdengar dengan jelas seperti biasanya. Selama 2 hari tinggal di kamar hotel, Ayu berusaha sekuat tenaga untuk mandi dan makan sendiri. Ia menolak semua bantuan yang ditawarkan Bima. Tak lama kemudian pintu kamar hotel terbuka dan menampilkan sosok Bima yang datang membawa sebuah buket bunga mawar. "Selamat hari pernikahan sayang." ucap Bima seraya mendekati Ayu.

"Gilang sudah menelepon dan mengatakan bahwa pernikahan kita sudah resmi secara Catatan Sipil. So, happy wedding for our wedding, baby." ucap Bima seraya mencium berkali - kali pipi kanan Ayu.

"Ini bunga dan juga cincin untuk pernikahan kita." ucap Bima seraya metakkan bunga mawar yang ia bawa di atas meja. Kemudian ia membuka kotak kecil berwarna merah beludru yang dibawanya. Bima lalu memasangkan sebuah cincin berlian di jari manis tangan kanan istrinya.

Awalnya Ayu menolak untuk dipasangkan cincin di tangannya. Namun Bima memaksa dengan sekuat tenaga agar Ayu mau menerima cincin pemberiannya. Jelas Ayu yang masih lemah tak mampu menandingi kekuatan Bima. Setelah itu Bima memaksa Ayu memasangkan cincin di tangannya. "Sah!" ucap Bima seusai menuntun tangan Ayu untuk memasangkannya cincin.

"Selamat menjadi istriku, Ayunda sayang. Beberapa aset yang aku punya akan kualihkan kepemilikannya buat kamu." ucap Bima yang disusul mencium bibir Ayu.

"Aku tidak anggap ini sah." ucap Ayu dengan suara yang terdengar sangat pelan. Ia juga masih kesusahan untuk berbicara saat ini. Ayu kini tengah menatap tajam sang suami.

"Aku yang anggap ini sah. Dalam hukum agama Katolik kita berdua tidak pernah dianggap berpisah dan masih berstatus sah menikah secara Katolik. Kita hanya berpisah secara Catatan Sipil. Jadi setelah Catatan Sipil mengesahkan kembali pernikahan ini dalam arti kata rujuk, maka kamu sah menjadi istriku lagi." ucap Bima yang ikut membalas tatapan tajam Ayu.

"Hari ini kita check out. Kita harus kembali ke Jakarta." ucap Bima sebelum mengecup pipi kanan Ayu. Sedangkan Ayu nampak mengepalkan tangannya karena merasa tidak terima dengan apa yang Bima telah putuskan.

"Aku akan kembali ke Malino." ucap Ayu dengan suara pelan dan tertatih - tatih.

Bima tersenyum sinis mendengar penuturan Ayu yang kini sudah kembali menjadi istrinya. "Tidak! Kalau aku minta kamu ke Jakarta, ya ke Jakarta! Tidak ada penolakan!" bentak Bima yang masih menatap tajam sang istri.

Dengan sekuat tenaga Ayu bangkit dari duduknya dan lekas menuju pintu kamar. Bima tentunya dengan cepat mencegah istrinya yang hendak keluar dari kamar. "Aku ingin kita pulang bersama." ucap Bima.

Ayu langsung menampar pipi suaminya "Bang*at." ucapnya seraya menatap Bima dengan tatapan penuh emosi.

"Aku gak segan perkosa kamu di sini." ucap Bima sembari mencengkram rahang sang istri dengan kasar. Ia menatap tajam Ayu.

"Kamu menjijikan!" ucap Ayu dengan suara tertatih - tatih. Ia juga menatap tajam sang suami.

Bima langsung tertawa mengerikan di hadapan Ayu. "Menjijikan? Aku itu memberikanmu kenikmatan lahir batin sayang. Hanya kamu satu - satunya wanita yang bilang aku menjijikan. Wanita lain malah sampai bertekuk lutut setelah kuperawani." ucap Bima yang masih mencengkram dagu sang istri.

"Aku gak munafik, memang kamu yang paling beda di antara wanita mana pun yang aku ajak bersetubuh. Termasuk ketika kamu tidak menikmati persetubuhan kita dan mengatakan aku sosok pria yang menjijikan." ucap Bima dengan nada sinis.

"Aku gak mau rujuk sama kamu!" ucap Ayu.

"Kamu sudah sah menjadi istriku. Itu tidak dapat diganggu gugat!" ucap Bima dengan tegas.

"Aku gak suka menjadi istrimu!" marah Ayu dengan suara pelan dan tertatih.

Bima tertawa sembari melepaskan dengan kasar cengkramanya pada dagu Ayu. "Kamu jijik karena kenakalanku kan? Itu sudah lama Yu! Selama setahun ini aku sudah tidak pernah lagi melakukan hubungan seks dengan wanita secara FWB atau ONS. Aku memang masih pergi ke club dan itu pun murni hanya untuk minum - minum alkohol. Gak pernah lebih dari itu. Aku juga tidak terikat hubungan apa pun dengan wanita lain." jelas Bima tepat di depan wajah Ayu dengan jarak yang sangat dekat.

"Aku mau anak, Ayu. Umurku sudah hampir kepala 4. Aku butuh penerus." bisik Bima di telinga kanan istrinya.

"Kamu juga harus sesegera mungkin memiliki anak. Umurmu beda tipis dengan umurku." sambung Bima.

Ayu kembali menampar pipi suaminya. "Kamu gila Bima!"

Bima tertawa mengerikan tepat di depan wajah istrinya. "Gila ya sayang? Iya aku gila karena kamu." ucap Bima yang kembali mencengkram dagu Ayu.

"Kamu harus tunduk sama aku. Aku ini suamimu!" kecam Bima pada Ayu.

"Gak sudi!" marah Ayu.

Bima kembali tertawa tanpa melepas cengkramannya pada dagu sang istri. "Istri yang membangkang!" ucap Bima dengan ekspresi sinis.

"Aku harus ke Malino!" kecam Ayu.

"Tidak untuk Malino!" kecam Bima dengan mata menatap tajam sang istri.

"Kenapa? Kamu itu gak adil! Aku butuh ke Malino untuk mengurus pekerjaanku!" marah Ayu dengan suara pelan dan agak kesusahan mengucapkan tiap 1 kata.

Bima kembali tertawa mengerikan di depan sang istri. "Mau ketemu si Langit? Mau ketemu bajingan tengik itu kan?" ejeknya sembari melepas cengkramannya pada dagu Ayu.

"Aku harus mengurus Kenanga!" kecam Ayu.

Bima langsung mencium bibir istrinya tanpa pikir panjang. "Sudahlah sayang. Berhenti membantah! Suaramu belum sepenuhnya pulih." ucapnya sembari mengelus pipi Ayu.

Ayu yang masih menatap tajam ke arah Bima membuat suaminya itu luluh lalu menganggukkan kepalanya. "Oke lah, kita ke Malino." ucap Bima dengan ekspresi pasrah sembari tertawa kecil.

Kemudian pria itu membawa Ayu ke dalam pelukannya. "Kita berangkat sekarang juga." pukasnya.

.................

Lily meluapkan amarahnya di hadapan Rendra tanpa peduli tatapan sinis Hesty. Bahkan sang suami, Hendra yang sedari tadi selalu menenangkannya, tak mampu meredakan amarahnya yang sudah memuncak. Lily marah atas ulah Bima yang melarikan Ayu secara paksa. "Aku minta maaf ya, Ly. Aku udah coba minta bantuan anak buahku untuk menangkap anak ban*sat itu. Tapi sampai sekarang belum juga tertangkap." ucap Rendra.

"Aku butuh bukti mas! Bukan ucapan dan janji - janji bualan! Aku sudah muak dengan drama keluarga ini!" marah Lily dengan menatap Rendra dan Hesty secara bergantian.

"Mas tolong ya segera minta Bima untuk pulangkan Ayu. Istriku sampai gak bisa tidur hanya karena mikirin Ayu." ucap Hendra dengan raut wajah memohon.

Ketika Rendra hendak berucap, pintu vila tiba - tiba saja terbuka dan menampilkan sosok Ayu yang datang bersama Bima. Lily tanpa pikir panjang langsung menghampiri Ayu. "Kamu gak apa - apa kan sayang? Mama khawatir banget." ucap Lily yang terlihat sangat panik.

Ayu memilih untuk menggelengkan kepalanya. "Aku baik." ucapnya dengan suara pelan.

Sementara Bima memilih untuk masuk ke salah satu kamar di vila yang disewa orang tuanya. Tanpa banyak bicara, Lily langsung mengajak Ayu keluar dari vila yang disewa Rendra. Ia akan mengajak Ayu untuk pulang ke vila miliknya. "Mama khawatir banget sama kamu, Yu. Mulai sekarang mama akan jaga kamu lebih ketat. Agar Bima gak bisa bawa kamu kabur lagi." ucap Lily ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Iya." jawab Ayu dengan pelan.

"Suara kamu kenapa? Kedengarannya gak baik." tanya Lily dengan ekspresi wajah curiga.

"Terlalu keras berteriak mah. Jadi sakit." ucap Ayu.

"Kita harus ke dokter sekarang." ucap Lily seraya mengemudikan mobilnya. Bahkan ia meninggalkan sang suami yang masih berada di vila yang di sewa Rendra.

••••••••••••

Bima curang!

AYUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang