20

2.1K 162 14
                                    

Bima memijat kepalanya seraya duduk di depan komputer di ruang kerjanya. Ia baru saja tiba di kantor dan sedikit kesiangan akibat pergi ke club dini hari tadi. "Pak untuk jadwal hari ini bapak diminta pak Rendra untuk datang ke kantor beliau. Selebihnya jadwal bapak kosong hari ini." jelas sekretaris Bima, Safira.

"Iya ya, Saf. Nanti jam istirahat saya ke sana." jawab Bima dengan raut wajah tidak bersahabat.

"Baik pak." ucap Safira seraya tersenyum. Wetelah itu ia langsung kembali ke meja kerjanya.

Tak lama kemudian pengacara pribadi Bima datang dan langsung menghampiri bosnya itu. "Selamat siang tuan. Pembangunan rumah sudah 90% selesai. Namun ada yang ingin saya sampaikan pada anda. Nyonya Ayu saat ini sedang dalam perjalanan ke Malino menggunakan jet pribadi milik tuan Mahendra. Nyonya Ayu pergi bersama nyonya Lily. Menurut informasi yang saya dapatkan. Nyonya Ayu telah resmi menjadi CEO Kenanga dan kini dalam proses penanganan ekspansi Kenanga ke Malino." ucap Gilang di hadapan Bima.

Bima langsung menggebrak meja dengan ekspresi marah. "Kenapa kamu baru bilang? Kalau saya tahu dia mau ke Malino, saya tidak akan izinkan dia ke sana!" marah Bima.

"Maafkan saya tuan, tetapi semuanya benar - benar sangat mendadak. Nyonya Lily mengumumkan secara mendadak tadi pagi bahwa mulai hari ini nyonya Ayu resmi naik jabatan menjadi CEO Kenanga." ucap Gilang dengan sopan.

"Jadi selama ini tante Lily membangun rumah di Malino itu maksudnya membangun tempat bisnis di sana? Kenapa kamu gak dapat bocoran sedikit pun Gilang mengenai pembangunan property Lily di Malino?!" ucap Bima dengan ekspresi kesal pada sang pengacara.

"Maafkan saya tuan." ucap Gilang sembari menundukkan kepalanya.

"Saya mau kamu siapkan jet untuk sore nanti. Saya mau ke Malino juga." ucap Bima seraya pergi meninggalkan bawahannya untuk keluar ruangan.

"Tidak Bima, kamu tidak akan pergi ke Malino." ucap Rendra sembari membuka pintu ruangan kerja anaknya. Tepat di saat Bima akan memegang gagang pintu ruang kerjanya. Untung saja pria itu cepat menghindar sehingga ia tidak terkena pintu yang dibuka secara tiba - tiba dari luar.

"Lho papa?!" ucap Bima dengan ekspresi terkejut. Karena kehadiran sang papa yang datang ke kantornya tanpa memberitahu terlebih dahulu.

"Biarkan Ayu di Malino! Kamu cukup di Jakarta dan urus semua bisnismu dari sini!" ucap Rendra dengan tegas.

"Papa gak usah ikut campur urusan Bima!" ucap Bima yang tak mau kalah tegas dari sang papa.

"Ayu itu sudah mantan istrimu! Kamu mau ngapain lagi sama dia?!" marah Rendra dengan menatap tajam anaknya.

"Apa pun yang aku lakukan sama Ayu. Semuanya sah - sah saja di mata agama kita. Aku hanya berpisah secara hukum dengan Ayu. Papa juga tidak bisa ikut campur lagi soal hubungan aku sama Ayu. Cukup dulu saja papa ikut campur sampai aku bercerai secara hukum dengan Ayu!" kecam Bima dengan membalas tatapan tajam papanya.

Ketika Bima hendak keluar dari ruang kerjanya, Rendra dengan cepat mencekal tangan kanan anak sulungnya itu. "Jangan ganggu Ayu lagi! Sampai kapan kamu akan menganggu dia, Bima?" ucap Rendra dengan ekspresi wajah dan tatapan serius.

"Sampai aku bisa hamilin dia!" ucap Bima dengan berani sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan papanya di tangan kanannya.

Rendra melepaskan cengkramannya pada tangan sang anak. "Kamu itu bajingan Bima! Bisa - bisanya berkata seperti itu." kecam Rendra.

Bima berdecak lalu menampilkan senyum sinis pada sang papa. "Papa mending urus aja adik papa yang sangat suci itu ya!" ejek Bima sebelum menghempaskan tangan papanya.

AYUNDAKde žijí příběhy. Začni objevovat