•08•

43K 2.9K 204
                                    

Setelah makan malam Renald mengajak Rea ke teras rumah. Beruntung teras rumah sangat tertutup membuat mereka tidak terkena dinginnya angin malam. Renald duduk di samping Rea sambil memangku sebuah gitar.

"Mau di nyanyiin apa?" Renald menatap Rea yang ada di sampingnya.

Rea menoleh. "Emang bisa nyanyi?"

"Ya bisa lah, masa punya gitar nggak bisa nyanyi. Rugi atuh kakak ipar." Renald terkekeh pelan.

"Apa sih, ya udah terserah adik ipar aja mau nyanyi apa." Rea tersenyum lebar.

"Ku menangis mau?" tawar Renald.

"Ya kalik, sedih banget lagunya," balas Rea.

Renald tertawa. "Ya udah, nyanyi balonku ada lima aja."

"Kayak anak TK, yang bener dong Ren. Aku masuk ke dalem aja deh kalau gitu." Rea pura-pura hendak berdiri.

"Jangan dong, kali ini gue serius," ujar Renald.

Jari-jari Renald mulai memetik gitar yang menghasilkan alunan yang sangat indah. Renald menyanyikan lagu yang berjudul bagaikan langit, suara Renald terdengar sangat merdu di telinga Rea. Kini gadis itu tersenyum hangat.

Rea memejamkan matanya dan berusaha menikmati alunan lagu yang begitu indah. Rea berpikir, andai yang menyanyikan lagu itu adalah Bevan ia pasti sangat senang. Namun itu hanya andai, sebuah keinginan yang mustahil untuk menjadi kenyataan.

"Bagus banget Ren." Rea bertepuk tangan kala Renald sudah selesai bernyanyi.

"Ya jelas lah, babang Renald gitu loh." Renald menepuk dadanya dengan perasaan bangga.

"Dih, narsis banget," ucap Rea.

"Btw, bagusan suara gue atau bang Bevan?" tanya Renald.

"Sama aja, kan sama-sama laki," balas Rea.

Renald terdiam sejenak. "Rea, gue cinta sama lo."

"Hah?" Kening Rea berkerut.

"Gue cinta sama lo Rea, lo mau nggak jadi pacar gue?" Raut wajah Renald terlihat serius.

"Ren, jangan sembarangan. Kamu tahu kan kalau aku itu istrinya---"

"Gue nggak peduli, gue mau lo jadi pacar gue," potong Renald.

Rea menunduk dalam, ia tidak tahu harus berkata apa. Rea hanya menganggap Renald sebagai teman, hanya itu tidak lebih. Cinta Rea juga masih hanya untuk satu orang, yaitu Bevan. Tapi jujur, Rea tidak ingin kehilangan teman seperti Renald.

"Maaf Ren---"

"Tapi boong, gue cuma bercanda kalik." Renald mencubit pipi Rea.

***

Rea memasuki kamarnya, saat ia menutup pintu kamar ia langsung mendapat tatapan sinis dari Bevan. Entah kata-kata pedas apa lagi yang akan di katakan cowok itu, Rea sudah tak mau memikirkannya lagi.

"Bagus ... Gimana kencannya seneng?" Bevan duduk di atas dan bersandar pada punggung kasur.

Rea perlahan berjalan menghampiri Bevan. "Kencan apa sih kak?"

"Gue lihat lo sama Renald di teras, kalau di lihat-lihat lo berdua cocok," ucap Bevan.

"Terus mau kakak apa?" tanya Rea.

"Lo jadian aja sama Renald. Jadi, lo punya Renald, dan gue punya Tania. Impas kan, lo nggak perlu lagi sok tersakiti," balas Bevan santai.

"Gila kamu kak! Aku bukan cewek kayak gitu!" Nafas Rea memburu.

"Ups marah." Bevan tersenyum miring. "Tapi kenyataannya lo emang kayak gitu kan ... Gampangan."

"Udah cukup kak!" sentak Rea.

"Marah? Heh denger, gue tuh nggak bakalan suka sama cewek modelan kayak lo," ujar Bevan.

Ucapan Bevan mampu membuat hati Rea terluka. Gadis mana yang akan tahan dan tetap sabar jika di hina seperti itu. Rea tidak serendah itu sampai-sampai dia akan memacari adik iparnya sendiri. Rea meraih bantal yang ada di samping Bevan.

"Mau ngapain?" tanya Bevan.

"Tidur," balas Rea seadanya.

"Tidur di atas, entar kalau lo sakit yang ada ngrepotin." Nada suara Bevan terdengar dingin.

Rea hanya diam dan langsung membaringkan dirinya dengan posisi memunggungi Bevan.

"Heh! Lo berani cuekin gue?!" sentak Bevan.

"Diem kak, aku capek." Rea memejamkan matanya membuat air matanya mengalir begitu saja.

"Kalau capek tidur, sekalian nggak usah bangun!" ketus Bevan.

"Iya, kalau boleh aku juga pengen kayak gitu. Biar kakak seneng, biar kakak bisa hidup bahagia sama kak Tania," ucap Rea begitu pelan namun masih dapat di dengar oleh Bevan.

Bersambung...

Pilih kapal Bevan-Rea atau Renald-Rea?

Serpihan LukaWhere stories live. Discover now