•26•

51.4K 2.7K 102
                                    

Bevan berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Rea, walaupun rasanya sulit Bevan akan tetap mencobanya. Dan malam ini cowok itu sedang berada di depan kamar Rea sambil membawa laptop.

"Re ..." Bevan mengetuk pintu yang sudah terbuka sebanyak tiga kali.

Rea menatap ke arah Bevan sambil berdecak pelan. "Ngapain lagi sih lo?!"

"Boleh gue masuk?" Bevan menatap Rea dengan penuh harap.

"Nggak!" larang Rea.

Bevan tersenyum. "Gue mau ngomong sama lo."

"Tapi gue nggak mau ngomong sama lo!" Ada sedikit rasa senang di hati Rea saat melihat senyum Bevan, tapi Rea berusaha untuk menepis perasaan itu.

"Gue masuk ya." Bevan tetap melangkah masuk ke dalam kamar.

Rea menegakkan tubuhnya, tatapannya terlihat tajam. "Stop! Gue udah larang lo kan!"

Bevan tetap berjalan, sampai akhirnya ia berdiri tepat di samping Rea yang sedang duduk di atas kasur. Niat Bevan adalah, dia ingin mengajak Rea menonton film bersama.

Walaupun Bevan yakin Rea pasti akan menolaknya. Bevan sudah terlalu banyak menyakiti Rea, membuat luka di hatinya. Dan saat ini adalah waktunya Bevan berjuang untuk mendapatkan maaf Rea.

"Gue mau ngajakin lo nonton film bareng di laptop gue," ujar Bevan.

Rea tertawa remeh. "Lo pikir gue mau?"

Bevan menggeleng pelan. "Gue tahu, lo pasti bakal nolak. Tapi apa salahnya kalau gue usaha."

"Udah pergi! Nggak sudi gue nonton bareng lo." Tatapan Rea terlihat tidak bersahabat.

"Yakin? Gue punya banyak film loh. Terserah lo deh mau nonton apa." Bevan berusaha untuk membujuk Rea.

"Gue bilang nggak ya nggak!" sentak Rea.

"Ayolah, temenin gue nonton," pinta Bevan.

"Nggak punya malu ya lo, lo bertingkah seakan nggak pernah terjadi apa-apa di antara kita. Bren*sek banget lo jadi cowok," sinis Rea.

Bevan terdiam, itulah kata-kata yang pantas dirinya terima. Bevan tidak mengelak, faktanya dirinya memang sejahat itu. Bevan tahu, Rea tidak akan memberinya maaf semudah itu.

Sekarang Bevan telah melupakan Tania, pikirannya kini hanya tertuju pada Rea. Bevan mengangguk pelan, kehadirannya di sini hanya akan membuat Rea terganggu.

"Oke, gue keluar ya." Bevan mengelus pelan rambut Rea.

Rea menepis tangan Bevan. "Apa sih lo, nggak usah sentuh-sentuh gue!"

"Gue masih suami lo kan," ujar Bevan.

Rea tersenyum remeh. "Tapi gue nggak nganggep lo suami gue."

"Lo bener, gue emang bren*sek. Gue nggak bisa jadi suami yang baik buat lo. Gue selalu bertingkah seakan-akan gue yang paling menderita, gue nggak pernah sadar kalau lo juga terluka," ucap Bevan, tak terasa mata cowok itu berair.

Kenyataannya, Rea terlalu baik untuk cowok jahat seperti Bevan.

***

Rea menonton film bersama dengan Renald di ruang tamu, mereka tidak menonton film di laptop melainkan di ponsel Renald. Mungkin itu terlihat sederhana, tapi Rea sangat bahagia.

"Ketawa mulu ya dia." Renald menatap film Bernald bear yang ada di ponselnya.

Rea tertawa. "Hidupnya bahagia terus mungkin."

"Heran loh gue, dari tadi nggak ngomong sama sekali. Ketawa terus, nggak capek apa ya." Renald menatap beruang putih itu tak habis pikir.

"Ya kan nggak bisa ngomong," ucap Rea.

"Tapi dia masuk tv, berarti dia artis kan. Padahal masih gantengan gue, sia-sia kalau orang seganteng gue nggak jadi artis." Renald menekuk bibirnya.

Rea terbahak. "Kamu bandingin diri kamu sama beruang kutub Ren?"

Renald langsung tersadar. "Heh nggak, iya ya ... Ngapain juga gue bandingin wajah gue yang ganteng ini sama beruang kutub."

Tawa Rea semakin kencang, dan hal itu membuat Renald senang. Renald tersenyum tipis saat melihat raut wajah Rea yang bahagia. jika bisa dia ingin membuat Rea bahagia setiap saat.

Renald ingin membahagiakan Rea sebagai orang yang di cintainya. Namun Renald tidak bisa melakukan hal itu, karena di mata Rea dia hanya di anggap sebagai adik ipar.

"Heh udah jangan ketawa." Renald membekap mulut Rea.

Rea menyingkirkan tangan Renald. "Kenapa nggak boleh ketawa?"

"Lo makin cantik kalau lagi ketawa." Renald menyengir lebar.

Rea tersenyum lebar. "Nah loh, gombal terus. Cari pacar sana Ren biar ada yang di gombalin."

'Gimana gue mau nyari pacar kalau gue aja cintanya sama lo,' batin Renald.

"Ya udah, lo aja yang jadi pacar gue," celetuk Renald asal.

"Ya udah ayo, sekarang kita pacaran." Rea menanggapinya dengan candaan.

Renald dan Rea sama-sama tertawa, Rea menganggap ucapan Renald hanya sebuah candaan. Tapi yang sebenarnya, Renald benar-benar ingin menjadi pacar Rea. Tapi itu sangatlah mustahil.

Tidak jauh dari mereka ada Bevan yang diam-diam mengawasi mereka berdua. Ada sedikit rasa iri yang terselip di hati Bevan saat melihat kedekatan Rea dengan Renald.

'Jadi ini yang lo rasain waktu gue deket sama Tania.' Bevan tersenyum masam.

"Sakit ... Tapi nggak sebanding sama rasa sakit yang udah gue kasih ke lo," gumam Bevan.

Bersambung...



Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang