•15•

49.9K 3K 127
                                    

Keadaan Rea mulai membaik, oleh karena itu dokter mengizinkan Rea untuk pulang. Setelah makan malam mereka memperdebatkan kamar yang akan di tiduri oleh Rea. Tadi sore memang Rea sempat istirahat di kamar Renald, tapi malam ini tentu saja Rea tidak bisa tidur di sana.

"Rea sayang, kamu tidur di kamar lain aja ya." Bila berusaha untuk membuat Rea mengerti.

"Tapi kenapa aku harus tidur sendiri? Kenapa aku nggak boleh tidur sama Renald?" tanya Rea.

"Ya soalnya kalian masih SMA, jadi nggak boleh tidur bareng," balas Bagus.

"Tapi kita cuma tidur aja nggak ngapa-ngapain, Ren jelasin ke mereka." Rea menggoyang lengan Renald.

Renald mengerjapkan matanya, jujur saja ia merasa bingung. "Emm, Rea tidur sama aku aja Ma, Pa."

"Nggak bisa lah! Harusnya dia tuh tidur sama gue!" Bevan menolak mentah-mentah keputusan Renald.

"Nggak! Aku mau tidur sama Renald." Rea memeluk lengan Renald.

"Nggak bisa! Pa, Ma, jelasin dong ke dia," ujar Bevan.

Bagus memijat pelipisnya jujur saja ia merasa pusing, di sisi lain Rea sedang amnesia, tapi Bagus juga tidak bisa membiarkan Rea tidur bersama Renald. Bila juga terlihat pusing, wanita paruh baya itu bingung harus berbuat apa.

"Udah-udah jangan debat, papa jadi pusing ini." Bagus mengusap pelan wajahnya.

"Gini aja, Rea tidur sama Mama," saran Bila.

Rea menggeleng tidak setuju. "Jangan, nanti Papa tidur sama siapa? Aku tidur sama Renald aja."

Renald terdiam sejenak. "Rea tidur sama aku aja, aku bisa jamin kalau kita cuma tidur."

Bagus tampak menghela nafasnya. "Oke, Renald papa percaya sama kamu."

"Nggak bisa gitu!" Entah kenapa hati Bevan merasa tidak terima.

"Gimana ya, kalau Renald tidur sama Rea terus Bevan---" Bila tidak bisa mengatakan jika Bevan adalah suami Rea.

"Ikut gue, gue mau ngomong sama lo." Bevan menarik tangan Rea.

Rea terpaksa berdiri dan mengikuti langkah Bevan. Renald menatap punggung Rea yang semakin menjauh, rasanya sangat berat membiarkan Rea bersama dengan Bevan.

Renald takut Bevan akan menyakiti Rea lagi, di sisi lain Renald juga bingung dengan Bevan. Jika Bevan tidak menginginkan Rea, mengapa dia sangat ingin tidur bersama dengan Rea.

"Udah nggak usah di susulin, mereka butuh waktu buat ngomong berdua." Bagus menatap Renald yang hendak berdiri.

***

Bevan melepaskan tangan Rea kala sampai di taman belakang rumah. Cowok itu menatap Rea dengan tatapan tajamnya, tentu saja dia masih tidak percaya jika Rea mengalami amnesia.

"Jujur sama gue, lo pura-pura amnesia kan," tuduh Bevan.

"Abang ngomong apa sih?" Rea sama sekali tidak mengerti.

"Abang?" Bevan menatap Rea tak percaya.

"Renald manggilnya abang, abang Renald kan abang aku juga," jelas Rea.

Mata Bevan semakin berkilat marah. "Gue itu suami lo, bukan Renald!"

Rea menggeleng takut. "Nggak, Renald suami aku."

"Berhenti drama! Lo itu cinta banget sama gue, nggak mungkin lo lupa." Bevan mencengkeram erat kedua bahu Rea.

"Aku cintanya sama Renald, dia kan suami aku," ucap Rea.

Bevan semakin mencengkeram erat kedua bahu Rea membuat Rea meringis kesakitan. Rea berusaha untuk menyingkirkan tangan Bevan, ada rasa takut di hati Rea. Bevan terlihat sangat menyeramkan.

"Bang, lepas sakit," pinta Rea.

Bevan akhirnya melepaskan bahu Rea. "Tidur sama gue!"

"Nggak bisa Bang, suami aku itu Renald bukan abang." Rea memberanikan diri untuk menatap Bevan.

Bevan mengepalkan tangannya. "Pengen banget lo tidur sama Renald. Cih, ternyata bener ya lo itu cewek gampangan."

***

Rea kini sudah berada di kamar Renald, mereka berdua akhirnya akan tidur bersama. Renald mengambil salah satu bantal dan berjalan ke arah sofa, walaupun ia sekamar dengan Rea tetap saja ia tidak bisa tidur di samping Rea.

"Kok kamu tidur di sana?" Rea menatap Renald yang sudah duduk di sofa.

Renald menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya gapapa, lo tidur gih udah malem."

"Kamu nggak cinta ya sama aku makannya kamu nggak mau tidur di samping aku," ucap Rea.

"Bukan gitu," balas Renald.

Rea menatap lurus ke depan. "Kamu pasti nggak sudi lah tidur sama aku."

Renald perlahan berjalan ke arah Rea dan duduk di sampingnya. "Hei, jangan sedih. Gue udah ada di samping lo sekarang."

***

Bevan tidak bisa tidur, sedaritadi cowok itu mondar-mandir tidak jelas. Hatinya merasa panas sekaligus tidak tenang, rasanya tidak sanggup jika membiarkan Rea tidur bersama dengan Renald.

Bevan pernah menyuruh Rea agar pacaran dengan Renald, Bevan bahkan juga menyuruh Rea tidur bersama dengan Renald. Tapi di saat semua itu terjadi kenapa rasanya tidak terima.

"Nggak! Mereka nggak boleh tidur berdua." Bevan berniat pergi ke kamar Renald.

Bersambung...

Nah loh, abang nggak tuh🤣

Suaminya Bevan tapi tidurnya sama Renald, ngenes ya?

Serpihan LukaWhere stories live. Discover now