•14•

46.4K 2.9K 122
                                    

Terjadi pendarahan di kepala Rea, beruntung Rea cepat-cepat di bawa ke rumah sakit. Dokter mengatakan Rea baik-baik saja, hanya saja kepalanya sedikit terluka. Setelah dokter pergi, Renald dan Bevan masuk ke dalam ruang rawat Rea.

"Rea, lo gapapa kan? Ada yang sakit nggak? Kalau ada bilang ya." Renald duduk di kursi yang ada di samping Rea.

Rea tersenyum. "Aku gapapa Ren."

Bevan menatap sinis Rea. "Nyusahin lo, kenapa nggak mati aja?!"

Renald menatap Bevan tidak suka. "Bang lo---"

"Renald, dia siapa?" Tatapan Rea tertuju pada Bevan.

Tubuh Renald membeku. "Re, lo nggak kenal bang Bevan? Dia suami lo."

Rea tertawa. "Bercanda ya kamu, aku kan istri kamu."

Renald semakin di buat bingung oleh ucapan Rea. "Re, lo nggak inget siapa gue?"

Rea tersenyum. "Inget, kamu suami aku."

Bevan mengepalkan tangannya, ia yakin Rea pasti sedang pura-pura lupa ingatan. Jelas-jelas tadi dokter bilang jika Rea baik-baik saja, tapi sekarang mendadak Rea melupakan Bevan. Jika Rea mengingat Renald, lalu mengapa dia tidak mengingat Bevan.

"Udah nggak usah drama, bikin muak tahu nggak!" Bevan mencengkeram erat bahu Rea.

"Lepas ... Sakit." Rea meringis pelan.

"Bang, jangan kasar!" Renald menyingkirkan tangan Bevan.

"Dia tuh lagi drama ngerti nggak lo!" sentak Bevan.

"Renald takut." Rea memeluk erat Renald.

"Jangan takut, ada gue." Renald mengelus rambut belakang Rea.

Bevan tertawa pelan. "Cih, cewek gampangan lo!"

"Bang, bisa stop nggak?!" Renald menatap tajam Bevan.

Bevan mengepalkan tangannya, ia benar-benar marah. Bahkan saat ini Bevan semakin membenci Rea, cowok itu tidak pernah sadar jika Rea seperti itu karena ulahnya. Bevan juga tidak meminta maaf atas perbuatannya.

'Setelah dia bikin gue sama Tania putus dia mau bahagia sama Renald? Nggak bisa! Gue bakal hancurin hidup dia,' batin Bevan.

"Lo pura-pura amnesia kan, ngaku lo!" Bevan masih tidak percaya kepada Rea.

"Ren, kenapa dia marah-marah? Dia siapa?" Rea menatap takut Bevan.

Renald berdiri kemudian menarik tangan Bevan. "Ikut gue."

"Apa sih!" Bevan menepis tangan Renald kala jaraknya dirinya dan Renald sudah agak jauh dari Rea.

Renald menghela nafas berat. "Lo nggak bisa gitu, bisa aja Rea bener-bener amnesia."

"Nggak mungkin! Dokter bilang dia gapapa. Lo tahu kan dia itu munafik, pasti dia---"

"Bang!" potong Renald.

Bevan berdecak sebal, cowok itu berjalan ke arah sofa yang ada di ruang rawat Rea. Bevan duduk di atas sofa sambil menatap Rea dengan sorot mata benci. Bevan sama sekali tidak percaya dengan Rea.

Renald mengusap wajahnya kasar dan kembali menghampiri Rea. Cowok itu kembali duduk di samping Rea. Selang beberapa detik Bila dan Bagus memasuki ruang rawat Rea, mereka terlihat cemas.

"Ini Rea kenapa kok bisa masuk rumah sakit?" Bagus menatap Renald.

Bila segera memeluk Rea. "Kamu gapapa kan sayang?"

"Aku gapapa Ma," ucap Rea.

"Tadi Rea jatoh, terus kepalanya kebentur." Renald tidak sanggup mengatakan jika yang melukai Rea adalah Bevan.

"Astaga, lain kali hati-hati ya sayang." Bila mencium puncak kepala Rea.

"Terus dokternya bilang apa?" tanya Bagus.

"Dokter bilang Rea baik-baik aja. Tapi ... Rea kayaknya amnesia," balas Renald.

"Maksudnya gimana?" Bagus sama sekali tidak mengerti.

"Rea nggak inget Bang Bevan, dia justru malah ngira kalau aku suaminya," jelas Renald.

Tubuh Bagus dan Bila membeku, tentu saja mereka terkejut. Mereka bertanya-tanya bagaimana bisa Rea menganggap Renald suaminya. Namun, Bagus dan Bila tidak sanggup menanyakan itu kepada Rea.

"Itu nggak bener Ma, Pa, dia pasti nggak amnesia." Bevan berjalan menghampiri Bagus.

"Terus menurut lo Rea bohong gitu?!" tanya Renald tidak terima.

"Bisa aja kan!" balas Bevan.

Bagus menghela nafas panjang dan menatap Rea. "Rea, kamu nggak inget sama Bevan?"

Rea menggeleng pelan. "Nggak."

Bersambung...

Komen yang greget biar up nya cepet.

Kira-kira Rea amnesia beneran nggak ya?🤔



Serpihan LukaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora