Bagian 30

3.4K 135 25
                                    

Di tengah hujan deras yang membahasahi kota, seorang gadis yang mengenakan keurudung biru muda tengah menangis sesegukan di balik kemudi. Berkali-kali ia memukul stir mobil karena rasa sakit yang terus mendera hatinya.

Penghianatan terjadi dengan terang-terangan di hadapannya membuat dirinya merasa lemah. Ia benci keadaan ini, keadaan di mana ia lemah, merasa di injak-injak, dan terkhianati oleh orang yang pertama kali merebut cintanya dan membuat dirinya percaya akan cinta.

Hiks..

Hiks..

"Mas Yusuf, sebenarnya apa kurangku padamu? Kesalahan apa yang telah ku lakukan sampai kau tega memberiku luka yang amat sangat dalam?" Ucapnya bermonolog sembari terus memukul dadanya yang terasa sesak.

"Apakah semua karena anak? T-tapi aku bukan wanita yang mandul, aku sehat, bukankah selingkuh hanya sebuah alasan klise saja? Suami istri lain bahkan ada yang tidak di karuniai anak," sambungnya lagi di sela-sela tangisannya.

"Kenapa semudah itu berpaling? Kamu terlihat begitu mencintainya."

Hingga, ia kembali menguatkan dirinya. Apapun yang terjadi kini, Nazwa harus kuat menghadapinya. Yang jelas, tak ada kata lemah. Dia harus berjuang untuk dirinya dan juga anaknya. Setidaknya, di antara ribuan rasa sakit hati yang ia dapati dari suaminya, Nazwa masih mempunyai alasan kuat untuk berdiri tegar yaitu, anaknya dan juga orang tuanya. Nazwa lalu menyalakan mesin mobil dan melesat pergi meninggalkan rumah sakit. Di sepanjang jalan, mulutnya terus berucap istigfar, tidak ada waktu untuk mengeluh dan menyalahi takdir. Bukan takdir yang salah, bukan waktu yang salah, melainkan lelaki yang berstatus suaminya yang tak bersyukur.

Setelah sampai di depan rumah Ayahnya, Nazwa menghela nafas berat. Bagaimana bisa ia mengatakan keadaannya baik-baik saja setelah melihat penampilan dirinya yang berantakan dan juga mata yang sembab? Ketika tubuhnya sampai di depan pintu rumah, tangannya bergerak memencet bel hingga, daun pintu terbuka dan menampakkan wajah teduh Sofia.

Wanita itu terlihat khawatir, bahkan memanggil seorang ART untuk membawa handuk untuk Nazwa. Sofia bergegas memanggil Bariq dan langsung memberikan handuk di tubuh Nazwa yang basah kuyup.

"Nak, kamu nggak apa-apa? Kenapa sampai basah kuyup padahal kamu membawa mobil?" Tanya Bariq sembari mengelus lembut tangan Nazwa.

Nazwa bergeming.

Matanya berkaca-kaca kala mendapat perlakuan lembut dari Ayahnya. Bagaimana jika Ummi dan Abinya tahu? Apakah mereka akan terlihat biasa saja? Mereka bahkan seakan hilang kabar dan tidak memperdulikan dirinya, padahal, pernikahan yang terjadi antara dirinya dan juga Yusuf atas dasar dorongan mereka ataukah memang mereka sudah lama mengharapkan kepergian Nazwa? Entahlah, dan mengapa juga di tengah kondisinya kali ini ia malah memikirkan banyak hal lain. Sofia kembali dengan segelas teh hangat di tangannya, wanita itu bahkan beberapa kali mengeringkan tubuh Nazwa.

"Kamu ada masalah? Dan mana suamimu? Kenapa kau pulang seorang diri kemari?" Tanya Sofia.

Spontan, Nazwa memeluk erat tubuh Sofia dan berbisik ke telingan Ibunya tersebut "Ibu, suamiku telah berkhianat. Dia telah memiliki wanita lain di belakangku, dan mereka baru saja mengalami kecelakaan bersama Bu," ucap Nazwa dengan suara bergetar.

"Apa maksudmu? A-apa yang kau katakan itu benar adanya?" Ucap Sofia dengan nada tak percaya.

"Aku mengatakan yang sejujurnya," jawab Nazwa.

"Nazwa, Ibu mempercayaimu. Tapi, apakah kau sudah mendengar penjelasan suamimu? Maksudnya kamu tidak menyimpulkan tentang ini hanya dengan apa yang kau lihat kan nak?" Tanya Sofia kembali meyakinkan dirinya.

Nazwa menggeleng "Aku bertemu mereka di rumah sakit, Ibu Mas Yusuf juga mengetahui hal tersebut dan terang-terangan memberitahukanku."

Sofia lalu menatap Nazwa dan juga Bariq bergantian, seakan tak percaya namun itulah yang terjadi. Sebenarnya apa yang di bicarakan dua wanita ini? Bariq masih bingung.

"Apa yang telah kalian bicarakan? Mengapa Ibumu langsung berubah nak?" Tanya Bariq.

"Yusuf telah mengkhianati Nazwa," ucap Sofia dengan suara kecil.

Bariq terdiam. Lelaki tua itu menatap dalam-dalam wajah anaknya. Pemilik wajah teduh dan senyum manis.

"Apakah kau menjadi istri pembangkang? Apakah kau tengah melakukan hal salah kepada dirinya? Apakah kau pernah membuat dirinya tidak ridho terhadapmu?" Tanya Bariq dengan rentetan pertanyaan yang banyak.

"Nak jawab Ayah," ucap Bariq sembari memegang kedua bahu Nazwa.

"Enggak Ayah, aku sudah berusaha menjadi yang paling baik. Menjadi istri patuh, melayaninya, namun apa yang aku lihat tadi seakan-akan menegaskan bahwa diriku masih kurang dari semua hal baik yang aku berikan padanya."

Bariq lalu membawa anaknya masuk kedalam pelukannya, anak yang bertemu dengan dirinya ketika telah menginjak dewasa, anak yang bertemu dengan dirinya ketika karakter anak itu sudah cukup baik, dan anak yang harusnya ia memperjuangkan kebagiaannya. Tangisan kecil lolos dari bibir ranum Nazwa, Bariq hanya mampu memeluk tubuh anaknya tanpa mengeluarkan sepatah kata sedikitpun. Bagaimana bisa seorang yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri mampu membahagiakan Putrinya nyatanya ialah yang menjadi sumber luka terbesar putrinya?

"Apakah Ayah harus bertemu dengannya dan berbicara dengan baik? Haruskah Ayah memperbaiki hubungan kalian?" Ucap Bariq sembari membelai lembut kepala Nazwa.

Nazwa menggeleng.

"Ayah, cukup doakan Nazwa. In syaa Allah, semua akan Nazwa selesaikan. Apapun keputusan Nazwa kelak, Nazwa mohon Ayah dan Ibu selalu dukung Nazwa," jawab Nazwa.

"Jika kau bertanya pada Ayah sekarang, bagaimana perasaan Ayah ketika mendapati kenyataan rumah tanggamu, Ayah akan menjawab Ayah benar-benar marah terhadap lelaki iblis yang bersembunyi dengan kebaikannya, hati Ayah hancur nak, bahkan memikirkan ini terjadi padamu saja sudah membuat Ayah tidak mampu?" Ucap Bariq dengan suara pelan menahan amarah.

"Ayah, terimakasih sudah jadi orang tua bijak. Terimakasih karena Ayah sudah mampu menahan diri untuk menjaga diriku. Yah, bantu aku membesarkan Safa yah Ayah? Aku sudah tidak bisa menumbuhkan harapanku selain kepada Ayah dan juga Ibu," ucap Nazwa.

Bariq mengangguk, mungkin sekarang saatnya ia bergerak. Ia tahu keputusan apa yang akan Nazwa ambil kelak, dan langkah awalnya mungkin ia harus mencari cara agar berhenti bekerja sama dengan Yusuf.


****
Assalamualaikum, alhamdulilah kembali update lagi. Selamat membaca jangan lupa vote dan comment🤎

Wanita Kedua Suamiku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang