Bagian 42

3.5K 173 12
                                    

Namun, tiba-tiba saja Khalisa bangkit dari duduknya. Dengan cepat mengambil kunci mobil dan mengejar Yusuf. Mudah saja ia mengikuti lelaki itu, karena ternyata Khalisa ini cukup cerdik karena sedari lama ia berhasil memasang GPS di mobil suaminya.

Di tengah perjalanan, ia terus menangis "Apakah kau akan menemui wanita lain dan kembali berselingkuh?" Ucap Khalisa terisak.

"Tidak akan kubiarkan Mas. Semua sudah ku korbankan untukmu, aku nggak akan membiarkanmu meninggalkanku."

Namun, semakin dekat ia rasa jalan ini tak asing. Ternyata memang benar Yusuf datang kerumah sakit tempat mereka sering memeriksakan kandungan. Khalisa berjalan keluar dengan terburu, luka bekas operasi yang ia lakukan masih terasa nyeri namun wanita itu abaikan.

Menggunakan koneksinya, Khalisa berhasil menemukan siapa yang akan di temui Yusuf. Iya, Safa. Anak itu ada di sana.

Setelah mendapatkan informasi ruangan Safa berada, Khalisa lalu menghampiri suaminya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat di sebuah kaca transparan kecil yang menutup ruangan itu. Di sana, ada Yusuf dengan tangisannya dan ada Nazwa yang hanya berdiri tanpa melakukan apapun.

Tubuh lemah Safa memeluk Yusuf.

"Ayah, lama sekali tidak bertemu. Safa kangen Ayah, hari ini kembali bertemu di saat kondisi Safa kurang baik," ucap Safa dengan suara pelan.

Yusuf terisak, ia membenarkan ucapan Safa. Tembok yang di bangun Khalisa begjtu besar sampai ia tak mampu melewatinya.

"Ayah ingin sekali bertemu, tapi-," ucap Yusuf gantung.

"Tapi Tante Khalisa melarangmu. Aku mengerti kok Ayah sudah punya keluarga baru. Aku nggak menuntut banyak waktu pada Ayah, Ayah punya kesibukan dengan Tante Khalisa dan Adik bayi," ucap Safa sembari terpejam.

Hancur hati Yusuf, kalimat penuh lemah lembut mampu memecahkan hati Yusuf hingga berkeping-keping. Dahulu, ia yang benar-benar menginginkan Safa namun sekarang, ia malah lepas tangan untuk anak itu.

"Ayah janji akan selalu di sisi Safa. Ayah akan ajak kamu berkeliling dunia, Ayah akan bawa kamu kemanapun kamu mau," ucap Yusuf sembari menggenggam tangan Safa.

"Semenjak tahu Ayah membawa Tante Khalisa di tempat impianku bersama Bunda, rasanya keliling dunia bukan lagi mimpi yang harus ku lakukan Ayah. Itu akan melukai Bunda."

Lagi dan lagi, Yusuf di serang sebuah luka hati yang dalam. Beginikah di posisi Safa saat itu?

"Sayang, jangan pikirkan apapun. Ayah di sini nak."

"Ayah sudah tahu kalau aku di vonis Dokter kanker otak? Untuk saat ini mereka memprediksikan umurku hanya sampai dua tahun kedepan. Hanya sampai saat itu saja Yah, kamu bisa bersama aku."

"K-kanker otak?"

Yusuf berdiri seakan bingung, ia menatap Nazwa yang masih berdiri mematung.

"A-apa? Nazwa, yang ku dengar itu benar? Safa kanker otak?" Ucap Yusuf.

Nazwa hanya mengangguk.

"Besok akan di lakukan operasi. Ini pilihan yang terbaik untuk Safa," jawab Nazwa terdengar dingin.

Yusuf terduduk, menunduk dan juga menangis. Seakan tak percaya mengapa ia datang menemuia Safa di saat sudah sakit? Sementara itu di luar, Khalisa menatap mereka bertiga bergantian.

"Mereka dulunya keluarga, namun sekarang tidak lagi," ucap Sofia yang tiba-tiba datang di samping Khalisa.

Khalisa menatap Sofia dengan intens.

"Sofia, Ibunya Nazwa. Kalau tidak salah kau Khalisakan? Istrinya mantan suami anakku?"

Khalisa mengangguk.

"Di dalam sana, ada tiga manusia yang sangat bahagia. Namun, setelah kedatanganmu semuanya hancur. Kepala keluarga mereka kamu rebut demi memberikan dirimu kenyamanan yang sama seperti anakku rasakan."

"Namun, sudah jelas akan beda. Nazwa dan kau punya sifat yanf berbeda. Dan Yusuf akan menilai lebih pantas ia bersamamu atau saat ia bersama anakku. Sedih melihat Yusuf kemari saat anaknya sudah jatuh sakit," sambung Sofia.

"Safa bukan anaknya, dia bukan anaknya. Kau harus camkan itu baik-baik," jawab Khalisa penuh penekanan.

Sofia menatap Khalisa dengan lembut lalu berucap "Sudah melahirkan?" Tanya Sofia.

"Bukan urusanmu," jawab Khalisa.

Sofia hanya mengangguk.

"Khalisa, anakku normal nak. Waktu Rani ngomong kalau Nazwa itu mandul, Nazwa sudah lama melakukan pemeriksaan lengkap dan hasilnya normal. Agak bingung jika baru tidur bersamamu dan langsung hamil."

"Jangan menuduhku yah Sofia. Memangnya apa urusanmu dengan keluargaku?"

"Karena kau masih mampu datang ke kandang wanita yang kau rebut kebahagiaannya. Aku salut akan keberanianmu, mungkin malam ini kau selamat karena tak ada Gibran atau Ummi Ruqaiyyah. Seandainya mereka ada, kau akan pulang dengan kondisi memprihatinkan," ucap Sofia tertawa kecil.

Khalisa lalu meninggalkan Sofia. Setelah itu, Sofia lalu masuk kedalam ruangan.

"Yusuf, waktunya Safa istrahat yah nak. Kamu bisa pulang dulu. Tadi istrimu di luar lama banget loh nungguin kamu."

Yusuf mengangkat kepalanya, lalu menggeleng.

"Biar aku di sini saja menjaga Safa. Tante dan juga Nazwa bisa pulang istrahat di rumah."

Nazwa memberikan kode kepada Sofia "Baiklah. Safa, kamu malam ini di temani sama Ayah yah nak," ucap Sofia.

Safa mengangguk setuju, ia bahagia Yusuf ada di sini. Ada banyak sekali cerita yang harus ia ceritakan kepada Ayahnya.

"Nazwa kamu-"

Nihil, Nazwa malah bergegas pergi tanpa menoleh kearah Yusuf lagi. Spontan, Yusuf menghentikan mulutnya untuk mengeluarkan kalimat yang akan ia keluarkan.

Di luar, Sofia mengenggam erat tangan Nazwa dan ternyata Nazwa juga terus menenangkan dirinya. Rasa benci yang memuncak membuatnya muak jika satu ruangan dengan Yusuf.

"Kamu hebat nak, bisa tekan egomu demi anakmu," ucap Sofia sambing menggenggam tangan Nazwa.

"Huuffft...Astagfirullah, iya Bu. Sebenarnya aku udah nggak mau lagi lihat si Yusuf itu ada di sekitarku. Tapi karena Safa memang butuh dia, yaudah aku mengalah."


*****
Malam ini double up hehe. Mungkin bsok bakalan sibuk bgt jadi antisipasi aja up malam ini, jadi bsk gk up yah. Selamat membaca, jangan lupa vote dan comment🌹

Wanita Kedua Suamiku (On Going)Where stories live. Discover now