Bagian 39

3K 146 22
                                    

Hasan dan Yusuf kini kembali bertemu. Setelah sekian lama tak bertemu akhirnya hari ini punya kesempatan juga.

"Kamu apa kabar Suf?" Tanya Hasan.

"Baik kok. Apakabar Safa?" Tanya Yusuf dengan suara kecil.

"Dia baik-baik saja, Safa hebat banget Suf. Kamu tahu nggak kemarin dia ikut olimpiade Sains, berhasil juara dua," ucap Hasan penuh antusias.

Yusuf mengangguk.

"Nazwa mengirimkan foto Safa. Aku nggak bisa hadir," jawab Yusuf.

Hasan tertarik "Nazwa dan kau masih saling komunikasi?" Tanya Hasan.

"Iya, hanya untuk menanyakan perkembangan Safa dan juga soal biyaya Safa. Aku nggak lepas tangan kok soal biyaya, aku masih mengirimkannya uang, dua puluh juta satu bulan untuk biyaya sehari-hari dan masih membayar sekolahnya juga."

Hasan mengangguk.

"Kau hebat yah Suf. Tapi, lebih hebat lagi seorang Nazwa. Aku tahu dia sudah tidak mau berhubungan denganmu lagi, hanya saja demi Safa dia tak ingin egois dan membiarkan mu mengetahui kabar Safa."

"Aku rindu Safa. Semenjak bersama Khalisa, kami sudah sangat-sangat jarang bertemu. Kami di batasi oleh tembok tinggi yang di bangun Khalisa. Aku kangen kebersamaan antara aku dan Safa."

"Kamu kangen Safa atau Bundanya?" Ucap Hasan jengkel.

Sesungguhnya, Hasan tahu benar bahwa sekarang adalah fase dimana Yusuf sadar. Sadar bahwa pilihannya salah, sadar bahwa ia masih menyayangi Nazwa, dan sadar kalau Khalisa itu bukan pilihan terbaik.

"Aku sudah memasang kuda-kuda untuk melamar Nazwa. Kalau di lihat-lihat kami pasangan yang serasi kok. Lagian, pastinya Safa akan terjamin hidupnya jika bersamaku juga. Nggak bakal dia ngerasa kesepian tanpa Ayah kayak sekarang," ucap Hasan dengan santai.

Yusuf menatap Hasan lalu tersenyum remeh.

"Kau akan di tolak."

"Kenapa? Kau nggak suka kalau aku menikahi jandamu? Kau tak rela? Kau gagal move on?" Ucap Hasan menantang.

Sialnya, Yusuf malah naik pitam. Lelaki itu berdiri lalu memberikan bogeman mentah tepat di bibir Hasan. Namun, Hasan tak terpancing. Lelaki itu malah tersenyum remeh.

"Kau masih mencintainya. Terlihat dari raut wajahmu. Selamat menikmati penderitaan yang akan kau rasakan seumur hidupmu," ucap Hasan lalu berdiri meninggalkan Yusuf.

"Aihh sial si Yusuf itu. Emosi-emosi malah mukul orang, kehilangan akal juga manusia itu," ucap Hasan bermonolog.

"Kau dan Nazwa adalah saudara kalian tidak akan pernah bisa menikah," teriak Yusuf keras.

Hasan berhenti, lalu kembali menatap Yusuf.

"Kau tengah mencari masalah denganku?" Ucap Hasan.

"Kau harus sadar Hasan, Nazwa adalah anak hasil perzinahan Ibumu dengan seorang lelaki Arab waktu Ibumu memutuskan untuk pergi menjadi TKW. Nazwa adalah saudaramu, dia adalah Adikmu, kau tak akan bisa menikahinya, kau harus hilangkan perasaan harammu," sambung Yusuf dengan nada tinggi.

Bugh.

Satu bogeman muluncur di mulut Yusuf, Hasan sungguh tak menerima hal yang di katakan Yusuf.

"Mulut kurang ajarmu harus di beri pelajaran. Kau tengah menghina Ibuku?" Teriak Hasan.

"Pulanglah San, tanya kepada Ibumu. Siapa Nazwa, siapa Bariq. Dia akan tahu, bahkan ku duga Ibumu akan sakit karena kau sudah mengetahui semuanya," ucap Yusuf lalu pergi meninggalkan Hasan yang tiba-tiba diam termenung.

Otaknya seakan penuh. Nazwa adalah saudaranya? Apakah Nazwa sudah tahu perihal ini? Buru-buru, Hasan menemui Nazwa. Sesampainya Hasan di toko kue Nazwa, lelaki itu langsung menarik tangan Nazwa dan membawa wanita itu ke dalam kantornya.

"Nazwa," panggil Hasan dengan wajah serius.

"Mas, bibirmu luka. Kau dapat ini dari mana? Kau habis adu jotos sama siapasih?" Ucap Nazwa panik lalu berdiri mengambil kotak P3K.

Namun, Hasan segera mencegah Nazwa dan menarik wanita itu untuk kembali duduk.

"Kita adalah saudara, kau percaya itu?" Ucap Hasan dengan mata berkaca-kaca.

Nazwa langsung terdiam. Tubuhnya terasa beku.

"Aku ingin bertanya. Bahwa hal itu bohongkan Naz? Yusuf membohongiku kan?" Tanya Hasan.

Nazwa menatap wajah Hasan lalu berucap "Kita memang saudara. Satu rahim beda Ayah. Aku Nazwa, anak yang di jual di keluarga kaya, lalu kembali di jadikan penebus utang di keluarga mantan suamiku hingga, aku menjadi janda seperti ini," ucap Nazwa tenang.

Hasan terdiam, ia menatap wajah Nazwa dengan seksama.

"Kau sudah lama mengetahui hal ini?" Tanya Hasan.

"Jika kau masih ingat, Ibu tiba-tiba sakit karena katanya kedatangan orang gila yang nggak di kenal, itu adalah aku. Aku sudah bertemu dengannya dan mendapatkan hadiah tamparan juga makian," ucap Nazwa bercerita.

"Tapi, aku bahagia karena ternyata aku menemukan dirinya masih hidup dan juga berkecukupan," sambung Nazwa.

Hasan membawa Nazwa masuk kedalam pelukannya. Air mata yang tengah ia tahan kemudian jatuh tak terbendung.

"Kau adalah adikku Naz? Yaa Allah, begitu sempit dunia ini," ucap Hasan menangis sesegukan.

Dan Nazwa? Jangan tanyakan keadaan wanita itu, dia sudah cukup tenang. Dia tak ingin terus menangisi keadaannya bahkan takdirnya. Bahkan, saat ini ia terus menenangkan Hasan yang terlihat begitu terkejut dan sedih.

.

.

.


"Mas, darah terus ngucur keluar. Apa kita kerumah sakit saja?" Ucap Khalisa khawatir.

Sebagai suami siaga, Yusuf lalu langsung mengganti pakaiannya dan menyiapkan beberapa barang-barang Khalisa. Setelah itu, mereka lalu kerumah sakit. Dengan di penuhi kecemasan, Yusuf menyetir sembari menangkan Khalisa.

Disana, Dokter yang menangani Khalisa sedari hamil telah menunggu kedatangan wanita itu. Setelah prosedur pemeriksaan di lakukan, mereka lalu mencoba beberapa cara untuk menyelamatkan sang bayi namun naas, anak itu nyatanya tak selamat.

Terpaksa, Khalisa harus menjalanai proses operasi caesar untuk mengeluarkan anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi. Perasaan Yusuf sungguh tidak karuan, ia merasa gagal menjadi Ayah karena tak bisa menjaga bayi itu hingga lahir.

"Sayang, kau harus kuat yah di dalam sana. Aku menunggumu," ucapa Yusuf ketika istrinya akan masuk kedalam ruangan.

Rani langsung datang kerumah sakit setelah mendapatkan kabar dari anaknya, tangisan Rani pecah ketika mendapati fakta yang tak ingin ia dengar. Beberapa menit operasi berlangsung, bayi mungil itu keluar.

Yusuf yang tengah duduk termenung, lalu di panggil. Menggendong anaknya untuk yang terakhir kalinya. Namun, seakan menjawab keresahan dirinya karena fakta yang sempat di beberkan oleh Nazwa, ia menyuruh Dokter Eka untuk melakukan tes DNA antara dirinya dan juga bayi itu tanpa sepengetahuan Khalisa dan juga Ibunya.

Dia lalu pergi ke mushola untuk melaksanakan sholat. Hatinya gundah, melihat anak itu membuatnya menjadi tak yakin. Tak ada ikatan sama sekali yang ia rasakan. Yusuf terus duduk di mushola dan beristigfar. Dia berharap hal-hal yang terbaik untuknya. Semoga saja apa yang ia pikirakn benar-benar tidak terjadi.

******

Haterss Yusuf jangan pada buru-buru lihat dia mau terpuruk yee. Kita pelan-pelan aja, biar dia nanges2🤣

Wanita Kedua Suamiku (On Going)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora