Bagian 33

3.2K 147 17
                                    

Seorang lelaki terlihat terburu-buru, ia bahkan tak mengindahkan beberapa orang yang tengah berbicara padanya.

"Hasan," panggil seseorang.

Lelaki yang di panggil sedikit menoleh "Kenapa Sar?" Tanya Hasan cepat.

"Kau mau kemana sih? Kenapa buru-buru gitu? Kita semua kan baru bertemu," ucap lelaki yang di panggil Esar ini.

Hasan lalu menghela nafas berat "Aku punya urusan mendadak dan tak kalah penting," jawab Hasan.

"Udah Sar, jangan di tahan. Siapa tahu urusannya memang sangat penting? Udah San, kamu cepatan aja pergi nanti keburu telat," jawab seorang wanita yang bernama lily.

Hasan mengangguk lalu pergi meninggalkan teman-temannya. Lily menatap punggung Hasan dengan tatapan yang sulit di artikan.

Mobil Hasan melaju dengan begitu cepat dan sampailah ia di depan gedung besar yang ramai dengan anak-anak yang seusia dengan orang yang ia cari. Buru-buru ia kelua dan mencari seseorang yang sedari tadi membuatnya khawatir. Namun, hasilnya nihil ia lalu bertanya pada beberapa orang yang tengah melintas di sana.

"Aku terakhir lihat di toilet Paman, mungkin belum keluar karena sedari tadi kami duduk di sini."

Sedikit ragu, namun terus mencari. Hasan meminta izin beberapa orang yang berada di sana dan mulai mengetuk beberapa pintu.

"Safa, ini Paman Hasan nak," panggil Hasan.

Mendengar suara Hasan, Safa lalu menghentikan isak tangisnya dan membuka pintu toilet. Hasan di buat makin terkejut karena melihat mata Safa yang sembab. Lelaki itu lalu menarik tangan Safa dan membawanya ke dalam mobil. Hasan menarik dengan lembut tangan anak itu, tanpa bertanya banyak hal.

"Kenapa menangis?" Tanya Hasan ketika mereka telah berada di dalam mobil.

Safa menatap Hasan dengan dalam "Paman, apa benar Ayah sudah menikahi Tante Khalisa? Dan dia mengkhianati Bunda?" Tanya Safa.

Hasan terkejut, ia dia benar-benar terkejut. Bagaimana bisa pertanyaan itu keluar dari mulut Safa? Apakah hubungan rumah tangga Yusuf dan juga Nazwa tidak baik-baik saja?

"Mengapa bertanya seperti itu nak?" Tanya Hasan.

"Ayah dan Bunda tadi kemari untuk mengambil raporku Paman, aku dan Bunda naik mobil lain kemari begitupun Ayah. Dan ini pertemuan pertamaku dengan Ayah setelah Ayah pulang dari Paris. Ayah mengatakan membawakanku oleh-oleh dari Paris dan menyuruhku mengambil sendiri oleh-oleh itu di mobil. Dan ketika aku membuka pintu mobil, aku bertemu Tante Khalisa di sana. Dia ngomong kalau dia dan juga Ayah sudah menikah dan tengah mengandung anak mereka, Tante Khalisa juga memaksaku untuk memanggilnya Mama," terang Safa panjang lebar.

Penjelasan Safa sukses membuat Hasan mati kata, apa benar Yusuf yang ia kenal seperti itu?

"Mungkin Tante Khalisa hanya sedangbercanda."

Safa menggeleng.

"Tante Khalisa menarik tanganku untuk menyentuh perutnya yang sudah kelihatan besar. Paman, apakah Bunda sudah tahu? A-aku takut Bunda tersakiti," ucap Safa dengan air matanya yang kembali mengalir.

Hasan tak tahan melihat kondisi Safa, ia lalu membawa anak itu kedalam pelukannya dan menenangkannya.

"Nanti Paman urus ini yah? Kamu tenang dulu, jangan di pikirkan. Sekarang mau Paman antar pulang? Nanti Paman yang telepon Bunda mu bahwa kau bersama Paman."

Safa mengangguk.

"Di rumah Pak Bariq saja Paman. Bunda menitipkanku kesana," jawab Safa.

Hasan mengangguk.

Wanita Kedua Suamiku (On Going)Where stories live. Discover now