Bagian 45

3K 127 5
                                    

Fauzan terlihat marah, padahal pagi ini dia dan juga istrinya tengah bersiap untuk kerumah sakit dan memberikan Safa support namun hal lain malah menganggu dirinya. Akhirnya ia harus mengurungkan niatnya untuk pergi kerumah sakit dan pergi ke suatu tempat.

"Ummi, kamu bareng Mas Gibran aja yah kerumah sakit," ucap Fauzan.

"Loh kenapa Bi?" Tanya Ruqayyah.

"Tadi Mas Parno telepon Abi, katanya di kantor ada urusan mendadak. Nggak apa-apa yah kalian dulu, biar nanti Abi nyusul," ucap Fauzan.

"Gibran, kamu bareng Ummi yah? Kalian hati-hati," ucap Fauzan.

"Iya Abi. Tapi nggak apa-apa kan Ummi kalau kita singgah di kantor dulu? Aku mau antar sesuatu sama Anak-Anak di kantor," ucap Gibran.

"Iya Gib, santai aja."

Setelah Gibran dan juga Ruqayyah pergi, Fauzan lalu menelpon Kavian, salah satu pegai toko kue Nazwa yang juga keponakannya.

"Halo Kav, bagaimana Mbakmu?" Tanya Fauzan.

"Sudah pulang Paman, video yang aku kirim jangan di sebar yah? Kasihan Mbak Nazwa," ucap Kavian dari seberang telepon.

"Iya Kav, kamu lanjut kerja gih."

Sambungan telepon terputus, Fauzan lalu mengambil kunci mobilnya dan bergegas pergi ke tempat tujuannya. Setelah sampai, ia menghentikan mobil sembari menatap pintu pagar yang masih terbuka luas. Sudah lama sekali tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Ia memutuskan keluar dari mobil dan berjalan kaki masuk ke pekarangan rumah.

Jujur saja, menginjakkan kaki di rumah ini sangat tidak mudah bagi seorang Fauzan. Datang kemari sama saja tengah membuka kembali luka lama. Tangannya bergerak untuk mengetuk pintu namun, pintu lebih dulu terbuka dan menampakkan wajah Ali—Ayah Yusuf.

"Masuk," ucap Ali tersenyum.

"Kau ingin membicarakan apa Fauzan?" Tanya Ali.

Fauzan menatap wajah sepupunya itu dengan seksama "Mengenai Istrimu, tadi pagi aku mendapatkan video dari pokananku yang bekerja di toko kue Nazwa. Di sana, terlihat jelas Rani tengah memaki Nazwa. Saya kemari ingin memberitahumu bahwa kamu harus beritahukan kepada Rani agar dia tidak lagi mengganggu Nazwa. Yusuf dan Nazwa sudah cerai, dan tak ada lagi urusan Rani kepada Nazwa terlebih lagi, kalian sudah mendapatkan yang kalian inginkan. Biarkan Nazwa hidup dengan tenang," ucap Fauzan.

Ali mendongakkan kepalanya, malu rasanya menatap wajah Fauzan.

"Fauzan, di dalam lubuk hatiku terdalam, aku mohon maafkan Anak dan juga Istriku Fauzan," ucap Ali berlutut kepada Fauzan.

Terkejut.

Fauzan langsung menarik sepupunya itu dan menenangkannya. Bagaimana tidak? Seorang Ali kini tengah menangis sesegukan di hadapan Fauzan.

"Aku merasa berdosa kepada Nazwa karena tidak bisa berbuat apa-apa Fauzan, aku tidak bisa membelanya," ucap Ali dengan suara kecil.

"Kau hanya tak cukup tegas Ali, saya hanya minta berhenti meneror hidup Nazwa. Dia sudah banyak terluka karena kalian, sudahi semuanya Ali. Batinnya terluka, dia tersiksa. Selepas bercerai dia rajin mengunjungi psikiater, berusaha bangkit, dan sekarang kalian harus ganggu hidupnya yang susah payah ia bangun kembali setelah pengkhianatan yang ia terima."

Ali terdiam sembari menunduk. Dari arah lain, Rani berjalan kearah Fauzan dengan mata sembab.

"Fauzan, maafkan aku dan juga Ali. Sampaikan maaf kami kepada orangtua kandung Nazwa dan juga kepada kalian," ucap Rani.

Wanita Kedua Suamiku (On Going)Where stories live. Discover now