Bagian 46

3.9K 115 5
                                    

Dokter yang akan memimpin operasi Safa kembali memberikan informasi bahwa operasi akan di lakukan. Setelah beberapa kali menunda karena kondisi Safa yang kian menurun, akhirnya mereka di berikan kabar bahwa operasi akan di laksanakan. Nazwa seakan menemui dirinya dengan harapan besar untuk kesembuhan Anaknya.

"Saya mohon selamatkan nyawa Anak saya Dok," ujar Nazwa.

Dokter Rio menatap wanita muda itu. Dari awal melihat Nazwa dan Anaknya, dia sudah banyak penasaran. Nazwa dengan usia muda mempunyai Anak yang sudah menginjak usia belasan tahun. Ternyata, di luar ekspetasi, Safa malah banyak bercerita tentang Nazwa yang hidup sebagai Ibu angkat Safa.

"Safa banyak cerita tentangmu, dia menggambarkan betapa hebatnya dirimu. Kondisi Safa di dalam sudah membaik, bahkan jauh lebih baik karena punya semangat besar untuk hidup. Dia menitip pesan, bahwa dia tidak ingin bertemu dengan siapapun dahulu karena dia akan bertemu kalian usai penyakitnya di angkat," ucap Dokter Rio.

Mata Nazwa berkaca-kaca.

"Ibu, Ummi. Safa nggak mau ketemu aku," ucap Nazwa sembari bergantian menatap Sofia dan Ruqayyah.

"Itu artinya Safa berjanji. Kita di laur harus berdoa agar dia keluar dengan kondisi yang kita inginkan," ucap Sofia.

"Benar kata Ibu Sofia," ucap Ruqayyah.

"Lakukan yang terbaik Dokter," ucap Bariq.

Dokter Rio mengangguk, lalu meninggalkan mereka. Gibran lalu menarik tangan Nazwa, mereka lalu duduk di bangku tunggu yang di sediakan di depan ruang operasi.

Mereka berdua terdiam. Sesekali Gibran mencuri pandang kearah Nazwa.

"Nazwa, aku ingat waktu kamu sudah balig Ummi dan juga Abi menyuruhku untuk mulai menjaga jarak darimu," ucap Gibran.

Nazwa menoleh kearah Gibran menuntut kelanjutan ceritanya.

"Iya, setelah kamu balig Ummi dan Abi ngomong kalau kamu bukan Adik kandungku. Aku kecewa Naz, aku marah, dan terlebih lagi di saat mereka membatasi kita berdua karena kita tidak sedarah."

"Waktu itu kamu sebesar Safa, lagi lucu-lucunya, sering di temanin main, sering juga ngajak panjat pohon kecapi tetangga sebelah lewat pagar, sering banget naik sepedaan siang bolong keliling kompleks padahal sudah di larang sama Ummi dan Abi. Tapi tiba-tiba saja di suruh jaga jarak, bagaimana bisa aku lakukan itu?"

"Eh ternyata bisa kok. Kamu sudah nggak mau gangguin sama aku, udah nggak beri izin masuk kamarmu, sampai pada akhirnya masuk pondok pesantren," ucap Gibran terkekeh geli.

"Aku sudah galau mau jaga jarak sama Adikku, malah Adikku sendiri yang mutusin jaga jarak."

Nazwa terkekeh.

"Seru yah kalau di ingat masa-masa kecil kita. Kayak, waktu itu kita nggak perlu mikir berat buat hal-hal nggak penting hanya mikir main doang, selebihnya mau makan apa," ucap Nazwa.

Gibran menggangguk setuju.

"Hidup itu penuh kejutan Mas, nggak di sangka-sangka endingnya akan seperti apa. Mulai dari nikah aku duluanin kamu, kamu belum nikah aku sudah cerai, dan banyak hal lainnya yang tidak kalah mengejutkan," ucap Nazwa dengan senyum indahnya.

Gibran menatap Nazwa, hingga tak terasa air matanya kembali berjatuhan. Hidup miris yang menimpa perempuan lemah.

"Kamu tahu nggak? Kamu orang hebat yang ternyata ada di sampingku. Aku awalnya mikir kamu nggak bakalan mampu, karena aku lihat waktu kita kecil kamu seperti apa. Tapi, ternyata di luar ekspetasi, kamu malah jadi orang yang paling kuat di banding aku. Naz, aku sampai mikir bagaimana jika musibahmu jika aku yang alami? Aku nggak bakal mampu, maunya nyerah aja."

Nazwa lalu terkekeh "Batinku udah tersiksa banget tahu, tapi berusaha bangkit aja walaupun udah Yaa Allah, Yaa Allah," jawab Nazwa.

"Ahh kamu nih, aku udah serius sampai nangin malah di bawa bercanda," jawab Gibran.


————

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang begitu sibuk, ada seorang wanita yang memilih mengunjungi rumah sudah lama tidak ia kunjungi. Kakinya melangka masuk kedalam rumah. Mungkin, sudah saatnya ia mengakui banyak kesalahan yang telah ia perbuat.

"Khalisa," ucap seorang lelaki senja yang ada di hadapan wanita itu.

"Ayah," ucap Khalisa dengan suara pelan.

"Sini nak, sudah lama sekali tidak bertemu," ucap lelaki itu sembari menarik pelan tangan anak perempuannya yang sudah sangat lama tidak datang menemuinya itu.

"Mana suamimu? Kata orang-orang kau sudah menikah," ucap lelaki itu.

"Aku kesini sendirian Yah, aku nggak bareng dia," ucap Khalisa.

Robert, lelaki yang di panggil Ayah oleh seorang Khalisa adalah lelaki yang selama ini banyak di fitnah oleh Ibu Khalisa bahkan Khalisa sendiri. Mulai dari cerita bahwa Robert berselingkuh dan pergi membawa utang, dan Robert yang terus meneror hidup mereka. Nyatanya tidak sama sekali, fakta telah di balikkan dan ternyata Narilah yang berselingkuh dan memberikan beban utang kepada Robert. Bahkan, sampai detik inipun lelaki itu masih harus menbayar utang-utang Nari yang belum lunas.

Khalisa terus menciptakan kisah bohong agar dia bisa mendapatkan banyak perhatian dari rekan kerja maupun rekan kampusnya. Bahkan, ia bisa meluluhkan hati seorang Yusuf dengan kisah yang ia buat dan berhasil merebut lelaki itu.

Khalisa lalu memeluk tubuh Robert "Khalisa minta maaf Yah, atas semua kesalahan Ibu dan juga kesalahanku. Aku kangen Ayah," ucap Khalisa.

Robert mengangguk.

"Ayah semakin tidak di terima Khalisa, keluarga bahkan menjauhi Ayah. Entah separah apa kisah yang Ibumu buat. Tapi, Ayah tidak dendam dan masih berharap kamu datang menemui Ayah. Ternyata, memang benar dugaan Ayah, kamu akhirnya mau kemari," ucap Robert.

Khalisa mengangguk, lalu mulai bercerita kepada Ayahnya, rasanya dia memang sudah sangat lama tidak bercerita kepada lelaki itu dan hari ini akhirnya mereka bisa kembali bercerita.

Khalisa menceritakan awal dari pernikahan dirinya dan juga Yusuf terjadi, hingga masalah baru yang ia hadapi sekarang. Seakan-akan hidupnya di rundung kemalangan yang amat sangat dalam.

Wanita Kedua Suamiku (On Going)Where stories live. Discover now