prolog [PRM]

1.7K 120 3
                                    

“Kau akan mengerti arti sebenernya dari kehidupan ketika takdir mulai mengujimu.”

“Lalu yang kubutuhkan saat takdir mengujiku hanyalah dirimu seorang.”

=====

=====

Seorang pria berkacamata dengan baju piyama yang membalutnya sedang berjalan jalan dirumahnya sendiri tanpa dia harus kemana dan melakukan apa.

Pria itu terbangun dari tidurnya, dia sudah mencoba untuk tidur lagi tapi dia tidak bisa. Dia berpikir jalan jalan malam mungkin akan membantunya untuk kembali tidur. Namun kenyatanya tidak begitu dia justru semakin kebingungan dengan dirinya sendiri.

Pada akhirnya pria itu berusaha menanangkan dirinya dan juga pikirannya yang sedang kalut di kolam renang rumanya. Tidak, dia masih waras untuk tidak berenang di tengah malam seperti ini, dia hanya menggulung celananya tinggi tinggi lalu memasukkan kedua kakinya kedalam air kolam itu.

Pria itu sangat sering seperti ini, bahkan dirinya sampai dibawa ke psikolog namun jawabannya adalah itu bukan disebabkan oleh kecemasannya. Pria itu juga ingin tahu sebenarnya dia kenapa hingga sering terbangun ditengah malam seperti ini dan berakhir mengalami kesulitan tidur.

Dia suka berenang bahkan sangat menyukainya. Namun dia sendiri terkadang tidak mengerti kenapa dia bisa begitu menyukai kegiatan berenang.

Selain berenang dia juga begitu menyukai bintang. Namun dia mengerti kenapa dirinya menyukai bintang, karena bintang begitu indah menghiasi langit, tapi untuk berenang dia tidak tahu sama sekali.

“Kaka?” Pria itu memutar sedikit tubuhnya saat adiknya memanggil. Pria yang memanggilnya itu 3 tahun lebih muda darinya, adiknya yang selalu menemaninya.

“Kemarilah,” ucap pria berkacamata itu. Sang adik pun menuruti perkataan kakaknya, dia duduk bersila disampingnya.

“Kaka gak bisa tidur lagi?” Sang kakak hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Adiknya merasa kasihan kepada sang Kakak, dia menderita setiap malam karena tidak bisa tidur hingga akhirnya mengalami insomnia. Dia berharap ada yang bisa dia lakukan agar membuat kakaknya lebih baik dari pada ini.

“Jangan merasa kasihan.”

“Aku tahu kaka tidak suka dikasihani, tapi aku selalu ingin membuat kaka menjadi lebih baik dari saat ini.”

Pria yang lebih tua itu menarik kepala yang lebih muda untuk bersandar di pundaknya, dia beruntung mempunyai adik sepertinya. “Cukup kau disini menemani dan selalu berada di sisiku itu sudah cukup.”

“Kak! Aku berjanji akan selalu bersama dengan kaka!”

“Benarkah?”

“Tentu saja.” Pria yang lebih muda mengangkat sedikit kepalanya sehingga dia bisa melihat wajah kakanya sampai akhirnya mereka berdua tertawa bersama.

“Chi, pernahkah kau merindukan sesuatu yang tidak kau ketahui apa yang sebenarnya kau rindukan?”

Pliss! Remember Me (END)Where stories live. Discover now