PRM 2

676 77 5
                                    

Apakah ini karma? Jika tadi Off mendiami Tay maka kini dia yang di diami Gun.

Setalah Off mengatakan hal itu Gun sama sekali tidak berbicara kepadanya, bahkan dia akan membuang muka jika tiba tiba berhadapan dengan Off. Ini adalah siksaan! Menurut Off tidak ada siksaan yang lebih mengerikan selama dia dan Gun berpacaran selain ini. Dia lebih memilih Gun memukulinya dengan barang barang yang ada di sekitakarnya hingga babak belur dari pada harus disiksa seperti ini.

“Gun....”
“Sayang....”
“Pacarnya Off, cintanya Off.”
“Teman hidup Off.”

Bugh.

Satu lemparan pulpen dari Gun mendarat dihidung mancung Off. Off melenguh, dia tidak terlalu merasakan sakit tapi dia hanya kaget karena lemparan itu begitu tiba tiba.

“Siapa yang bilang aku mau jadi teman hidup mu?” Pertanyaan itu sontak membuat Off mendilik kaget, apa apaan ini.

Off mulai mengkikis jarak yang sejak tadi dibuat oleh kekasihnya itu. Gun diam tidak lagi membuat jarak diantara mereka seolah olah dia sedang menyerahkan dirinya sendiri.

“Memangnya kamu tidak mau menjadi istri ku?” tanya Off serius dengan sedikit meyelipkan godaan.

“Aku maunya menjadi suami!” seru Gun yang membuat Off mendesah tidak terima. Dia adalah suaminya dan Gun adalah istrinya itu sudah benar tidak bisa dirubah.

“Kau istri.”

“Suami.”

“Istri.”

“Suami.”

Off mendekatkan wajahnya sehingga wajahnya dan Gun semakin dekat. “Aku tidak akan membiarkan kau menjadi suami Gun!” ucap Off.

Wajah mereka semakin dekat kini hampir tidak ada lagi jarak. Gun tepat menyadari apa yang akan segara dilakukan kekasihnya itu, dia menaruh jari telunjuknya tepat di bibir Off yang benar benar nyaris menyentuh bibirnya. Dia benar benar tidak tahu kondisi.

Gun mendorong wajah Off menjauh dari wajahnya menggunakan jari telunjuk yang berada di bibir Off. Off kembali kesal, kenapa kekasihnya ini sulit diajak berciuman. Off salah Gun sangat menginginkan bibir ranum Off tapi situasinya sedang tidak tepat, pria itu harus tau kondisi.

“Tidak usah macam macam, inglah kita sedang menunggu kaka Tay disini,” sarkas Gun kepada kekasihnya yang kini sedang cemberut.

“Jutru karena kita sedang menunggubya kita punya waktu bukan?” Dasar pria gila! Apakah dia sudah lupa kalau mereka sedang berada di bawah pohon dekat lapangan kampus dan banyak orang yang berlalu lalang.

“Aku tidak akan membiarkan kau menciumku disini.” Gun menutup mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya seolah olah dia tidak akan membuka bibirnya untuk dimasuki oleh bibir Off.

“Berarti jika dirumah boleh?” tanya Off sembari menumpukan kepalanya dengan tangan kirinya yang ditopang oleh meja yang ada disana.

“Nanti malam kita memiliki dinner bukan? Aku ingin menyiapkan sesuatu untukmu jadi kau tidak boleh ke rumahku.” Gun mengatakan itu sambil beberapa kali melihat ke jam, mereka sudah menunggu Tay sekitar satu jam lebih.

“Memang kamu mau memberikan apa untuk ku sampai harus bersiap siap segitunya?” tanya Off penasaran.

“Memangnya kau yakin hanya menginginkan bibirku?”

Off teridam sejenak. Otaknya kecilnya sedang memperoses apa maksud dari kalimat yang baru saja diucapkan oleh kekasihnya itu. Entah kenapa tiba tiba Off menjadi tidak bisa berpikir dengan baik seperti ada sesuatu yang mengganjalnya.

Pliss! Remember Me (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora