PRM 11

411 46 15
                                    

Pria sipit bertumbuh tinggi itu melesak masuk kedalam mobilnya. Dia sedang terburu buru untuk pergi merayakan hari ulang tahun sang kekasih yang ke 17 tahun. Dia sedikit terlambat karena antrian toko kuenya benar benar panjang dan membutnya harus menunggu lebih lama lagi.

Dengan kecepatan yang cukup tinggi Off membelah malam hari dengan mobilnya. Dia bersyukur karena jalanan cukup sepi sehingga aman untuknya berkendara dengan kecepatan yang tinggi.

Off menyambar pomselnya dan segera menghubungi sahabat kecilnya itu. Butuh waktu lama hingga akhirnya Tay menjawab panggilan, yang jelas itu memakan waktu cukup banyak.

“Lo dimana? Gua kesusahan nahan Gun, dia mau jalan jalan malem soalnya.” Begitu sambungan itu tersambung Tay langsung berbicara dengan nada yang benar benar pelan, takut jika Gun mendengarnya.

“Lagi dijalan ini, tadi tokonya ngantri banget makanya telat,” sahut Off dengan pandangan yang terus kedepan sembari terus menyetir.

“Ya itu urusan lo lah pokoknya, gua tunggu lo dirumah Gun jangan lama lama yang ada tuh anak bisa kabur.”

“Ya jangan sampe kabur lah bego.”

“Itu anak udah badmood banget jumpol, lo nyuekin dia dari kemaren sampe sekarang gimana tuh anak kaga sewot.”

“iya iya elah ini 7km lagi sabar.”

“hati hati, gua tunggu.” Tay mengakhiri panggilan itu dan melirik kearah Gun terduduk dirooftop sembari melihat melihat bintang bintang juga sedanv menelpon seseorang.

Hari ini ulang tahun Gun, akan tetapi sejak kemarin kekasihnya itu mencuekkannya dan hal itu membuatnya benar benar tidak mood. Dia sejak tadi ingin keluar untuk jalan jalan malam seperti yang biasa dia lakukan. Namun sahabat kekasihnya yang sedang berada disini karena katanya bertengkar dengan off terus berusaha untuk menahannya agar tidak keluar dari rumah.

Entah apa yang terjadi diantara kedua orang itu, Gun benar benar tidak peduli. Dia benar benar sudah kesal dan ingin pergi keluar untuk menghirup udara segar, siapa tau itu bisa meredakan kekesalan Gun. Dia bahkan sudah menghubungi Oab untuk memintanya menemani setidaknya melalui telepon.

“Cil, yang lo telpon siapa?” tanya Tay yang baru selesai menelpon Off. Gun yang mendengarnya langsung membalikkan badan dan melihat ke arah Tay. “Oab,” jawab Gun.

Bola mata Tay seketika membola. Gila! Apa yang barusan Gun bilang? Oab? Dia sedang telponan dengan Oab? Jika Off tahu mengenai maka masalahnya bisa gawat. Gun benar benar membuatnya panik sekarang, Off bisa menelannya hidup hidup jika seperti ini.

Dengan tergesa gesa Tay berlari ke arah Gun bahkan dia beberapa kali terpelesat sangking terburu burunya. “GUNN!” Pekikan Tay kembali menarik perhatian Gun bahkan Oab disebrang sana pun merasa penasaran dengan apa yang terjadi. “Kakak!”

Bugh....

Karena Tay kehilangan kendali dia jatuh menimpa tubuh mungil Gun sehingga dia terjatuh di atas tubuh mungil Gun. Dibawah Tay ada Gun yang meringis kesakitakan karena tertimpa Tay, bahkan dia menghiraukan Oab yang sedang mengkhawatirkannya saat ini. Tay bemar benar sialan!

“Eh?” Begitu sadar Tay langsung berdiri dan membantu Gun untuk bangun. “Kakak udah gila ya?” tanya Gun dengan sangat tidak bersahabat.

“Gak sengaja Gun, tadi itu niatnya ma—” Perkataan Tay terhenti saat dia melihat Gun hanya fokus pada pintu menuju Rooftop yang sekarang mereka temapati. Seakan ada sesuatu yang besar akan melewati pintu itu dan itu membuatnya takut seketika. Perasaan Gun tidak karuan, dia merasa ada sesuatu yang buruk.

Pliss! Remember Me (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora