PRM 13

342 39 14
                                    

Bisakah seseorang membuatkan Kamus untuk mengerti seorang Wachirawit Patthiyakorn? Ohm dan Nanon sudah lelah menghadapi sahabat mereka yang satu ini. Ingin membantu tapi Orangnya tidak pernah benar benar menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Begitu Chimon sampai dikantin dia langsung melempar tasnya hingga menubruk wajah Ohm dan membuat kedua sahabatnya itu terkejut. Saat ditanya kenapa, Chimon malah memesan makanan tanpa menjawab apa yang tadi ditanyakan. Tentu saja mereka kesal dengan tingkah bodoh Chimon, tapi mereka sadar jika mereka lebih bodoh dari Chimon karena mereka mau berteman dengannya, ya walau yang mengajak berteman memang mereka.

Disaat Ohm dan juga Nanon, sahabat sahabat Chimon yang masuk jurusan teknik juga dengan alasan mereka kepo, kini sedang kebingungan mengapa sahabat mereka yang satunya seolah olah ingin memutilasi seseorang. Chimon saat ini sedang memotong motong ayam goreng miliknya, tapi dimati Ohm dan Nanon anak itu seperti sedang memutilasi seseorang.

“Dasar brengsek! Bahkan sahabatnyapun berengsek, orang itu sudah membantu seorang pembunuh itu artinya mereka komplotan!” sentak Chimon, “lihat, lihat apa yang akan aku lakukan pada kalian. Mari kita lihat bagaimana reaksi kalian setelah menyadari betapa kacaunya keluarga dan juga hubungan kalian,” lanjut Chimon dengan kilatan penuh dendam dan amarah tersirat dalam iris matanya.

Iris mata itu menajam dan begitu gelap, seolah memaksa siapapun yang melihatnya untuk tenggelam dalam kegelapan yang hampa itu. Seolah mata itu hanya akan bersinar terang ketika dia melihat sosok Off Jumpol Adulkittiporn bertekuk lutut dihadapannya dan memohon ampunan. Ya, mata Chimon tercipta untuk menantikan moment itu.

“Telpon Non!” seru Ohm panik ketika melihat Chimon yang benar benar seperti ingin menelan orang hidup hidup.

“Telpon siapa?” Nanon yang kelewat panikpun jadi tidak bisa bepikir jernih sehingga dia kebingungan.

“Kakaknya bodoh!” Mendengar itu Nanon langsung mengambil Ponselnya dan segera menghubungi White.

Sejujurnya tidak ada satupun diantara mereka yang saat ini tahu mengapa harus menelpon White. Namun yang mereka tahu, Chimon akan selalu lebih baik jika sudah berbicara dengan Kakaknya. Terkadang Ohm dan Nanon bingung, mengapa pengaruh Gu–White begitu besar dalam hidup Chimon? Bukankah White hanyalah anak angkat yang bahkan tidak memiliki darah setetespun dari Patthiyakorn? Ya mereka benar. White hanyalah anak angkat yang tidak mimiliki darah bangsawan sedikitpun, tapi mereka tidak tahu bagaimana rasanya memiliki keluarga yang hangat lagi setelah sekian lama kehangatan itu hilang, mereka tidak tahu karena sejak dulu kehangatan selalu ada pada keluarga mereka, tidak seperti Chimon yang harus berjuang keras.

“Halo?” Mendengar suara sang Kakak membuat otak Chimon seolah tersingkron secara langsung. White benar benar segalanya bagi Chimon.

“Kakak?” Chimon yang tahu kalau suara sang Kakak berasal dari Ponsel milik Nanon pun langsung merampasnya yang membuat si pemilik Ponsel ingin berteriak tidak terima, namun Ohm menahannya agar Chimon bisa tenang terlebih dulu sebelum nanti kelas dimulai.

“Aw, kenapa jadi kau? Bukankah tadi Korapat yang menelpon?” tanya White disebrang sana begitu dia mengenali suara Adiknya.

“Halo Tuan Muda.” Nanon yang sadar dengan situasinyapun langsung menyapa Kakak dari Chimon dengan begitu formal, hal itu membuat White geli sendiri.

“Jangan terlalu formal Korapat,” sahut White setelah tadi terkik geli saat Sahabat Adiknya itu menyapa begitu formal.

“Mengapa kau menghubungiku? Saat ku mengangkatnya justru Chimon yang berbicara.” Nanon kelabakan seketika. Dia bingung harus menjawab apa dan seperti apa.

“Oh itu, tadi Ponsel Chimon tertinggal di Apartementnya jadi dia menelpon Anda melalui saya.” Sungguh ketiga orang itu berharap kalau White percaya dengan apa yang mereka katakan.

Pliss! Remember Me (END)Where stories live. Discover now