PRM 26

234 30 7
                                    

TYPO WARNING⚠

Perkelahian tidak terelakkan. Dua kubu yang saling mendendam kini berada di puncaknya, sedikit meleset dari target tapi ternyata ada kesempatan yang lebih tepat untuk melakukan ini semua.

Entah sudah berapa banyak yang tumbang, tapi yang jelas kedua kubu itu tidak berniat melepaskan masing masing diantaranya. Mata kedua Orang itu jelas memancarkan kebecian dan juga amarah yang menggebu gebu, tidak ada sedikitpun hal positif dari keduanya.

Keduanya adalah salah sedikit yang tersisa akibat perkelahian yang mereka ciptakan sendiri. Dari yang tadi totol keseluruhan dua kubu sekitar 100 Orang, kini tidak lebih dari 30 Orang yang tersisa.

Patthiyakorn. Mereka sudah berada di puncak pembalasan dendamnya. Tadinya ini akan dilakukan setelah Gun membuat nama Off tercoreng di acara pelantikkan sebagai Pemimpin Keluarga dan seluruh aset Keluarganya, akan tetapi setelah melihat celah yang cukup besar akhirnya Patthiyakorn memutuskan untuk memulai peperangan ini. Namun dalam perang ini, baik Off maupun Gun sama sekali tidak terlihat. Walau tidak terlihat namun faktanya Chimon juga terlibat atas peperangan hari ini, tapi dia bertindak melalui Teknolgi, berusaha semakin kuat untuk menghancurkan Perusahaan milik Adulkittiporn yang kini juga sudah dibantu juga oleh Arm.

“APA MAU KALIAN SIALAN!” murka Tuan Adulkittiporn sambil memegang lengan kirinya yang tertembak, dia berusaha untuk menahan darah keluar semakin deras.

“Apa lagi? Ayahmu sudah membunuh Ayahku, apa kau pikir aku diam seolah itu tidak pernah terjadi?” sinis Tuan Patthiyakorn sambil tangan kirinya memainkan Pistol dan tangan kanannya meminum Wine.

“ITU KARENA KALIAN BERKHIANAT! BAHKAN KALIAN MENGKHIANATI GUN BUKAN? KALIAN MEMANFAATKAN AMNESIANYA! KALIAN MEMANFAATKAN CALON MENANTUKU!”

‘Kalian memanfaatkan amnesianya’

Mendengar kata itu benar benar membuat Tuan Patthiyakorn semakin naik pitam. Itu tidak sepenuhnya benar. Awalnya memang Gun digunakan sebagai alat untuk balas dendam, tapi bukan kepada Adulkittiporn melainkan pada Off yang lari dari kesalahannya. Meski begitu, hati seorang Ayah tetap ada pada diri Tuan Patthiyakorn. Melihat seorang Anak Yatim-piatu dengan segala penyakit dan komplikasi pada Tubuhnya jelas membuat Tuan Patthiyakorn tergerak, biar bagaimanapun dia Manusia yang masih punya hati nurani sehingga akhirnya menganggap bahwa Gun adalah Putranya, bukan alat untuk balas dendam.

“Jaga bicaramu! Kau berkata Gun adalah calon menantumu? Lalu kenapa kau mengirim Orang untuk membunuhnya?” Tuan Patthiyakorn membalikkan perkataan Tuan Adulkittiporn, jelas sekali keduanya sangat bersitegang.

“Aku hanya mengincar Patthiyakorn, mana aku tahu jika Gun yang berada di pesta itu, lagi pula awal mula ini semua terjadi karena Ayahmu!” Adulkittiporn berusaha untuk tidak berteriak sekeras sebelumnya, lagi pula tenaganya juga sudah terkuras banyak jadi tidak ada salahnya mereka mencoba untuk berbicara dengan damai, walau ini semua jauh dari kata damai.

Tuan Patthiyakorn melepaskan peluru itu dan menembak langit langit kediam Adulkitiporn yang sangat berantakan. Tembakan itu tentu membuat Tuan Adulkittiporn benar benar kesal, sepertinya ancaman Tuan Patthiyakorn untuk menghancurkan kediaman ini tidaklah main main.

Tuan Patthiyakorn mengumpat setengah mati. Sejak awal dia tidak menginginkan pembalasan dendam ini, dia berpikir untuk menyudahinya dan kembali berdamai pada rivalnya itu, tapi tidak sekalipun rivalnya membiarkan itu semua terjadi. Berkali kali Tuan Patthiyakorn menanyakan alasannya, tapi berkali kali juga semuanya berujung dengan perkelahian dan itu berakhir membuat Tuan Patthiyakorn ingin mengakhiri semuanya dengan pembunuhan.

“Kau selalu berkata kalau Ayahku duluan yang memulainya, tapi kau tidak pernah memberi tahukan awal masalahnya. Kalau ada yang harus marah bukannya itu aku? Kalian membunuh Ayahku, padahal seharusnya aku yang marah bukan kalian,” ujar Patthiyakorn yang membuat Adulkittipohn mengerinyit, sepertinya Patthiyakorn benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Pliss! Remember Me (END)Where stories live. Discover now